adsense

May 14, 2016

KOMUNIS DI YUGOSLAVIA

Komunis di Yugoslavia muncul bersamaan dengan gerakan komunis lainnya di eropa yang muncul pada masa pasca Perang Dunia I. Gerakan Komunis di Yugoslavia atau dikenal sebagai Liga Komunis Yugoslavia dibentuk pada tahun 1919 dan mulai eksis pasca kongres di Vukovar tahun 1920. Pada tahun 1937, Partai Komunis Yugoslavia dipimpin oleh seorang figur kharismatis yang merupakan seorang perwira berpangkat Sersan Mayor dan sempat terlibat dalam perang saudara Rusia sebagai bagian dari Legiun Bolshevik Yugoslavia yang bernama Josif Broz Tito(1892-1980)

Partai ini sebelumnya sempat dilarang pada tahun 1921 dan larangan ini tidak dicabut hingga kerajaan dibubarkan pasca PD II. Namun aktivitas illegal tetap mereka jalankan bahkan pada tahun 1929 sempat terjadi pemberontakan bersenjata. Gerakan Komunis Yugoslavia kembali bergerak ketika Pasukan Koalisi Poros(Jerman-Italia-Hungaria-Bulgaria) menyerang dan menduduki Yugoslavia pada tanggal 12 Juli 1941.
Kelompok Liga Komunis Yugoslavia mulai membuat sebuah gerakan perlawanan yang dikenal sebagai Partisan Yugoslavia dengan membawa slogan Brotherhood and Unity. Bahkan di bulan Desember 1941 bersamaan dengan serangan Jerman ke Uni Soviet, Kelompok Partisan mulai membentuk sayap militer dengan nama Brigade Proletariat ke-1. Gerakan ini dipimpin langsung oleh Josif Broz Tito. Segera setelah dibentuk sayap militer resmi, pasukan Partisan mulai mencoba melakukan pemberontakan melawan pasukan Axis dan pasukan kolaborator Axis yang terdiri dari orang-orang local Kroasia, Serbia dan Bosnia dibawah paying dua negara boneka Kroasia yang dipimpin oleh Ante Pavelic dan Serbia dibawah pimpinan Milan Nedic.

Namun dalam usaha perlawanannya ia juga mendapatkan seteru yang berat yaitu kelompok gerilyawan Chetnik yang merupakan tentara gerilya yang sangat loyal kepada Kerajaan Yugoslavia. Kelompok gerilyawan ini terdiri dari sejumlah prajurit kerajaan, Jenderal-jenderal Kerajaan dan bangsawan-bangsawan serta berbagai macam orang penting Yugoslavia lainnya. Dan gerakan ini dipimpin langsung oleh Kolonel Draza Milhailovich. Kelak kelompok gerilyawan ini akhirnya bergabung dengan koalisi Axis untuk menghancurkan Partisan. Selama kurang lebih 4 tahun, Pasukan Partisan berperang tanpa adanya bantuan dari manapun baik dari Sekutu Barat maupun Uni Soviet. Banyak logistic dan persenjataan Partisan adalah hasil dari pelucutan terutama dari Tentara Italia.

 Dengan dukungan rakyat yang melimpah ruah dari seluruh rakyat Yugoslavia, Pasukan Partisan  terus berusaha mendesak koalisi Poros pada tahun 1943. Usaha mereka semakin diperlancar dengan menyerahnya Italia kepada sekutu pada bulan Juli  sehingga menyebabkan pasukan Tito mendapat pasokan penuh peralatan perang dari tentara Italia yang menyerah bahkan di saat yang bersamaan pasukan Italia yang berjumlah 20.000 orang dari 60.000 orang menyatakan bergabung dengan Partisan sedangkan sisanya menghabiskan waktu sebagai tawanan.

Pada 14 September 1944, pasukan Partisan melancarkan serangan menuju Serbia dengan tujuan merebut kota Belgrade. Kondisi koalisi Axis kacau balau. Rumania mundur dari peperangan pasca kudeta yang dilancarkan pada bulan Agustus 1944 oleh Raja Michael. Kemudian, disusul oleh Bulgaria yang mundur pada tanggal 10 September bahkan menyatakan perang terhadap koalisi Axis dan membantu Tito untuk menahan laju mundur pasukan Axis di Yunani. Sedangkan Partisan semakin berada di atas angin apalagi sejak mendapat bantuan berupa dukungan angkatan udara dari Inggris yang dilabeli nama Balkan Air Force(BAF).
Pada tahun 1945, Pasukan Partisan melakukan offensive besar dan terakhir terhadap sisa-sisa pasukan Axis yang terdiri dari pasukan Jerman dan pasukan kolaborator local Serbia dan Kroasia serta sisa-sisa milisi loyalist Chetnik dan milisi fasis Kroasia, Ustase. Offensive ini berakhir dalam pertempuran Poljana pada tanggal 14-15 Mei 1945. Pasca pertempuran ini, banyak kolaborasionis meminta perlindungan ke pasukan Sekutu barat namun sayangnya mereka bukan dilindungi malah dikembalikan ke negaranya dimana sebagian besar dari mereka dieksekusi di Bleiburg yang dikenal sebagai  The Bleiburg Massacre.

Pasca PD II sebuah pemerintahan Koalisi pemerintahan Yugoslavia pada tanggal 8 Mei 1945 di Belgrade yang melibatkan unsur kerajaan yang dipegang oleh Raja Peter II yang saat itu masih berada di London dengan unsur-unsur sosialis komunis yang dipimpin oleh Josif Broz Tito. Namun, pada tanggal 29 November, sebagai akibat dari referendum masyarakat Yugoslavia yang menginginkan terbentuknya sebuah Republik, akhirnya raja Peter II turun dari tahtanya berdasarkan ketentuan perundang-undangan baru di Yugoslavia.
Pada tanggal 31 Januari 1946 dibuatlah sebuah konstitusi baru sebagai awal dari berdirinya Republik Federasi Sosialis Yugoslavia dengan presiden pertama Ivan Ribar(1945-1953) dan perdana menteri pertama, Josip Broz Tito. Bentuk negara Yugoslavia, adalah Republik Federal yang terdiri dari 6 negara (Serbia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Kroasia, Slovenia, Macedonia) dua buah provinsi yang otonom di wilayah Republik Sosialis Serbia yaitu Kosovo dan Vojvodina.

Yugoslavia dalam pentas politik internasional pasca PD II adalah sebuah negara Komunis yang loyal dan kuat kedua di eropa setelah Stalin. Yugoslavia sempat membangun hubungan yang baik dengan negara-negara sekutu barat sejak Inggris menurunkan bantuannya tahun 1944. Namun semenjak mengetahui maksud sekutu barat untuk menguasai Balkan, akhirnya Yugoslavia mengalihkan haluan politiknya lebih mendekat Uni Soviet yang saat itu dipimpin oleh Joseph Stalin.

Namun masa-masa kedekatan Yugoslavia dan Uni Soviet ini tidaklah lama setelah begitu Moskow mencurigai keinginan Yugoslavia untuk memperluas pengaruh di Balkan. Sehingga Stalin meminta dengan tegas agar Yugoslavia tunduk kepada Moskow apalagi Tito memutuskan untuk menciptakan sebuah sistem Komunis dengan manajemen mandiri dari seluruh pekerja Yugoslavia serta Konsep Komunisnya yang cenderung pada nasionalisme dan persatuan Yugoslavia.

Pada tahun 1948 ketegangan antara Stalin dengan Tito semakin menguat bahkan tersiar kabar bahwa tentara merah ingin menginvasi Yugoslavia. Namun Tito tetap bertahan dari semua serangan diplomatis dari Moskow.  Dengan kematian Stalin tahun 1953, Tito secara tidak langsung memenangkan pertaruangan diplomatis ini. Kemudian pada tahun 1956, Yugoslavia membangun hubungan dengan Uni Soviet secara perlahan ketika pada saat itu terjadi proses De-Stalinisasi.

Pada tanggal 1 September 1961, Yugoslavia menjadi negara pemrakarsa dan menjadi negara tuan rumah bagi Konferensi Gerakan Non-Blok Pertama. Josif Broz Tito menjadi salah satu penggerak GNB disamping Soekarno(Indonesia), Jawaharlal Nehru(India),Gamal Abdul Nasser(Mesir), Kwame Nkrumah(Ghana)
Pada tahun 1963, Yugosalvia muncul dengan nama baru yaitu Republik Federasi Sosialis Yugoslavia .  Yugoslavia menjadi negara komunis satu-satunya yang memperbolehkan keberadaan perusahaan swasta serta memperbolehkan adanya berbagai bentuk ekspresi keagamaan. Bahkan sejak tanggal 1 Januari 1967, Yugoslavia menjadi negara komunis pertama dan satu-satunya yang memperbolehkan wisatawan asing dari berbagai negara masuk ke perbatasan negaranya dan menghapus kebijakan Visa.

Pada tahun 1974, Yugoslavia memperkenalkan sebuah konstitusi Federal terbaru yang memberikan  otonomi khusus bagi negara-negara republic sosialis di Yugoslavia untuk mengatur kepentingan domestiknya masing-masing. Dampak dari Konstitusi baru ini adalah meningkatnya tensi persaingan antar etnis di Yugoslavia. Pada tahun 1978, Masyarakat Krosia melakukan demonstrasi yang terkenal dengan sebutan Zagreb  Spring.

Pada tanggal 8 Mei 1980, sebuah awan gelap mulai menyelimuti sinar kejayaan Yugoslavia ketika sang pendiri sekaligus kepala negaranya, Josip Broz Tito meninggal dunia. Posisi Tito sebagai Presiden diganti oleh Lazar Kolisevski sedangkan posisi Tito sebagai ketua Liga Komunis Yugoslavia digantikan oleh Stepan Doronjski. Sistem pemerintahan yang berlaku pasca kematian Tito adalah sistem kepresidenan kolektif.

Namun Kematian Tito ini ternyata menandai akhir dari masa kejayaan Yugoslavia, Sejak saat itu Yugoslavia terjebak dalam inflasi yang terus meroket hingga 400% pada tahun 1987. Selain itu tensi ketegangan antar etnis dalam Yugoslavia semakin meningkat tajam. Bahkan Yugoslavia terjebak dalam pinjaman luar negeri yang diberikan IMF ditambah lagi dengan sikap politik Amerika Serikat yang akhirnya tidak mengirim bantuan lagi pasca kebijakan Glasnost-Perestroikanya Mikhail Gorbachev.

Keruntuhan komunis di eropa timur tahun 1989-1990 serta bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991 membawa akibat paralel bagi Yugoslavia. Dengan semangat nasionalisme etnis beserta permusuhan historisnya dalam lingkungan Yugoslavia berujung pada usaha separatisme dari republik-republik dalam federasi Yugoslavia. Yang pertama kali memerdekakan diri adalah Slovenia pada 25 Juni 1991. Kemerdekaan Slovenia ini direspon pemerintah federal dengan mengirim Tentara Federal Yugoslavia untuk menginvasi Slovenia dalam perang 10 hari. Tentara Federal akhirnya kalah dan terpakasa mengakui Slovenia sebagai negara merdeka.
Sikap ini diikuti dengan baik oleh tetangganya Kroasia yang akhirnya segera mengumumkan kemerdekaannya pada bulan Oktober 1991. 

Tindakan Kroasia juga akhirnya mendapat balasan yang sama dari pemerintah Federal. Bahkan belakangan ini, dengan semakin menguatnya posisi etnis Serbia dalam kepresidenan federal Yugoslavia yang dipimpin oleh Slobodan Milosevic, maka telah disusun sebuah format negara Yugoslavia baru dalam konsep yang sangat rasis yang dikenal dengan konsep, Serbia Raya. Untuk menggolkan konsep ini, dalam invasinya ke Kroasia, Pemerintah Yugoslavia yang didominasi orang Serbia ini, mendorong etnis Serbia di Kroasia untuk memberontak dan membuat sebuah negara yang bernama Republik Krajina pimpinan Milan Marctic. Perang kemerdekaan Kroasia ini berlangsung hingga tahun 1995.

Mengikuti beberapa negara Yugoslavia yang memisahkan diri, Bosnia-Herzegovina memutuskan untuk menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 6 April 1992 setelah melalui sebuah referendum 53% penduduknya memilih untuk merdeka. Maka seperti Kroasia dan Slovenia, Bosnia-Herzegovina seolah sedang mengantri untuk menerima angkara murka dari Belgrade. Menggunakan taktik yang sama seperti masa invasi di Kroasia, mereka menggunakan orang-orang Serbia di Bosnia untuk mempermudah peperangan ini. Bahkan etnis Serbia-Bosnia membangun sebuah negara khusus bernama Srebrenica pimpinan Radovan Karadzic.
Bosnia yang saat itu kekuatannya hanya bertumpu pada kelompok-kelompok pasukan paramiliter dan pertahanan sipilnya saja. Sedangkan yang dilawan adalah sebuah tentara resmi federal lengkap dengan alusistanya serta pasukan paramiliter Serbia-Bosnia pimpinan Ratko Mladic. Karena kurangnya persenjataan, maka pasukan Serbia(Federal Yugoslavia) sukses mengalahkan mereka. Dampak dari perang ini sangat mengerikan sebagai akibat dari program etnic cleansing oleh etnis Serbia terhadap etnis Bosnia dalam rangka terciptanya Serbia Raya. Banyak sekali rakyat Bosnia yang dibunuh, disiksa bahkan diperkosa.

Kondisi ini semakin diperparah dengan kurangnya dukungan internasional serta munculnya tamu tak diundang dari utara yaitu Kroasia. Ternyata sebelum berperang Kroasia-Serbia telah mengadakan perjanjian terkait pembagian daerah antara Kroasia dengan Serbia . Apalagi pemerintah Kroasia mempunyai kepentingan terkait dengan keberadaan etnis Kroasia di Bosnia yang dipimpin oleh Mate Boban. Namun seiring dengan perbedaan kepentingan, akhirnya perjanjian kesepakatan ini berakhir dan Pasukan Kroasia akhirnya berbalik menyerang pasukan Serbia dan membantu pasukan Bosnia membebaskan tanah airnya.



Kasus perang Bosnia ini diakhiri dengan perjanjian Dayton pada 14 Desember 1995  dan keterlibatan NATO dan PBB dalam kasus ini. Yugoslavia pasca perang akhirnya hanya terdiri dari 2 negara ; Serbia dan Montenegro, serta 2 daerah otonom; Vojvodina dan Kosovo. Pada tahun 2005 nama Yugoslavia resmi berganti menjadi Serbia-Montenegro. Pada tahun 2006,akhirnya Montenegro memisahkan diri dan merdeka disusul dengan Kosovo tahun 2008.

Sumber:arifnurcahyo-janisary.blogspot.co.id

May 13, 2016

Apa itu PAHAM KOMUNIS ?? serta KENAPA TIDAK COCOK DITERAPKAN DI NEGARA seperti INDONESIA ??

Perbandingan Antara Komunisme, Pancasila dan Liberalisme
           Secara ringkas, Ir. Heru Santoso, M.Hum dalam bukunya Sari Pendidikan Pancasila menggambarkan pembandingan ideologi-ideologi tersebut sebagai berikut:

Mengapa Ideologi Komunisme Tidak Bisa Dipraktekan di Indonesia?           
Alasannya adalah komunisme tidak sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup Bangsa Indonesia, dimana Bangsa Indonesia sangat mengakui adanya Tuhan, masyarakat Indonesia sangat menghormati HAM, sangat menjunjung tinggi budaya Gotong Royong, serta banyak Keyakinan AGAMA dan Budaya sebagai warisan dari para leluhur, yang sangat majemuk

Pengertian Ideologi Komunisme
           Ideologi komunis atau komunisme merupakan perlawanan besar pertama dalam abad ke-20 terhadap sistem ekomomi yang kapitalalis dan liberal. Komunisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat priduksi (tanah, tenaga kerja, modal) yang bertujuan untuk tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas dan semua orang sama. Komunisme ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dlam bidang ekomomi dan sekularisme yang radikal tatkala agama digantikan dengan ideologi komunias yang berseifat doktriner. Jadi, menurut ideologi komunis, kepentingan-kepentingan individu tunduk kepada kehendak partai, negara dan bangsa (kolektivisme).

Ciri-ciri Ideologi Komunisme
1.      Ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
2.      Sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu. terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
3.      Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis.
4.      Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut go international.
5.      Komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yang bertugas  membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah yang bertentangan dengan demokrasi
6.      Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM. 

Ciri-ciri ideologi komunisme lainnya:
1.      Perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi, dan pemerintah oleh diktator proletariat sangat diperlukann pada masa transisi.
2.      Pada masa transisi, dengan bantuan negara di bawah diktator proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil alih serta selanjutnya berada di bawah kontrol negara.
3.      Negara dan hukum akan lenyap karena tidak lagi diperlukan

Keburukan dari Ideologi Komunisme
           Keburukan dari ideologi komunisme bersifat atheis (tidak mengimani Tuhan dan tidak mengangap Tuhan itu ada), kurang menghargai mamnusia sebagai individu, tidak menghormati HAM, dan lain-lain

Kebaikan dari Ideologi Komunisme
           Kebaikan dari ideologi komunisme menganggap semua orang itu sama, sehingga dalam ajarannya komunisme memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur dan masyarakat komunis tanpa kelas dan juga mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis.
           Karena ajarannya itu, banyak rakyat jelata yang miskin sangat tertarik untuk menganut ideologi komunisme tersebut. Hal itu bukan disebabkan karena propaganda ajarannya saja, tetapi juga karena tindakan-tindakan nyata untuk mencukupi kebutuhan material mereka. Contohnya RRC. Rakyat Cina berjumlah lebih dari 1,1 milyar. Kita tidak pernah dengar kelaparan dan ketelanjangan di Cina. Karena komunisme disana mampu memenuhi janji memakmurkan rakyat, komunisme di Cina laku. Namun, supaya tetap laku, komunisme Cina mengalami liberalisasi. Secara fisik dapat mencermati busana pemimpin RRC sekarang, bukan jas tutup lagi seperti Mao Zedong dan Chou En Lai, melainkan jas buka seperti Bill Clinton atau Antony Blair. Dalam bidang ajaran, RRC juga mengadakan lilberalisasi, seperti merebaknya kebebasan beragama dan beribadah. Jadi komunisme asli tidak ada lagi.

Tokoh-tokoh Penganut Komunisme
           Adapun tokoh-tokoh yang menganut ajaran komunisme adalah Karl Mark, Friedrich Engels, Joseph Stalin, Leonid Breznev, Mao Zedong, Chou En Lai, Muso, Aidit, dan lain-lain.

 Negara-negara yang Menerapkan Ideologi Komunisme
           Negara-negara yang menerapkan ideologi komunisme, diantaranya ialah: Rusia, RRC, Vietnam, Korea Utara, Albania, dan Kuba.

Pancasila Lawan Komunisme
           Ciri-ciri ideologi Pancasila sangat bertentangan dengan ciri-ciri ideologi komunisme. Jadi, pancasila dan komunisme tidak mungkin dipersekutukan. Itu ibaratnya minyak dan air. Atau kucing dan anjing, yang tidak mungkin ditaruh dalam satu sangkar, karena pasti bertarung.
           Namun, andaikata pemerintah akan memperbolehkan adanya “komunisme di Indonesia dengan mencabut Tap XXV/MPRS/1966, itu hanya sampai taraf hidup berdampingan di atas landasan dasar filsafat dan ideologi pancasila.
           Paham komunis untuk pertama kali diperkenalkan di INDONESIA oleh seorang Belanda bernama Sneevliet dan mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang pada tahun 1920 diubah menjadi Partai Komunisme Indonesia (PKI) yang diketuai oleh Semaun dan Darsono. Untuk mendapatkan anggota dilakukan dengan cara infiltrasi (menyusup) ke dalam partai lain. Pengalaman sejarah menunjukkan, PKI pernah mengalami dan menerima Pancasila sebagai dasar filsafat dan ideologi negara, kemudian berkhianat. Pemerintah, pada tahun 1960-1965 meminta PKI agar memasukan Pancasila ke dalam anggaran dasarnya. Karena itu, keberadaannya diakui. Bung Karno percaya, PKI mau menerima Pancasila secara lahir batin. Sehingga ia  berani mengajarkan prinsip persatuan Naskom.

Peristiwa G30S/PKI mengesankan PKI menipu presiden, para pembesar RI, dan rakyat yang bukan komunis.
Dengan Membunuh 7 jenderal Angkatan DARAT yang kemudian di kenal dengan nama PAHLAWAN REVOLUSI

source : Faizal Muhammad

May 12, 2016

KOMUNIS DI POLANDIA

Polandia merupakan sebuah negara yang sejarahnya mengalami beragam perjalanan mulai dari saat-saat masih merdeka dan menjadi kerajaan yang kuat pada abad 15-18 M hingga menjadi negara yang terbagi secara terpisah mulai dari abad 18-20M oleh Prussia(Bagian dari Jerman), Austria dan Rusia. Polandia akhirnya memerdekakan diri dari ketiga negara tersebut pada tanggal 11 November 1918 dengan kepala negara Josef Pilsudski.  Pasca Revolusi Bolshevik, Uni Soviet mulai mengarahkan pandangannya ke Polandia yang menurut Lenin sebagai  gerbang utama menuju eropa. Sehingga ia berniat untuk menyerang Polandia dengan harapan bisa menguasai negara itu dan menjadi pangkal utama bagi penyebaran Komunisme dan Sosialisme dunia sebagai mana yang ia konsep bersama Lev Trotsky.

Akhirnya, pada tahun 1919 Tentara Merah memasuki perbatasan Polandia-Rusia dan akhirnya meletuslah perang Polandia-Soviet(1919-1921). Pada awal peperangan pasukan Soviet sangat agresif bahkan hampir saja dikalahkan ketika Pasukan Soviet telah mendekati Polandia hingga muncullah sebuah peristiwa yang dikenang sebagai  Keajaiban Vistula dimana Pasukan Polandia yang melihat ada celah untuk memecah pengepungan pasukan Soviet berhasil masuk dan menghancurkan sebagian besar pasukan Soviet.
Dampak dari perang ini adalah sikap Lenin yang menjadi ragu-ragu akan keberhasilan sosialisme internasionalnya. Polandia akhirnya menikmati kemerdekaannya selama 21 tahun hingga ia diinvasi oleh pasukan Jerman pada tanggal 3 September 1939 dan menjadi awal dari pecahnya Perang Dunia II.  Selama masa pendudukan semua elemen politik di Polandia(Nasionalis, Demokratis, Sosialis, dan Agama Katolik) bersatu untuk membentuk sebuah pemerintahan yang dikenal sebagai Negara Bawah Tanah Polandia, sedangkan untuk menjaga eksistensi Polandia di luar negeri Pemerintahan Sementara Polandia didirikan di Paris oleh Vladislav Sikorski.

Gerakan bawah tanah ini akhirnya semakin membesar dan mempunyai sayap militer yang bernama Armiya Krajowa(Home Army) pada tahun 1943. Perlawanan Armiya Krajowa mencapai puncaknya pada tahun 1944 dengan melancarkan pemberontakan di Warsawa. Di saat yang sama pasukan Uni Soviet hadir namun tidak membantu pasukan pemberontak Warsawa bahkan Stalin diam-diam mensupport berdirinya sebuah komite Komunis Polandia di kota Lublin yang diisi oleh orang-orang Komunis Polandia yang dikader oleh NKVD.

Pasca dihancurkannya pasukan Armija Krajowa oleh Jerman, Uni Soviet mulai merangsek maju untuk menghabisi pasukan Jerman dan akibatnya 500.000 pasukan Jerman terpecah belah. Pasca PD II, pada tahun 1948 sebuah pemerintahan komunis yang dipegang oleh Partai Persatuan Pekerja Polandia didirikan oleh Uni Soviet dengan memasang kadernya Boleslaw Bierut sebagai pemimpin negara baru ini.
Mulai dari berdirinya negara komunis Polandia pada tahun 1948 hingga keruntuhannya pada tahun 1990, Polandia menjadi rekan setia Uni Soviet bahkan hubungan yang terjadi antara kedua negara adalah apa yang disebut dalam ilmu Biologi Simbiosis Mutualismedimana Polandia dekat dengan Uni Soviet untuk menjaga kedaulatannya dari ancaman invasi Soviet apalagi sejak tahun 70an berlaku sebuah doktrin di Eropa timur yang dikenal dengan Brezhnev doctrine yang isinya adalah bahwa Uni soviet siap mencegah negara eropa timur manapun yang berusaha keluar dari garis politik yang telah digariskan oleh Moskow. 

Sedangkan Uni Soviet membutuhkan Polandia sebagai  tameng  melawan kekuatan barat termasuk Jerman Barat dan sekutu-sekutu blok baratnya.Meskipun didikte oleh Moskow, banyak pemimpin komunis Polandia berusaha untuk melakukan proses demokratisasi yang bertahap meskipun berakhir dengan kegagalan karena pengawasan ketat dari Moskow yang dimulai dari masa Pemerintahan Vladislav Gromulka(1956-1970) dan masa pemertintahan Edward Gierek(1970-1980). Pada masa pemerintahan Gierek, Polandia mulai mengalami kemajuan ekonomi dan peningkatan taraf  hidup yang cukup signifikan bahkan melampaui Soviet yang saat itu terjebak dalam periode stagnasi. Namun, pasca guncangan ekonomi dunia akibat Oil Boom pada tahun 1973-1974 mengakibatkan ekonomi Polandia kembali goyah dan berujung pada menguatnya oposisi terhadap pemerintahan Polandia.

Oposisi terhadap pemerintahan komunis Polandia semakin menguat dan membesar pada tahun 1978 ketika Uskup Krakow, Karol Wojtyla diangkat sebagai Paus Paulus II oleh Kepausan Vatikan. Salah satu  gerakan oposisi yang menguat pada tahun 1980 adalah gerakan Solidaritas yang dipimpin oleh Lech Walesa. Gerakan ini merupakan gerakan massa terbesar di Polandia yang  melibatkan banyak pekerja bahkan gerakan ini akhirnya menimbulkan krisis politik besar yang sempat memicu Uni Soviet untuk mengintervensi Polandia namun urung dilakukan karena terikat perjanjian Helsinki yang salah satu isinya adalah pelarangan terhadap suatu negara melakukan intervensi terhadap permasalahan negara lain selain itu dunia internasional mulai memonitor situasi di Polandia.

Setelah 10 tahun berjuang akhirnya, Gerakan Solidaritas beserta seluruh elemen politik di Polandia termasuk Pemerintah Komunis Polandia mengadakan Round Peace Talks pada tahun 1989 dan hasil dari pertemuan ini adalah diadakannya Pemilu perdana di Polandia dan berakhirnya pemerintah Komunis Polandia pada tahun 1990 dan diganti oleh sebuah pemerintahan demokratis pimpinan Lech Walesa.

KOMUNIS DI BULGARIA
Pemerintahan komunis Bulgaria berdiri pada tahun 1944 setelah terjadi kudeta terhadap Raja Simeon II oleh anasir-anasir Komunis yang dipimpin oleh Gerakan Komunis Fatherland Front. Pemerintahan Komunis pertama ini dibentuk dan dipimpin oleh Georgi Dmitrov yang merupakan sahabat Stalin . Pasca kematian Georgi Dimitrov dan Presiden Vasil Kloarov pada tahun 1950, Viktor Chervenkov naik sebagai Presiden Bulgaria hinngga kematian Stalin tahun 1953. Pada tahun 1954 Chervenkov tersingkir dan digantikan oleh Todor Zhivkov.

Todor Zhivkov memerintah Bulgaria selama 33 Tahun (1954-1987). Dibawah pemerintahannya, Bulgaria menjadi negara eropa timur yang sangat loyal kepada Uni soviet. Namun kebijakan politik yang ia terapkan sangat moderat terutama dengan dua negara Balkan lainnya Yugoslavia dan Yunani. Pada masa pemerintahan Zhivkov, Bulgaria relative menjadi negara yang damai dan jauh dari hingar binger konflik. Bahkan saat terjadi invasi Soviet ke Hungaria(1956) dan Cekoslovakia(1968), Bulgaria tetap dalam kondisi domestik yang stabil hal ini terjadi karena adanya antisipasi penuh dari Zhivkov dengan membatasi ruang gerak kaum intelektual dan kaum agamawan.

Pada sejak program ekonomi Stalinis yang memacu proses industrialisasi Bulgaria tahun 1950an, Bulgaria menjadi negara yang maju industrinya pada masa itu. Dan kemajuannya ini berhasil dipertahankan dan dikembangkan dengan lebih baik oleh Todor Zhivkov.Bahkan pada tahun 1988 sebuah data demografi menunjukan tingkat kualitas hidup masyarakat Bulgaria yang cukup baik. Meskipun berideologi komunis, namun kebudayaan Bulgaria tetap bernafaskan kebudayaan tradisonal Bulgaria dengan angin liberalisme yang cukup segar yang dibawa oleh Putri Zhivkov, Lyudmila Zhivkova yang tidak suka dengan ideologi komunis ayahnya dan cenderung pro barat.

Dampak dari program Perestroika dan Glansnost dari Gorbachev, maka pengaruh Komunis dalam Bulgaria berangsur-angsur memudar. Pada tanggal 15 Januari 1990, Dewan Nasional menghentikan dominasi Partai Komunis Bulgaria dan pada bulan Juni 1990, diadakan pemilu bebas pertama sejak tahun 1931.   





KOMUNIS DI CEKOSLOVAKIA
Gerakan Komunis di Cekoslovakia berkembang pada tahun 1921 dengan berdirinya KSC atau dikenal sebagai Partai Komunis Cekoslovakia.  Pada tahun 1939-1945 Cekoslovakia diduduki pasukan Jerman. Pada tahun 1944, Sebuah gerakan partisan Cekoslovakia melakukan pemberontakan besar-besaran dengan bantuan Uni Soviet. Pemerintahan awal Komunis Cekoslovakia dimulai pada tahun 1948 dengan kepala negara pertama Klement Gottwald.

Pada masa awak pemerintahan Komunis, Cekoslovakia mengalami kemajuan pesat dalam bidang perindustrian. Bahkan pada masa decade pertama pasca Perang Dunia Kedua, Cekoslovakia mampu mengalahkan Perancis dan Jerman yang saat itu masih dalam tahap rehabilitasi ekonomi pasca perang.  Dalam perindustrian di Cekoslovakia, terjadi perekrutan secara  meluas mulai dari kalangan pelajar hingga kalangan buruh dan karyawan semuanya dipaksa untuk bekerja dengan waktu yang sangat lama  setiap hari untuk memenuhi kuota produksi. Namun memasuki decade akhir 50an perekonomian Cekoslovakia terjebak dalam stagnasi dan krisis politik pun merebak menyusul proses de-Stalinisasi yang dilakukan oleh Nikita Khrushchev berpengaruh pada masyarakat Cekoslovakia dan akhirnya pecahlah aksi demonstrasi yang digalang pelajar Praha dan Bratislava untuk menuntut diberlakukannya kebebasan berbicara

Pada tahun 1960, Konstitusi Cekoslovakia menyatakan kemenangan komunis dan merubah nama resmi negaranya menjadi Republik Sosialis Cekoslovakia. Pada tahun 1968, Alexander Dubcek memperkenalkan sebuah kebijakan baru yang memperbolehkan kebebasan berbicara dan berpendapat serta semua proses penyensoran media hingga larangan untuk berpergian ke negara tertentu dicabut dan program ini akan dikenang sebagai Prague Spring. Hal ini sempat menarik perhatian negara-negara Blok Timur termasuk Uni Soviet. Sehingga dalam pertemuan penting di Dresden pada tanggal 23 Maret, Delegasi Cekoslovakia diminta pertanggungjawabannya terkait masalah program ini .

Puncak dari permasalahan ini adalah pada tanggal 20-21 Agustus 1968, dengan dalih Doktrin Brezhnev yang berisikan mengenai hak Uni Soviet untuk ikut campur urusan negara blok timur lainnya terkait masalah domestic dan lainnya dengan tujuan menjaga solidaritas blok timur, Pasukan Koalisi Pakta Warsawa(Uni Soviet-Polandia-Hungaria-Bulgaria) menginvasi Cekoslovakia. Dubcek menyerukan masyarakatnya untuk melawan dengan damai.

Invasi ini kelak mendapat banyak kecaman dari kalangan internasional termasuk kalangan Komunis dan Sosialis itu sendiri. Presiden Rumania, Nicolae Ceausescu bahkan membuat sebuah pidato nasional untuk mengecam invasi ini di Bukarest  pada tanggal 21 Agustus 1968 . Selain itu, banyak kaum Komunis yang berada di eropa barat dan Amerika merasa kecewa dengan tindakan Uni Soviet yang mirip dengan tindakan sebuah negara Sosialis-Imperialis.

Proses normalisasi ini akhirnya dimulai dengan naiknya Gustav Husak sebagai presiden Cekoslovakia menggantikan Alexander Dubcek dan pada tahun 1969 Cekoslovakia menjadi sebuah republik federasi dengan nama Republik Federasi Cekoslovakia yang terdiri dari Republik Sosialis Ceko dan Republik Sosialis Slovakia. Sejak peristiwa Prague Spring, Cekoslovakia berada dalam situasi yang relative tenang dan stabil meskipun peraturan lama Komunis seperti penyensoran media dan larangan ke negara tertentu kembali digunakan.

Pada tahun 1987, Gorbachev hadir dengan memperkenalkan kebijakan barunya Glasnost(Keterbukaan) dan Perestroika(Restrukturisasi) serta member penghargaan yang sangat besar terhadap peristiwa Prague Spring ini. Pada tahun 1989 dengan kejatuhan Sosialisme di Eropa Timur, maka keruntuhan Cekoslovakia ini tidak dapat dihindari lagi demonstrasi besar yang terjadi secara damai di Praha kembali pecah dan kelak akan dikenal dalam sejarah negara itu sebagai Revolusi Velvet.


Sumber:arifnurcahyo-janisary.blogspot.co.id



May 11, 2016

KISAH KOMUNIS DI NEGARA RUSIA

Sering sekali rasanya kita mendengar dan membaca banyak tentang Komunis. Darimanakah kalian mengetahui tentang Komunis? Banyak sekali masyarakat di seluruh dunia termasuk di negara kita Indonesia mendengar kata Komunis ini baik melalui buku-buku pelajaran sekolah, ensiklopedia, internet hingga video atau acara-acara documenter.  Bagi kalangan masyarakat biasa, Komunis sering dipandang sebagai ideologi yang buruk, kacau, tidak masuk akal dan penyebab kebangkrutan negara  hingga muncul anggapan bahwa Komunis adalah bagian dari sebuah barbarious behavior berdasarkan kepada kekejaman yang mereka lakukan terhadap rakyat yang tidak berdosa.

Namun sudahkah kita mengetahui pengertian Komunis ini dan bagaimanakah pergerakan Komunis yang terjadi di negara-negara PAHAM KOMUNISME? Apa latar belakang kemunculannya? Alangkah baiknya kita mengulas mengenai sebuah pertanyaan dasar sebelum kita lanjut mengenai pembahasan gerakan komunis di negara-negara Slavia : Apakah pengertian dari Komunis itu sendiri?

Komunis berasal  dari bahasa latin Communis yang berarti Berbagai atau  Milik Bersama.  Komunis dapat diartikan dalam berbagai macam. Bisa diartikan sebagai  sebuah usaha untuk menciptakan masyarakat bebas yang tidak terikat oleh sekat-sekat pembagian kelas social, ada yang mengartikan sebagai  ideologi alternatif untuk membendung arus kapitalisme dunia, ada pula yang mengartikannya sebagai sebuah ideologi yang mengedepankan kolektivitas dimana dalam sebuah negara Komunis haram hukumnya untuk kepemilikan pribadi serta mengedepankan sistem kepemilikan Kolektif.

Ide mengenai pemikiran Komunis ini muncul dari dua orang filsuf materialis terkenal dari Jerman yaitu : Karl Marx dan Friedrich Engels yang saat itu telah mengekspresikan ide-ide Komunisnya melalui buku Das Kapital (1863), The Communist Manifesto(1848), The Dialectics  of Nature(1883). Ide-ide pemikiran Komunis ini kelak semakin berkembang dan diimplementasikan untuk pertama kalinya di sebuah negara yang merupakan bagian dari keluarga besar etnis Slavia, Rusia pada akhir abad 19.


KOMUNIS DI RUSIA
Rusia pada abad ke-19 merupakan sebuah Kekaisaran besar yang menguasai seluruh Tanah Eurasia bahkan sempat mencapai Alaska sebelum akhirnya dibeli Amerika Serikat pada tahun 1867. Kekaisaran Rusia juga pada masa itu merupakan salah satu kekuatan besar eropa yang setara dengan Jerman, Austro-Hungaria, Inggris, Perancis dan Turki Ottoman. Namun, disamping posisinya sebagai kekuatan besar eropa dan dunia, Rusia ternyata merupakan sebuah batu karang absolutisme ditengah derasnya arus demokratisasi dan reformasi yang saat itu melanda banyak negara-negara eropa. Disamping itu, meskipun Rusia mulai sedikit demi sedikit tersentuh revolusi industri dan lambat namun perkembangannya selanjutnya tetap saja unsur feodalisme mengakar kuat di Rusia.
Meskipun pada masa Nikolai I(1827-1855)  perbudakan sudah mulai dihapuskan namun kondisi masyarakat Rusia tak ubahnya seperti kondisi masyarakat feudal pada masa Kepangeranan Kiev dan Moskow. Bangsawan dan keluarga kerajaan memiliki kekuasaan yang luar biasa dan acapkali tidak terbatas sedangkan  kaum buruh dan petani semakin berada dalam posisi tertindas setiap hari mereka harus bekerja secara keras tiada henti sedangkan balas jasa yang mereka dapatkan sedikit bahkan tidak dapat mencukupi sama sekali kebutuhan hidup mereka.

Bersamaan dengan situasi ini, masuklah berbagai macam aliran pemikiran dari eropa barat termasuk didalamnya adalah pemikiran komunisme modern yang dibawa oleh Marx dan Engels. Dengan masuknya berbagai aliran pemikiran modern ini, maka tumbuh suburlah berbagai gerakan masyarakat  dari berbagai macam aliran mulai dari demokrasi hingga social revolusioner yang radikal menuntut  perubahan yang lebih baik dalam tata pemerintahan dan kenegaraan dalam Kekaisaran.

Pada tahun 1904, Rusia terlibat perang dengan Jepang untuk memperebutkan daerah Manchuria dan Korea serta perairan Pasifik utara. Setelah terjadi peperangan yang keras selama 1 tahun akhirnya Kekaisaran Rusia harus menanggung kekalahan yang pahit melawan sebuah kekuatan baru Asia timur, Kekaisaran Jepang.  Puncak Kekalahan ini berbuntut pada revolusi Februari 1905 yang merupakan sebuah usaha masyarakatRusia untuk menyampaikan petisi kepada Tsar yang berisikan mengenai perbaikan birokrasi pemerintahan namun dijawab dengan tembakan dari pasukan-pasukan Tsar.

10 Tahun pasca Perang Rusia-Jepang muncul sebuah perang yang sangat dahsyat dan juga kelak menyeret Rusia yang saat itu masih dianggap sebagai kekuatan yang berpengaruh di Eropa yaitu Perang Dunia I. Rusia terlibat dalam peperangan sebagai patron bagi Kerajaan Serbia yang saat itu terlibat dalam masalah dengan Kerajaan Austro-Hungaria terkait masalah terbunuhnya Pangeran Franz Ferdinand oleh Gavrilo Princip, seorang nasionalis Serbia di Sarajevo pada tanggal 28 Juni 1914.

Pasukan Rusia ketika itu terjun dalam kondisi yang sangat bermasalah. Mulai dari kualitas prajuritnya masalah korupsi birokrat yang melilitnya, hingga yang paling mengerikan adalah masalah perlengkapan tempur prajuritnya yang tidak semuanya lengkap atau berfungsi secara sempurna. Sehingga tak heran pasukan Rusia selalu mengalami kekalahan yang mengenaskan. Bahkan pada pertempuran Tannenberg pada bulan Agustus 1914 Rusia harus kehilangan salah satu Jenderal Besarnya, Samsonov beserta  sekitar 120.000 pasukannya yang hilang, tewas, dan tertawan.  

Meskipun pada akhirnya pasukan Rusia sempat mendapat kemenangan di tangan salah satu Jenderal brilyannya, Alexei Brusilov pada akhir tahun 1915. Namun, kemenangan ini tetap tidak memberi perubahan yang signifikan dalam peperangan di Front Timur . Pasukan Rusia terus saja mengalami kekalahan bahkan Tsar Nikolai II harus turun sendiri sebagai Panglima Tertinggi. Perang ini berakhir dengan sebuah gencatan senjata yang isinya sangat merugikan Rusia di kota Brest-Litovsk pada tahun 1918.

Dampak  dari peperangan ini sangat mengerikan. Banyaknya pria-pria Rusia yang aslinya merupakan buruh dan petani dipaksa untuk berperang sehingga pada akhirnya yang terjadi adalah kemacetan industri dan pertanian yang berakibat pada kelangkaan pangan yang luar biasa yang harus diderita oleh rakyat Rusia. Demonstrasi besar-besaran semakin meluas dan akhirnya memuncak pada sebuah gerakan besar yang disebut revolusi.

Revolusi yang pertama terjadi  pasca PD I terjadi pada bulan Februari 1917 ketika Alexander Kerensky berhasil mengambil alih pemerintahan Tsar di Petrograd serta memaksa  Tsar Nikolai II untuk menyerahkan tahtanya di Pshkov dan akhirnya ia ditawan bersama dengan keluarganya hingga pada tanggal 17 Juli 1918 ketika ia dieksekusi oleh kelompok Sosialis Revolusioner yang saat itu merupakan bagian dari koalisi pemerintahan Kerensky.

Alexander Kerensky ketika itu  berasal dari kelompok minoritas yang merupakan pecahan dari Partai Sosial Demokrat Rusia yang disebut sebagai Menshevik. Menshevik berisikan orang-orang Sosialis yang moderat, kompromis serta nasionalis sehingga orang-orang Menshevik tetap memerangi Jerman pasca revolusi yang mereka lakukan. Namun perubahan yang mengerikan terjadi di dalam tubuh militer dimana beberapa perwira tinggi tewas di tangan anak buahnya sendiri yang menjadi indisipliner pasca revolusi.

Namun pemerintahan yang dikendalikan Kerensky beserta kaum kadet dan Mensheviknya gagal memenuhi harapan rakyat Rusia. Di saat-saat yang penuh ketidakpastian muncullah gerakan revolusi yang lebih besar, lebih popular dan  lebih terorganisir serta merupakan musuh dari Menshevik, yaitu Bolshevik  yang merupakan sebutan bagi kelompok mayoritas dalam Partai Sosial Demokrat Rusia yang menyetujui opsi revolusi dengan kekerasan dan perjuangan bersenjata yang berdarah.

Perpecahan Bolshevik dan Menshevik merupakan hasil pertentangan yang tak kunjung usai pada Kongres Partai Sosial Demokrat Rusia di Brussel, Belgia yang berlanjut hingga London pada tahun 1908. Gerakan Bolshevik dipimpin oleh dua orang tokoh yang kelak akan terus dikenang sebagai tokoh yang paling inspiratif dalam Komunis dunia : Vladimir Illyich Ulyanov atau lebih dikenal sebagai Vladimir Lenin serta  Lev Trotsky.
Pasca dijatuhkannya Pemerintahan Kerensky dari Petrograd, dengan segera Bolshevik membentuk sebuah pemerintahan yang bernama Soviet Petrograd. Revolusi Oktober 1917 ini juga menjadi pemicu meletusnya perang saudara antara Tentara Putih yang loyal kepada Tsar atau Pemerintahan Sementara melawan Tentara Merah yang merupakan sayap militer Partai Komunis yang sukses dibentuk oleh Lev Trotsky.

Perang Saudara ini tersebar ke Siberia, Baltik, Finlandia, Kaukasus, hingga ke Vladivostok. Selain itu, banyak negara-negara superpower dunia pada masa itu terlibat seperti : Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman dan Jepang. Perang Saudara ini berakhir pada tahun 1922 dan di bulan Desember di tahun yang sama, Berdirilah Republik Sosialis Uni Soviet yang merupakan hasil gabungan antara Republik Federasi Sosialis Soviet Rusia, Republik Federasi Sosialis TransKaukasus, Republik Sosialis Ukraina, Republik Sosialis Soviet Belarusia.

Gabungan negara-negara Soviet ini dipimpin oleh seorang pemimpin tertinggi Bolshevik, Vladimir Lenin sebagai Ketua Dewan Komisariat Rakyat Uni Soviet.  Lenin memimpin Uni Soviet selama dua tahun sampai kematiaanya pada tanggal 21 Januari 1924. Setelah kematian Lenin, terjadi perebutan kekuasaan antara Trotsky dengan Stalin. Trotsky yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan sekaligus Komisaris Luar Negeri sedangkan Stalin sebagai  Sekretaris Jenderal. Trotsky yang saat itu tidak waspada dan bermasalah dengan kesehatannya akhirnya kalah oleh manuver yang dilakukan oleh Stalin bersama dua orang kawannya Lev Kamenev dan Gregory Zinoviev.  Trotsky akhirnya tertangkap dan dibuang ke Kazakhstan pada tahun 1928 dan Pada tahun 1929 melarikan diri ke Turki sebelum akhirnya ia pindah ke Meksiko hingga kematiannya pada tahun 1940.

Stalin akhirnya mengukuhkan kekuasaan sebagai  seorang dictator dengan menyingkirkan kedua saingannya Kamenev dan Zinoviev. Pada tahun 1929 ia akhinrya menggantikan Lenin dalam memimpin Uni Soviet dengan posisi lamanya sebagai Sekretaris Jenderal.  Kebijakan-kebijakan Stalin yang paling utama di bidang ekonomi khususnya adalah melaksanakan proses industrialisasi Uni Soviet secepat mungkin.
Maka, kebijakan pertama yang ia canangkan adalah dengan membuat kebijakan baru yaitu pertanian kolektif, dimana semua tanah yang dahulu direbut dari tuan tanah pada masa perang saudara oleh para petani kemudian dicabut hak miliknya oleh negara dan wajib untuk menyerahkan seluruh hasil panennya kepada negara. Banyak sekali petani yang menentang keras kebijakan ini sehingga Stalin terpaksa harus melakukan pembunuhan secara besar-besaran dan cepat terhadap para petani yang menentang kebijakan ini. Pembersihan ini dilaksanankan oleh beberapa kroninya yang terkenal seperti Lazar Kaganovich dan kroni Ukrainanya yang kelak menjadi penerus, Nikita Khrushchov.

Selain itu, Stalin juga mencanangkan program pembangunan berjangka 5 Tahun dalam satu  periode yang terkenal sebagai  The Five Years Plan. Mengenai keberhasilan program Industrialisasi banyak yang bilang bahwa program Stalin ini cukup sukses meskipun harus mengorbankan puluhan juta rakyatnya tewas karena kelaparan massal pada tahun 1932-1933. Hal ini ditandai dengan  keberhasilan membangun pembangkit listrik, kemudian membangun industri-industri berat terutama industri militer hingga sukses membangun jalur kereta api bawah tanah. Namun ada yang mengatakan  bahwa program industrialisasi Stalin ini sebuah kegagalan besar dan merupakan pemicu krisis pangan besar-besaran di Uni Soviet.
Pada tahun 1934, Stalin kehilangan sahabat terdekatnya Sekretaris Partai Leningrad, Sergei Kirov. Kematian Kirov meskipun kelak dicurigai motifnya sebagai usaha Stalin untuk membungkam sahabatnya yang mulai berbicara secara terbuka menentangnya, digunakan oleh Stalin sebagai  alasan untuk menghabisi orang-orang yang menentangnya atau yang dia anggap mempunyai afiliasi dekat dengan Trotsky, Kamenev, Zinoviev atau bahkan dengan negara-negara musuhnya seperti Polandia, Jerman atau Amerika.

Proses pembersihan ini mencapai puncaknya pada tahun 1937 ketika Stalin menemukan adanya sebuah konspirasi besar orang-orang yang pro Trotsky-Kamenev-Zinoviev untuk menggulingkan Stalin ditambah dengan adanya isu kolone kelima dalam partai Komunis menyebabkan Stalin memulai proses pembersihan terhadap lawan-lawan politiknya secara kejam, ganas , bahkan terorganisir . Salah satu contoh yang paling mengerikan dalam kisah ini adalah Jenderal Kliment Voroshilov, salah satu kroni terdekat Stalin saat perang saudara bahkan memimpin secara terorganisir dan rapi proses eksekusi terhadap sekitar 70.000 perwiranya.
Mulai dari pejabat partai, ilmuwan, sastrawan hingga perwira militer pun banyak menemui ajal dalam proses pembersihan ini tidak terkecuali dua orang kepala NKVD(Genrikh Yagoda dan Nikolai Yezhov) yang saat itu terlibat dalam proses ini pun akhirnya dihabisi. Pada tahun 1938, pembersihan itu dihentikan.

Ketika awan kelabu Perang Dunia Kedua mulai menutupi langit kedamaian di Eropa, Stalin mulai memperhatikan kemunculan Jerman dengan partai NSDAP(disebut NAZI)yang dipimpin Adolf Hitler berkembang secara agresif sejak mereka berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1933 dan Hitler menjadi kanselir. Jerman akhirnya merebut kembali wilayah Rheinland tanpa perlawanan tahun 1935, menduduki Austria pada tahun 1938 yang kelak dikenal sebagai proses Anchluss(penyatuan), kemudian menduduki Cekoslovakia pada bulan maret 1939 sebagai akibat dari Konferensi Munich antara Adolf Hitler(Kanselir Jerman),Benito Musolini(PM Italia), Neville Chamberlain(PM Inggris), dan Edouard Daladier(Presiden Perancis).

Ideologi NAZI yang diusung Hitler ini sangat ultranasionalistik dengan semangat rasisme Aryanya dan juga semangat anti-Komunis yang telah memasuki tahap mengerikan. Bahkan pasca insiden pembakaran Reichstag oleh seorang pemuda Belanda yang gila dijadikan sebagai  alasan utama untuk menghabisi kubu Komunis yang berada di Jerman. Hal ini membuat Uni Soviet khawatir terhadap  atensi  besar Jerman kepada Uni Soviet sebagai musuh besar Komunis yang harus diperangi. Maka Uni soviet menawarkan kepada Inggris-Perancis sebuah aliansi bersama untuk melawan Jerman namun ditolak mentah-mentah oleh kedua negara tersebut.

Akhirnya Stalin melakukan sebuah manuver yang benar-benar mengejutkan serta membingungkan banyak pihak di seluruh dunia termasuk negara-negara demokrasi Barat itu sendiri dengan membuat sebuah pakta perjanjian non-Agresi dengan Jerman pada tanggal 26 Agustus 1939. Bahkan mereka akhirnya bekerjasama untuk menyerang Polandia dengan pembagian detailnya Jerman dari barat sedangkan Uni Soviet dari timur. Hal ini sesuai dengan perjanjian rahasia Molotov-Ribbentrop bahwa Polandia harus dibagi dua antara Jerman dengan Uni Soviet.

Sekalipun terikat dengan perjanjian damai, kedua negara ini tetap memiliki perasaan saling mencurigai. Terutama mengenai dua propinsi Rumania yang memiliki nilai yang sangat penting dalam hal geostrategis : Bessarabia dan Bukovina yang memiliki akses lebih dekat ke daerah kaya minyak  yang terletak di Kota Ploesti. Akhirnya persekutuan ini benar-benar bubar ketika Jerman pada tanggal 22 Juni 1941 melancarkan operasi besar bertajuk operasi Barbarossa.

Pada awal serangan Pasukan Jerman dapat menyerang dengan cepat sehingga dengan mudah pasukan Uni Soviet terkepung. Hal ini semakin diperparah dengan strategi Uni Soviet yang kaku dan kesiapan Tentara Merah untuk berperang sangat kurang sehingga banyak sekali pasukan Tentara Merah yang tertawan  bahkan jumlahnya mencapai 5 kali lipat dari jumlah Pasukan Jerman dan koalisinya yang menyerang Rusia.

Namun, memasuki musim dingin kekuatan perang pasukan Jerman mulai tergerus sedikit demi sedikit. Hal ini terjadi karena ketidaksiapan pasukan Jerman dalam menghadapi musim dingin di Rusia yang saat itu sangat berbahaya. Tak jarang, banyak kendaraan militer Jerman yang berubah menjadi seonggok besi tua tak berguna karena bensin dan oli pelumas yang menjadi beku. Bahkan pasukan Jerman terutama para prajurit infantrinya banyak yang tidak memiliki pakaian musim dingin sehingga mereka mengalami kelelahan dan kepayahan yang ganda karena harus melawan Tentara Merah Rusia dan Musim dingin Rusia yang mematikan.

Titik Balik Perang Dunia II di Rusia terlihat pada kekalahan memalukan Jerman di Stalingrad pada tanggal  2 Februari 1943 dengan menyerahnya Marsekal Paulus beserta 26 Perwiranya dan 90.000 Pasukannya. Sejak saat itu, Uni Soviet mengambil inisiatif penuh bahkan semenjak Serangan Jerman ke Moskow yang gagal pada bulan Desember 1942 yang juga dibarengi oleh kehadiran pasukan cadangan baru dari Siberia yang lebih segar dan lebih siap untuk menggempur Jerman.

Puncak dari peperangan di front Eropa Timur ini mencapai puncaknya pada bulan Agustus 1944 ketika Jerman melancarkan serangan  besar-besaran dengan operasi Musim Panasnya. Pasukan Uni Soviet yang berjumlah sekitar 1,27 Juta dengan tambahan sekitar 500.000 pasukan Polandia beserta  Tank yang berjumlah sekitar 12.000 unit, Meriam +/- 20.000 pucuk, Pesawat Terbang +/- 10.000 unit.

Invasi ini berhasil menghancurkan dan mengacak-acak seluruh peta kekuatan pasukan Jerman di Eropa Timur bahkan berhasil merebut Warsawa, Sofia, Bukarest, Budapest, Belgrade. Hingga terakhir pasukan Jerman berhasil mencapai sungai Elbe, bertemu dengan pasukan Amerika, serta mengepung Berlin dari sebelah timur. Pasukan Soviet yang merebut Berlin dibawah pimpinan Marsekal Ivan Konev dan Marsekal Georgi Zhukov mulai memasuki Berlin meskipun mendapat perlawanan keras dan akhirnya pada tanggal 7 Mei 1945, Seorang prajurit dari Tentara Merah naik ke bagian atas Reichstag(Gedung Parlemen Jerman) dan mengibarkan bendera Merah sebagai lambang kemenangan.

Pasca Perang Dunia II, tensi ketegangan baru mulai meningkat dalam Sekutu. Amerika yang menginginkan pembagian Berlin secara terpisah antar Sekutu ditolak oleh Uni Soviet yang menginginkan Berlin menjadi milik Uni Soviet seutuhnya. Tensi konflik ini bahkan berpuncak pada usaha blockade Soviet terhadap Berlin yang nantinya dijawab oleh Amerika dengan program Berlin Airlift pada bulan Juni 1946 yaitu program pembagian bantuan pangan melalui udara.

Kemudian pada tahun 1950, ketika pecah perang Korea antara Korea Utara dan Selatan. Stalin yang saat itu berhasil dibujuk oleh Kim Il Sung mengenai keberhasilan Pasukan Komunis Korea bisa menyatukan seluruh semenanjung Korea, tertarik untuk mengirimkan bantuan dalam jumlah besar peralatan perang beserta instruktur khusus bahkan mengirim pilot-pilot jempolannya untuk membantu AU Korea Utara. Perang tersebut berakhir pada 26 Juni 1953 dengan adanya perjanjian damai antar kedua negara.

Pada tanggal 5 Maret 1953, Josif Stalin meninggal karena pendarahan otak. Kematiannya ini sontak mengguncangkan seluruh rakyat Komunis dunia. Berdasarkan buku Monteffiore yang berjudul Stalin : Kisah Yang Tak Terungkap, kematian Stalin merupakan ulah dari salah satu kroninya sendiri, Lavrenty  Pavlovich Beria, seorang Kepala NKVD pilihan Stalin sendiri. Kematian Stalin ini menyisakan sebuah pertarungan suksesi besar antar para Kroninya yaitu : Vyacheslav Molotov, Nikita Khruschev, Nikolai Bulganin, Georgi Malenkov, Lavrenty Beria.

Pada bulan Februari 1956, Nikita Khrushchev dalam Kongres partai Komunis seluruh Uni Soviet yang ke-20 ia meneguhkan kekuasaanya dan mulai sebuah proses untuk menghilangkan segala pengaruh yang dtinggalkan Stalin pada masa kekuasaannya yang kelak dikenal sebagai program Destalinisasi bahkan banyak kroni-kroni Stalin yang akhirnya disingkirkan seperti Georgi Malenkov dan Lazar Kaganovich yang dibuang menjadi seorang pengawas dari sebuah pabrik di Ural. Kemudian, Molotov orang terdekat Stalin yang akhirnya dibuang menjadi seorang duta besar Uni Soviet untuk Mongolia. Sedangkan Lavrenty Beria beserta kroni-kroni KGBnya dihukum mati. Dieksekusinya Beria, menjadi pertanda dimulainya freedom speech secara terbatas di Uni Soviet yang memperbolehkan masyarakat Soviet mengkritik secara keras proses pembunuhan massal yang terjadi pada masa Stalin.

 Kemudian ia membuat kebijakan rehabilitasi korban kekejaman Stalin sebagai bentuk nyata dari proses Destalinisasi berikut beberapa tokoh yang direhabilitasi adalah : Nikolai Bukharin(Politisi dan Seniman Bolshevik), Mikhail Tukhachevsky(Jenderal Brilyan Soviet periode awal 1930an), Maxim Gorky(Novelis legendaris Uni Soviet periode 1920-1930an). Disamping itu ia juga membubarkan GULAG dan memulangkan tawanan-tawanan bekas PD II khususnya dari Jerman dan Jepang pada pada tahun 1961.
Kebijakan domestik Khrushchev adalah  Desentralisasi Ekonomi yaitu manajemen perekonomian yang tadinya dipegang oleh Pemerintah Pusat mulai diamanatkan kepada pemerintah-pemerintah daerah untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang terjadi sebagai akibat dari berbagai sistem birokrasi pusat yang rumit dan berbelit. Kemudian ia mengurangi pajak pertanian kolektif dan pada tahun 1958, Machine Tractor Stations yang bertugas untuk mengawasi proses mekanisasi pertanian di seluruh Uni Soviet. Pada masa Khrushchev, industri barang konsumen mulai berkembang.

Pada zaman Khrushchev juga terjadi sebuah kemajuan dan keajaiban ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 1953, Uni Soviet berhasil melakukan ujicoba bom Hidrogen pertamanya, tahun 1957, mengumumkan telah berhasil mengembangkan sistem rudal antarbenua. Dan puncaknya pada tahun 1961, Uni Soviet berhasil meluncurkan pesawat antariksa Vostok I dengan Kosmonotnya bernama Yuri Gagarin. Peristiwa ini menjadi sangat bersejarah karena untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia berhasil diterbangkan hingga mencapai luar angkasa. Sukses ini telah mengguncangkan dunia dan memacu saingannya, Amerika Serikat untuk melakukan proyek yang sama hingga ia akhirnya berhasil menerbangkan Neil Amstrong dan Edwin Aldrin menuju bulan pada tahun 1968.

Kebijakan Luar Negeri Uni Soviet pada masa Khrushchev, cukup fleksibel. Ia cukup sukses dalam mengembangkan hubungannya dengan Amerika Serikat, membangun Pakta Warsawa yang mengikatkan seluruh eropa timur di bawah patronasenya, membangun hubungan dengan Yugoslavia yang saat itu merupakan kekuatan komunis paling berpengaruh di Balkan serta di Eropa setelah Uni Soviet, kemudian membangun hubungan dengan negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia, dan negara-negara yang berpengaruh di timur tengah seperti Mesir dan Syria. Kelak hubungannya yang membaik dengan blok barat memancing reaksi

Khrushchev juga mendukung penuh revolusi Kuba yang terjadi pada tahun 1957-1959 yang dipimpin oleh Fidel Castro , Raul Castro(adik Fidel) dan Ernesto”Che “Guevara. Hubungan yang terjalin antara Uni Soviet dan Kuba ini sangat baik bahkan Uni Soviet sempat ingin menjadikan Kuba sebagai basis peluncuran rudal balistik yang jarak jangkaunya bisa mencapai Washington sebagai reaksi atas pembangunan basis peluncuran rudal balistik Amerika yang ada di Turki.

Kemudian pada Krisis Terusan Suez pada tahun 1956 saat Mesir dikeroyok oleh pasukan gabungan Inggris-Perancis-Israel, Uni Soviet juga melancarkan ancaman bahwa akan segera meluncurkan rudal balistiknya ke arah London dan Paris bila tidak segera menghentikan serangan. Krisis ini baru berhenti setelah Presiden AS(1953-1960), Dwight David Eisenhower turun tangan dan kasus ini dibawa ke PBB.

Ditahun yang sama, di eropa timur. Khrushchev melakukan kebijakan represifnya yang tidak jauh berbeda dengan Stalin.  Pada tanggal 23 November 1956 pecah Revolusi di Hungaria yang dipimpin oleh Imre Nagy dan Pal Meleter. Revolusi ini bertujuan untuk mengakhiri pengaruh Uni Soviet di Hungaria yang disimbolisasikan dengan peruntuhan Patung Stalin di kota Budapest. Pemberontakan ini dihancurkan oleh Pasukan Uni Soviet pimpinan Jenderal Ivan Konev. Kemudian, Meleter dan Nagy akhirnya dihukum mati. Tindakan Uni Soviet menginvasi Hungaria mendapat kecaman baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Krisis Internasional yang serupa terjadi pada bulan OKtober 1962 di Kuba. Ketika dengan alasan keamanan, pemerintah Kuba mengundang Uni Soviet. Amerika Serikat yang marah dengan ulah Uni Soviet ini menggunakan  blockade laut sebagai senajata diplomasi ampuh untuk menekan Uni Soviet dan mencegah usaha pengiriman lebih lanjut dari Moskow. Khrushchev dengan muka merah menyuruh Anastasio Mikoyan (Ketua Deputi Pertama dari Dewan Kementerian Uni Soviet) untuk mempengaruhi Fidel Castro agar mau mengizinkan Soviet menarik kembali seluruh peralatan basis peluncuran misil balistik. Meskipun Castro menolak, penarikan ini tetap berjalan.

Khrushchev sendiri akhirnya jatuh dari kekuasaannya pada tahun 1964 melalui sebuah konspirasi politik yang melibatkan Brezhnev, Suslov, dan Kosygin. Kejatuhan Khrushchev ini merupakan puncak dari ketidakpuasan para pejabat politik Uni Soviet atas tingkah lakunya yang berlebihan bahkan acapkali dianggap “Norak” seperti insiden pemukulan Sepatu pada sidang PBB tanggal 12 Oktober 1960 ketika ia dikecam oleh Lorenzo Sumulong, ketua delegasi Filipina terkait masalah kebijakan represif Khrushchev terhadap eropa timur.

Leonid Illyich Brezhnev naik menggantikan Khuruschev pada tanggal 15 Oktober 1964 menggantikan Khrushchev. Dia sempat merancang sebuah kepemimpinan kolektif bersama dengan para kolleganya Alexei Kosygin dan Podgorny meskipun pada akhirnya Brezhnev menjadi figur yang paling dominan. Ketika Brezhnev berkuasa, semua proses liberalisasi kebudayaan yang digulirkan pada zaman Khrushchev dihentikan dan kembali menggunakan sistem represif. KGB yang dahulu sempat melemah pada zaman Khrushchev kini kembali menguat dibawah arahan Yuri Andropov.

Politik Represinya hampir mirip dengan Stalin meskipun tidak paranoid seperti Stalin. Pada masa Brezhnev terdapat sekitar 10.000 tahanan religius dan politik. Gaya politiknya ini tidak hanya berlaku di dalam negeri namun juga di luar negeri ketika pada tanggal 5 Januari 1968, Cekoslovakia melakukan sebuah reformasi politik dan ekonomi yang dikenal sebagai The Prague Spring. Brezhnev mengidentifikasikan ini sebagai ancaman bagi hegemoni Soviet di eropa timur memerintahkan invasi gabungan koalisi Pakta Warsawa(Uni Soviet-Jerman Timur-Bulgaria-Hungaria-Polandia) untuk menginvasi Cekoslovakia pada tanggal 20 Agustus 1968. Invasi ini mengundang banyak kecaman termasuk dari lingkungan Komunis sendiri ketika Nicolae Ceausescu (Presiden Rumania) berpidato mengecam aksi invasi ini didepan warga Bukarest.

Dalam hal perekonomian, Brezhnev telah melakukan tiga kali reformasi yaitu pada tahun 1965, 1973, dan 1979. Dan Brezhnev pun cukup sukses dalam bidang pembangunan industri berat, terutama Industri pertahanan. Bahkan pada zaman Brezhnev, Tentara Merah menjadi yang terkuat di dunia menyingkirkan Amerika Serikat yang saat itu mengalami kekalahan yang menyakitkan pasca Perang Vietnam(1963-1975) dan AL Soviet pun juga menjadi AL terkuat di dunia.

Namun menguatnya pertahanan Soviet yang didukung dengan alusista(Alat Utama Sistem Pertahanan) yang canggih tidak diimbangi dengan kemajuan perekonomian yang baik. Bahkan memasuki tahun 1970an perekonomian Soviet seolah jalan di tempat sehingga banyak sejarahwan dan pengamat ekonomi mengatakan periode Brezhnev sebagai “an era of Stagnation”karena tidak adanya kemajuan ekonomi yang signifikan sehingga berujung pada menurunnya kualitas dan taraf hidup masyarakatnya.

Mengenai Kebijakan Luar Negerinya, Brezhnev cukup agresif dalam mengenai intervensinya terhadap permasalahan negara dunia ketiga. Soviet terlibat perang perbatasan dengan China di daerah Manchuria dan Mongolia, Terlibat dalam konflik Arab-Israel(1967 dan 1973), Mendukung Ethiopia dalam konflik Afrika Timur(1978), dan puncaknya adalah Intervensi yang berujung Invasi dalam konflik di Afghanistan(1979-1989)

Afghanistan mengalami krisis pemerintahan pasca pembantaian presiden Hafizullah Amin dan keluarganya oleh pasukan komando Soviet, Spetsnaz. Kemudian Uni Soviet, memutuskan untuk mendudukan Babrak Karmal sebagai boneka Soviet di Afghanistan. Namun, tindakan Soviet ini ditentang keras oleh para ulama dan kepala suku yang ada di Afghanistan sehingga muncul perlawanan terhadap pemerintahan Sosialis Afghanistan yang berujung pada invasi besar-besaran Uni Soviet pada tahun 1983.

Namun seperti apa yang dialami oleh Amerika Serikat di Vietnam kurang lebih 20 tahun yang lalu, Pasukan Uni Soviet terjebak dalam konflik yang tidak berujung dan menguras semua yang dimiliki Uni Soviet. Bahkan perang tersebut juga mengakibatkan perekonommian Uni Soviet mengalami inflasi yang hebat karena banyaknya anggaran dana yang keluar untuk invasi ini. Selain itu korban prajurit tentara merah sendiri semakin banyak bahkan banyak alusista Tentara Merah yang canggih pada masanya itu dilalap oleh para gerilyawan Mujahidin Afghanistan tak terkecuali Sukhoi Su-27 yang merupakan prototype terbaru pada masanya. 

Namun di Afghanistan, Uni Soviet kehilangan sekitar 200 pesawat jenis ini dan rata-rata dihantam oleh rudal panggul Stinger buatan Amerika. Ditambah lagi konflik Afghanistan ini berujung pada aksi pemboikotan terhadap Olimpiade 1980 di Moskow oleh negara-negara blok barat. Krisis ekonomi serta perang Afghanistan yang tak kunjung selesai tetap menjadi masalah tersendiri bagi Brezhnev hingga kematiannya pada tanggal 10 November 1982 diusia yang ke-75 tahun. Selanjutnya pemerintahan ini dilanjutkan oleh Yuri Andropov pada tanggal 12 November 1982.

Pada masa pemerintahannya yang singkat ini (15 bulan) Andropov berusaha keras untuk memerangi korupsi yang menggerogoti birokrasi pemerintahannya. Ia juga mencanangkan program Vodka yang sangat murah sehingga masyarakat menamakan Vodka yang murah ini sebagai Andropovka. Pemerintahan Andropov ini hanya efektif hingga Februari 1983 ketika ia mengalami sakit yang cukup parah.  Andropov tetap bertahan hingga kematiannya pada tanggal 9 Feburati 1984. Andropov akhirnya digantikan oleh Konstantin Chernenko. Namun Chernenko sendiri yang bermasalah dengan kesehatannya tidak mampu menjalankan pemerintahannya hingga kematiannya tahun 1985. Salah satu yang paling menonjol pada masa pemerintahan Chernenko adalah Boikot terhadap Olimpiade 1984 di Los Angeles, Amerika Serikat dan sebagai gantinya ia membuat sebuah Sport games tersendiri bernama Druzhba 84 atau yang dikenal sebagai Friendship Games 1984.

Gorbachov naik  menggantikan Chernenko pada bulan Maret 1985. Mikhail Gorbachov yang merupakan lulusan hokum Universitas Negeri Moskow ini mencanangkan sebuah program besar yang bernama Glasnost dan Perestroika. Glasnost yang berarti pembukaan merupakan sebuah program yang memberikan kembali kebebasan berbicara dan menyampaikan aspirasi serta memiliki hak untuk berkumpul dan berserikat sehingga Partai Komunis Uni Soviet tidaklah menjadi satu-satunya saluran aspirasi masyarakat. Sedangkan Perestroika merupakan sebuah program untuk membangun kembali struktur ekonomi Uni Soviet yang mengalami keruntuhan akibat stagnasi dan krisis yang terus menerus.

Kebijakan Glasnost ini sukses karena masyarakat memiliki ruang keterbukaan yang sangat luas dalam mengekspresikan ide dan pemikiran mereka serta mereka bisa menyampaikan aspirasi mereka mulai dari kritik hingga saran namun dampak yang cukup mengkhawatirkan dari program Glasnost ini adalah berkembangnya etnonasionalisme di negara-negara bagian USSR terutama di daerah Baltik dan Asia Tengah.
Kasus ini semakin memanas ketika di Kazakhstan terjadi sebuah proses Rusifikasi yang gagal. Pada tahun 1986, Gorbachov menunjuk Gennady Kolbin sebagai Sekretaris Pertama Partai Komunis Kazakhstan  dan Menyingkirkan Dinmukhamed Kunayev yang berujung pada kerusuhan besar-besaran pada bulan Desember 1986. Kemudian pada tahun 1988 bulan Februari, pecah konflik antara Azerbaizan dengan Armenia terkait masalah wilayah Nagarno-Karabakh.

Kontras dengan program Glasnost, Perestroika justru mengalami kegagalan yang cukup menyakitkan serta dinilai gagal dalam menyelamatkan ekonomi Uni Soviet. Akhirnya pada tahun 1990 ia melakukan sebuah proses yang secara bertahap menghancurkan ideologi Komunis terutama cengkeramannya di bidang ekonomi dengan meluncurkan Kupon Privatisasi  yang menjadi sebuah awal bagi dimulainya proses Privatisasi ekonomi di Rusia.

Langkah Privatisasi ini berbuah petaka. Pada tanggal 19-21 Agustus 1991 guna mencegah kehancuran lebih lanjut Uni Soviet dari berbagai bidang, Sekelompok Konservatif Komunis berusaha mengembalikan Uni Soviet seperti pada masa lampau dengan mengadakan Kudeta ketika Gorbachov sedang beristirahat di Krimea. Kudeta ini dijalankan oleh Kepala KGB, Vladimir Kryuchkov beserta konspirator lain : Boris Pugo(Menteri Dalam Negeri), Gennady Yanaev(Wakil Presiden), Valentin Pavlov(Ketua Partai Komunis), Oleg Baklanov(Ketua Deputi Dewan Pertahanan Soviet),Valery Boldin(Sekretaris Gorbachev), Oleg Shenin(Sekretaris Komite Sentral PKUS). Para pelaku Kudeta ini menggerakkan pasukannya menduduki Moskow serta mengumumkan bahwa Gorbachev sedang sakit dan tidak bisa memerintah lagi dan mengangkat Gennady Yanaev sebagai Presiden. Usaha ini gagal total karena ditentang keras oleh seluruh rakyat Moskow beserta pejabat Rusia SFSR  yang dipimpin oleh Boris Yeltsin. Bahkan Yeltsin berani berpidato di atas Tank sebagai bentuk penentangan terhadap kudeta.

Pasca kudeta, mulai dari 20 Agustus hingga 22 September Estonia, Latvia, Lithuania, Kazakhstan, Tajikistan, Kirgiztan, Turkmenistan, Georgia, Azerbaizan dan Armenia memerdekakan diri. Sedangkan Presiden-presiden dari Rusia, Ukraina dan Belarus bertemu di kota Brest, Belarus untuk membicarakan kemungkinan sebuah persatuan negara-negara baru yang lebih longgar bernama CIS(Commonwealth Independent States) pada tanggal 8 Desember 1991. Pada tanggal 21 Desember 1991, 11 dari 14 Negara menandatangani piagam CIS di Alma-ata, Kazakhstan. Sedangkan 4 negara (Estonia, Latvia, Lithuania, dan Georgia) yang diakui kemerdekaannya oleh pemerintah Soviet menolak bergabung dengan CIS.
Gorbachev akhirnya mundur dari jabatannya sebagai Presiden Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991. Sedangkan Uni Soviet akhirnya kolaps pada tanggal 26 Desember 1991.