adsense

July 30, 2008

Memahami peristiwa Mi'raj Rasulullah Saw

Diterjemahkan dari AlQur'an surah An Najm ayat 1 s.d 18
  1. Demi bintang ketika terbenam,
  2. Kawanmu, (Muhammad), tidak sesat dan tidak keliru,
  3. Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.
  4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
  5. yang diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat (yaitu Jibril),
  6. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan dia menampakkan diri dengan rupa yang asli
  7. Sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
  8. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi,
  9. Maka jadilah dia dekat laksana dua busur panah atau lebih dekat.
  10. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya apa yang telah diwahyukan.
  11. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
  12. Maka apakah kamu hendak membantah tentang apa yang telah dilihatnya ?
  13. Dan sesungguhnya ia telah melihatnya itu pada waktu yang lain,
  14. Di Sidratil Muntaha.
  15. Di dekatnya ada Jannah tempat tinggal,
  16. ketika Sidrah diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
  17. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak melampauinya.
  18. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda Tuhannya yang paling hebat

Nabi Allah yang terakhir, yaitu Rasul Allah Muhammad Saw telah mengadakan perjalanan malam dari masjidil Haraam kemasjidil Aqsha dan telah menyaksikan sebagian tanda-tanda kebesaran Tuhan yang hebat dan dahsyat dengan ditemani oleh Malaikat Jibril yang akan dilihatnya dalam wujud aslinya pada saat di Muntaha sebagaimana yang pernah dijumpai Rasulullah pertama kalinya digua Hira ketika mendapatkan wahyu yang pertama.

Peristiwa itu, bagi Nabi sendiri merupakan pengalaman yang paling tinggi dan sempurna dalam kehidupan kerohaniannya. Kepergiannya keatas orbit bumi sampai terus menjulang tinggi melangkahi berjuta bahkan bermilyar bintang dan benda-benda angkasa lainnya untuk pada akhirnya sampai dihadapan 'Arsy Ilahi menyaksikan kebesaran Allah baik dengan mata kepala, mata batin atau mata hatinya sehingga sangat sulit dilukiskan.

Kaum alim ulama banyak berbeda pendapat mengenai masalah kejadian yang dialami oleh Nabi yang agung ini, bahwa apakah peristiwa itu terjadi secara rohani ataukah secara jasmani alias dengan badan kasar ?

Sejak jaman permulaan, masalah ini senantiasa menjadi masalah ikhtilafiah, masalah yang membangkitkan beda pendapat antara alim ulama dan mufassirin. Dan ini adalah hal yang sangat wajar sekali, bukankah tingkat pemahaman setiap orang dapat berbeda-beda sesuai dengan cara berpikir dan pengetahuan masing-masing serta perkembangan peradaban tekhnologi pada masanya ?

Ada sementara orang yang menganggap bahwa peristiwa perjalanan Nabi ini terjadi dalam mimpi, padahal mimpi itu tidak perlu dibantah. Toh itu cuma mimpi. Misalnya seperti saya yang berada di Palembang, lalu saya mengatakan bahwa tadi malam saya bermimpi pergi ke London, maka tidak akan ada seorangpun yang bisa membantah saya, karena hal itu hanyalah mimpi.

Orang yang berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi dalam mimpi mencoba mengemukakan dalil AlQur'an

"Dan tidak Kami jadikan penglihatan (Ar ru'yaa) yang Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia."(QS. 17:60)

Menurut mereka, lafal Ru'ya (dalam bahasa Arabnya memakai huruf "ya" saja) adalah berarti penglihatan dalam mimpi, bukan penglihatan dalam sadar. Sebab penglihatan dalam keadaan sadar mempergunakan bentuk masdar Ru'ya(h) (dalam bahasa Arabnya memakai huruf "ta" setelah huruf "ya")

Terhadap alasan ini, kita kemukakan jawaban bahwa apabila Penglihatan yang dimaksud dalam ayat ini adalah Mimpi, maka bagaimanakah hal ini bisa menjadi Ujian bagi manusia sebagaimana yang firman Allah yang ada pada lanjutan ayat 17:60 diatas ?

Sedangkan makna Ujian bagi manusia ini ialah adanya sebagian mereka yang membenarkan dan adapula yang mendustakan. Kalau toh hal itu berupa penglihatan dalam mimpi, maka orang tidak perlu lagi memperbincangkan untuk membenarkan atau mendustakannya.

Adakah anda pernah menjumpai orang yang membantah terhadap mimpi seseorang karena didalam mimpinya itu ia melihat atau melakukan perbuatan begini dan begitu ? Tidak, tidak mungkin ada orang yang akan membantah mimpi itu (yang nota bene orang-orang kafir pada saat Rasul menceritakan peristiwa itu tidak akan membantahnya - seandainya peristiwa itu terjadi dalam mimpi).

Sekarang mari kita bicarakan arti kata "Ru'yaa dari segi bahasa menurut undang-undang kebahasaan Arab yang berlaku.

Coba lihat kembali ucapan-ucapan jahiliah sebelum diturunkannya Al Qur-an, juga pada saat Nabi Ibrahim memandang takjub atas bintang-bintang, bulan, matahari dilangit ketika dalam pencarian jati diri Tuhannya, maka akan kita dapati bahwa kata-kata "Ru'yaa" juga dipergunakan dalam arti "melihat dalam keadaan sadar" (melihat dengan mata kepala).

Jadi perkataan "Ru'yaa" dengan arti "melihat dalam keadaan sadar" dipakai untuk perkara-perkara yang aneh-aneh dan menakjubkan yang biasanya terjadi dalam mimpi.

Apabila kita hendak menyatakan bahwa kita melihat sesuatu yang biasa maka kita katakan :Ro aitu Ru'yah tetapi jika kita mengatakan sesuatu hal yang dapat dilihat dengan mata kepala (Dalam keadaan sadar) dan kita mempergunakan kata-kata "ra-aa" dengan bentuk masdar "rukyaa", maka berarti apa yang kita katakan itu adalah hal yang luar biasa yang umumnya hanya terjadi dalam mimpi, namun itu tidak berarti kita sedang dalam mimpi

Apabila kita hendak menyatakan bahwa kita melihat sesuatu yang biasa maka kita katakan :Ro aitu Ru'yah tetapi jika kita mengatakan sesuatu hal yang dapat dilihat dengan mata kepala (Dalam keadaan sadar) dan kita mempergunakan kata-kata "ra-aa" dengan bentuk masdar "rukyaa", maka berarti apa yang kita katakan itu adalah hal yang luar biasa yang umumnya hanya terjadi dalam mimpi, namun itu tidak berarti kita sedang dalam mimpi

Sekarang kita lanjutkan dengan membicarakan kata-kata "Ja'ala", bagaimanakah penggunaannya menurut tata bahasa ?

Saya berpendapat bahwa kata-kata "Ja'ala" ini apabila digunakan untuk sesuatu yang belum ada kemudian menjadi ada, maka kata-kata "Ja'ala" tersebut sama artinya dengan "Khalaqa".Perhatikan Firman Allah :

"Waja'ala minha zau jaha"

Artinya :"Dan Kami jadikan daripadanya pasangannya."

Maksudnya adalah : Kami ciptakan istri Adam itu dari padanya yang mana pada waktu itu si Istri tersebut belum ada lantas kemudian menjadi ada. Tetapi apabila kata-kata "Ja'ala" ini digunakan untuk sesuatu yang sudah ada, maka artinya ialah "Merubah". Dari kata-kata "Ja'ala" dengan arti yang kedua ini maka akan timbul dua hal, yaitu adanya "Maj'ul" (sesuatu yang dijadikan/yang dibuat) dan "Maj'ul minhu" (sesuatu yang dijadikan daripadanya akan sesuatu yang lain).

Misalnya kita katakan : Ja'altussinaibrita Artinya :Saya membuat tanah liat menjadi kendi.Maka tanah liat ini sebagai bahan (Maj'ul minhu) dan kendinya sebagai Maj'ul.

Begitu juga dengan firman Allah terhadap Nabi Ibrahim :Inni Ja'iluka linnasi imama, Artinya: "Aku akan menjadikan engkau sebagai imam bagi manusia." (QS. 2:124), maka hal itu berarti bahwa Nabi Ibrahim sudah ada, sedangkan "Keimaman" adalah perkara yang lain lagi.

Lalu kembali lagi pada arti ayat 17:60 :"Dan tidak Kami jadikan penglihatan yang Kami perlihatkan kepadamu itu melainkan..."

Dijadikan apakah penglihatan yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad Saw itu ?Jawabnya : Dijadikan ujian bagi manusia dimana timbul reaksi-reaksi dari mereka, yaitu ada yang membenarkan dan ada yang mendustakan. Atau, kalau kata-kata "Ru'yaa" disini diartikan dengan mimpi, maka mimpi ini dapat dijadikan Ujian bagi orang lain ? Karena mimpi tersebut kemudian menjadi kenyataan, dan dari kenyataan (peristiwa nyata) inilah lantas timbul Ujian.

Sehingga dengan demikian maka dapat diambil pengertian bahwa peristiwa Mi'raj itu mula-mula dialami Rasulullah Saw dalam mimpi, kemudian dalam alam kenyataan sebagaimana hal ini dialami Rasulullah Saw pada peristiwa yang lain seperti yang difirmankan oleh Allah :

"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesunguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram.."(QS. 48:27)

Dimana peristiwa memasuki Masjidil Haram ini mula-mula berupa impian, kemudian menjadi kenyataan. Dan tidak ada yang menghalangi Allah untuk memperlihatkan kepada ruh Muhammad Saw mengenai peristiwa Mi'raj ini dalam mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Rasulullah mengalami Mi'raj dalam mimpi dan oleh ruhnya, lalu dialaminya dalam alam kenyataan.

A'isyah r.a. pernah mengatakan :

"Sesungguhnya Rasulullah Saw tidak bermimpi sesuatupun melainkan mimpinya itu akan menjadi kenyataan seperti terbitnya fajar."

Sekarang, mari kita tinjau kembali secara teliti, Surah 53 yang dimulai dari ayat 1 s.d ke-18 yang telah saya cantumkan pada bagian permulaan dari artikel ini, dan perhatikan ayat-ayat yang telah saya tebalkan dan miringkan hurufnya dan akan saya kutip kembali beberapa ayat yang berhubungan erat dengan pembahasan utama kita :

11. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.

12. Maka apakah kamu hendak membantah tentang apa yang telah dilihatnya ?

Ayat 1 s.d 12 itu menceritakan saat pertama kali pertemuan Nabi Muhammad Saw dengan malaikat Jibril, dimana Muhammad waktu itu sedang melakukan pengasingan diri lengkap dengan jasad fisiknya (lahir-batin) didalam gua Hira pada saat menerima wahyu pertama.

Dan penglihatan terhadap Jibril ini dilakukan dengan mata kepala Rasulullah sendiri, lahir batinnya beliau melihat, serta "hati Rasul tidak pula mendustakan penglihatan matanya"

Lalu pada ayat berikutnya (12), kita semua ditanya oleh Allah Maka apakah kamu hendak membantah tentang apa yang telah dilihatnya ?

Jauh-jauh hari ternyata Allah sudah mempertanyakan keraguan yang ada didalam diri kita atas apa yang telah pernah dilihat oleh Rasulullah Muhammad Saw, sehingga semakin menjelaskan bahwa kejadian di Gua Hira itu adalah nyata dan kongkrit dan tidak bisa terbantahkan.

Nah, selanjutnya kejadian digua Hira ini berulang kembali pada saat di Sidratul Muntaha yang termaktub pada Surah yang sama pada ayat selanjutnya, 13-18

13. Dan sesungguhnya ia telah melihatnya itu pada waktu yang lain,

14. Di Sidratil Muntaha.


17. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak melampauinya.

18. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda Tuhannya yang paling hebat.

Rasanya sudah transparan sekali Allah menjelaskan ayat-ayat tersebut kepada kita untuk dapat dimengerti serta dipahami bahwa semuanya berlangsung dengan logis dan real. Tetapi memang, sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, masing-masing orang dapat berbeda didalam menafsirkan setiap ayat didalam AlQur'an, mengingat memang kandungan yang ada pada AlQur'an begitu luas, indah dan mempesona selain juga begitu ilmiah.

Keilmiahan inilah yang rupa-rupanya masih agak sulit ditangkap oleh para alim ulama dahulu kala, karena memang perkembangan peradaban tekhnologi pada masa itu belumlah lagi secanggih sekarang ini, sehingga pernyataan manusia bisa terbang kebulan saja masih banyak yang takjub dan terheran-heran serta tidak percaya.

Memang bisa dimaklumi, penerbangan keangkasa luar dengan menggunakan pesawat terbang sendiri sebagai pelajaran struktur jagad raya baru dicapai sekitar abad 18 Masehi. Sebelum itu cerita manusia terbang tanpa pesawat hanya dijumpai dalam cerita wayang atau cerita mengenai Nabi Sulaiman dengan karpet terbangnya atau juga mengenai cerita di Romawi dengan kuda sembraninya.

Hal ini juga kiranya yang menyebabkan orang dahulu cenderung mencocokkan beberapa arti ayat AlQur-an sedemikian rupa, sehingga bagi mereka yang selalu berkutat dengan bidang ilmiah yang membacanya menjadi berkesan rancu, lucu dan irrasional. Padahal kita semua tahu dan sadar, AlQur-an sangat jauh dari sifat-sifat tersebut.

Ayat-ayat semacam inilah yang dimaksudkan oleh Allah dengan ayat-ayat yang Mutasyabihat seperti yang saya singgung dalam Kata Pengantar Studi Kritis dalam Memahami AlQur-an

Kita akan melanjutkan pembahasan mengenai Mi'raj Rasul Allah Muhammad Saw ini dengan beberapa tinjauan-tinjauan ilmiah, pada bagian kedua.

July 28, 2008

Kontroversi Kisah Penyaliban 'Isa al-Masih

Kita sudah banyak sekali mengupas perihal 'Isa putra Maryam dan latar belakang terjadinya penyaliban berikut dengan pengkajian-pengkajian kita mengenai misteri orang yang tersalib itu dalam pandangan al-Qur'an.


Dalam kesempatan ini, kita masih akan mempermasalahkan kisah penyaliban yang melingkupi kontroversi didalam Bible agar umat Islam mengetahui secara baik alur ceritanya dan tidak memparalelkan satu cerita didalam Bible secara serampangan terhadap cerita al-Qur'an tanpa mengadakan penelitian lebih dalam


Pada Matius 27:46,

Markus 15:34 dikatakan bahwa Nabi 'Isa telah berteriak dengan lantangnya kepada Allah Swt atas penyaliban dan siksaan yang telah dilakukan oleh kaum Israel itu.


Markus 15:34

And at the ninth hour Jesus cried with a loud voice, saying, Eloi, Eloi, lama sabachthani? which is, being interpreted, My Elohim, my Elohim, why hast thou forsaken me ?


Matius 27:46

And about the ninth hour Jesus cried with a loud voice, saying, Eli, Eli, lama sabachthani? that is to say, My Elohim, my Elohim, why hast thou forsaken me ?


Sekarang anggap sajalah bahwa yang disalib itu adalah benar al-Masih, 'Isa putera Maryam Rasul Allah sebagaimana yang diyakini oleh sekelompok kalangan didalam Islam dan juga umat Nasrani, dalam tragedi penyaliban 'Isa telah mengeluarkan teriakan-teriakan lantang dengan kata-kata yang seolah hendak mengajukan protes kepada Tuhan atas apa yang menimpa dirinya.


Layakkah semua itu dilakukan oleh seorang Nabi yang hanif seperti 'Isa al-Masih ?

Dimana letak derajat kenabian dan kerasulan beliau yang seharusnya menjadi teladan dan contoh kepada umatnya dengan melakukan perbuatan yang memalukan itu ?


Takutkah 'Isa terhadap kematian yang bisa menimpa dirinya ?

Tidak kuatkah beliau sebagai Nabi menahan siksaan dari umat Yahudi ?

Dimana letak kedekatan beliau dengan Allah yang seharusnya menjadi penentram hatinya ?Bukankah beliau juga sudah berdoa sewaktu di Taman Getsemani ?

Juga, bukankah Nabi Isa itu sendiri sudah diperkuat Allah dengan Ruhul Kudus ?


Tidak disangsikan lagi, didalam al-Qur'an disebutkan bahwa Nabi 'Isa sendiri berkata :


Dan keselamatan atasku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku akan mati dan pada hari aku akan dibangkitkan dengan keadaan hidup. Itulah dia, Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.(Qs. Maryam 19:30-34)


Jadi tidak pada tempatnya Nabi 'Isa berteriak-teriak seolah seekor anjing kehilangan tuannya, sementara dia sendiri sudah pernah memberikan ultimatum wahyu yang diterimanya dari Allah bahwa dia akan tetap selamat, meski apapun perlakuan umatnya kepada dirinya.


Setiap Nabi dan Rasul Allah yang termaktub didalam al-Qur'an adalah mereka-mereka yang terkenal tingkat ketakwaan, kesabaran, kepasrahan dan keyakinan yang tinggi kepada Allah Swt selaku Tuhan semesta alam yang telah mengutus mereka kepada umat.


Lihat contoh peristiwa Nabi Ibrahim as sebagai bapak Tauhid, yaitu sewaktu hendak dibakar karena perbuatan beliau yang menghancurkan berhala, Nabi Ibrahim tidak berteriak-teriak segala macam, karena ia yakin bahwa Allah akan menyelamatkannya.


Nabi Muhammad Saw yang nyaris terbunuh dalam peperangan Uhud, juga bahkan para sahabat terbaik beliau yang tidak pernah mengeluh apalagi sampai berteriak lantang terhadap apa yang telah menimpa diri mereka. Semuanya itu disebabkan tingkat ketakwaan dan kepercayaan mereka yang tinggi terhadap Allah Swt yang melahirkan jiwa-jiwa berani dan tak kenal putus asa


Sesungguhnya kamu akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan sungguh, kamu akan mendengar celaan yang banyak dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, tetapi jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.(Qs. ali-Imran 3:186)


Dan sesungguhnya perintah sabar itu diberikan dan ditanamkan Allah kepada semua utusanNya, agar dapat memberikan contoh terbaik kepada umat, membimbing umat kejalan yang benar.


Tapi dengan tindakan Nabi Isa yang berteriak diatas kayu salib ini, pelajaran apa yang dapat diambil oleh umatnya terhadap sikap Nabi dan Rasul yang mereka percayai ini ?


Apakah tingkat ketakwaan dan derajat Nabi 'Isa al-Masih berada dibawah tingkatan Ali Bin Abu Thalib yang sangat terkenal sifat kehanifannya dalam jajaran sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw ?


Apakah Allah itu juga menderita penyakit tuli alias pekak alias budeg sehingga Nabi 'Isa mesti berteriak lantang menjertikan suaranya kepada Allah ?Ingatkah anda dengan firman Allah sbb :


Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan pelankanlah suaramu.Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Qs. 31:19)


Pengangkatan 'Isa dalam artian diselamatkannya Nabi 'Isa al-Masih pada tragedi Golgota telah memberikan peluang kepada kita didalam mempelajari Bible. Bahwa Bible menceritakan dengan baik sekali perihal adanya sosok 'Isa al-Masih sesudah peristiwa penyaliban.


Disini kita bisa memberikan satu pentafsiran, bahwa setelah berhasil lolos dari tipu daya Yudas Iskariot yang licik itu, 'Isa al-Masih yang berubah dalam bentuk dan wujud yang baru tetap berada ditengah-tengah umatnya, Bani Israil.


Pada hari minggu pertama setelah penyaliban terjadi, Kitab Yohanes 20:13 menggambarkan betapa seorang wanita muda pengikut Nabi 'Isa al-Masih bernama Maria Magdalena, yang pernah mengurapi diri Nabi 'Isa (Baca: Kitab Yohanes 12:3 dan Lukas 7:38), dan salah seorang dari mereka yang menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana sosok Nabi 'Isa al-Masih telah disalib dan dikuburkan (Baca: Markus 15:40-41 dan Markus 15:47) sekaligus juga sebagai wanita yang pernah disembuhkan oleh 'Isa dari tujuh setan (Baca: Lukas 8:2) telah mendatangi kuburan dimana jasad 'Isa al-Masih disemayamkan.


Disana menurut Bible Yohanes, Maria Magdalena bertemu dengan dua orang malaikat namun ia sendiri tidak menjumpai sosok 'Isa al-Masih sebagaimana yang ia kenali dan wanita ini telah mengira bahwa 'Isa al-Masih yang berdiri dihadapannya dalam keadaan hidup itu sebagai seorang tukang kebun sampai akhirnya Nabi 'Isa memutuskan untuk menegur Maria Magdalena dan dikenali olehnya sebagai orang yang memang dicari-carinya.


And she saw two angels in white, sitting, one at the head, and one at the feet, where the body of Jesus had been laid. They say to her: Woman, why weepest thou? She saith to them: Because they have taken away my Lord;And I know not where they have laid him. When she had thus said, she turned herself back, and saw Jesus standing; And she knew not that it was Jesus.


Jesus saith to her: Woman, why weepest thou ?Whom seekest thou? She, thinking it was the gardener, saith to him: Sir, if thou hast taken him hence, tell me where thou hast laid him, and I will take him away.


Jesus saith to her: "Mary !"She turning, saith to him: "Rabboni !(which is to say, Master)".Jesus saith to her: "Do not touch me !"For I am not yet ascended to my Father. But go to my brethren, and say to them: I ascend to my Father and to your Father, to my God and your God. (John 20:12-17)


Apakah bukan satu keanehan bilamana Maria Magdalena telah mengira sosok Nabi 'Isa itu sebagai penunggu taman alias The Gardener ? Kita katakan saja pada waktu itu Nabi 'Isa sedang melakukan penyamaran sedemikian rupa sampai Maria Magdalena tidak lagi mengenalinya namun sebelum 'Isa memanggil nama Maria, beliau telah sempat berbicara dengannya dan tampaknya Maria tetap tidak mengenali sosok Nabi agung ini dihadapannya.


Penolakan yang dilontarkan oleh Nabi 'Isa untuk disentuh oleh Maria Magdalena dalam Yohanes 20:17 menurut hemat saya bukanlah karena saat itu 'Isa baru saja sembuh dari luka-luka penyaliban, akan tetapi karena memang tidak selayaknya seorang laki-laki muda seperti 'Isa yang waktu itu baru berusia 33 tahun dipeluk oleh seorang wanita muda seperti Maria Magdalena yang bukan muhrimnya, kecuali jika 'Isa memang sudah wafat sementara 'Isa sendiri mengatakan kepada Maria Magdalena bahwa "For I am not yet ascended to my Father", Bahwa Nabi 'Isa saat itu belumlah mati dan ruhnya belum naik menghadap Allah.


Akan tetapi, bagaimanapun juga, kisah yang diriwayatkan oleh Yohanes ini sangat berkontradiksi dengan periwayatan yang disampaikan oleh Matius, Markus dan Lukas didalam Injil mereka masing-masing.


Lukas 24

dimulai dari pasal 1 menceritakan bahwa yang datang kemakam 'Isa al-Masih pada hari minggu itu tidak hanya Maria Magdalena namun juga beberapa orang wanita lainnya menyertainya yaitu Joanna, Maria ibunya Ya'kub serta beberapa perempuan lainnya yang tidak dijelaskan oleh Lukas 24:10 nama-nama mereka satu persatunya; dan Lukas juga tidak menyebutkan bertemunya Maria Magdalena dengan sosok 'Isa al-Masih, malah kedua malaikat itu banyak sekali berbicara kepada wanita-wanita yang mendatangi kuburan tersebut.


Markus 16

dimulai pasal 1 mengatakan bahwa yang datang pada hari Minggu itu kekuburan 'Isa al-Masih hanya berjumlah tiga orang, yaitu Maria Magdalena, Maria ibunya Ya'kub dan Salome, selanjutnya dalam ayat ke-9, Markus mencoba mengambil cerita dari Lukas bahwa 'Isa sudah menemui Maria Magdalena pada hari minggu pertama itu, padahal dalam ayat-ayat sebelumnya telah dijelaskan olehnya sendiri betapa Maria Magdalena sama sekali tidak bertemu dengan 'Isa al-Masih.


Yang lebih kontroversial lagi, Matius dimulai pasal 28 meriwayatkan bahwa yang datang pada hari minggu pertama itu adalah Maria Magdalena dan beberapa Maria lainnya yang tidak dijelaskannya Maria apa saja mereka itu, kemudian kedatangan mereka itu bersamaan dengan terjadinya gempa bumi dan turunnya seorang malaikat kemakam tersebut dan menggolekkan batu besar penutup kubur 'Isa dan mendudukinya.


Perbuatan seorang malaikat ini menyebabkan takutnya beberapa Maria ini, dan sama sekali Matius tidak mengisahkan bahwa wanita-wanita itu melihat isi dalam kuburan 'Isa al-Masih, mereka hanya baru sampai diluar makam dan belum memasukinya ketika gempa terjadi dan malaikat turun.


Selanjutnya Matius dalam ayat ke-9 menggambarkan bahwa seluruh Maria itu telah ditemui oleh Nabi 'Isa al-Masih ditengah perjalanannya dan memberikan salam kepada mereka. Dan ini bertentangan dengan kisah periwayatan yang lain, terutama dengan riwayat Yohanes yang menceritakan hanya Maria Magdalena yang bertemu dengan 'Isa al-Masih.


Bagaimana seluruh kontroversi diatas bisa kita jadikan sandaran untuk meyakinkan bahwa 'Isa al-Masih merupakan tokoh yang tersalib dan mendekam didalam kuburan selama 3 hari sesuai dengan nubuatan Nabi Yunus yang tidak terbukti itu ?


Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa orang yang tersalib dan dikuburkan itu adalah sosok Nabi 'Isa al-Masih sementara kisah-kisah yang kita jumpai didalam Bible saling berbeda antara satu dengan yang lainnya ?


Apa kriteria kita untuk menentukan cerita mana yang benar dan sesuai dengan al-Qur'an dan dapat diterima dengan akal serta manapula yang tidak ?


Terlepas dari seluruh kontroversi diatas, kita lihat didalam Yohanes 21:1-4, kembali digambarkan bahwa Nabi 'Isa telah mendatangi pengikut-pengikutnya yang berada ditasik Tiberias dalam perwujudan yang lain:


After these things Jesus shewed himself again to the disciples at the sea of Tiberias; and on this wise shewed he himself. There were together Simon Peter, and Thomas called Didymus, and Nathanael of Cana in Galilee, and the sons of Zebedee, and two other of his disciples. Simon Peter saith unto them, I go a fishing. They say unto him, We also go with thee.

They went forth, and entered into a ship immediately; and that night they caught nothing. But when the morning was now come, Jesus stood on the shore: but the disciples knew not that it was Jesus.(John 21:1-4)


Dalam riwayat Lukas 24:13-17 dikisahkan bahwa pada hari Minggu tersebut, Nabi 'Isa al-Masih juga telah menyempatkan diri untuk menemui 2 orang dari 11 sahabat utamanya yang sedang berjalan menuju kampung Emaus sekitar 3 jam jauhnya perjalanan dari kota Yerusalem.


And, behold, two of them went that same day to a village called Emmaus, which was from Jerusalem about threescore furlongs. And they talked together of all these things which had happened. And it came to pass, that, while they communed together and reasoned, Jesus himself drew near, and went with them. But their eyes were holden that they should not know him.(Luke 24:13-17)


...And he said unto them, What things?And they said unto him, Concerning Jesus of Nazareth, which was a prophet mighty in deed and word before God and all the people.(Luke 24:19)


And it came to pass, as he sat at meat with them, he took bread, and blessed it, and brake, and gave to them. And their eyes were opened, and they knew him; and he vanished out of their sight. (Luke 24:30-31)


And they told what things were done in the way, and how he was known of them in breaking of bread.(Luke 24:33)


Kita lihat dari cerita Lukas diatas, bahwa para sahabat Nabi 'Isa sendiri tidak pernah menganggap bahwa 'Isa adalah bagian dari ketuhanan, mereka hanya menyebut putera Maryam ini sebagai seorang Nabi yang memiliki banyak mukjizat. Dan kehadiran 'Isa al-Masih dalam perjalanan mereka itu sama sekali tidak mereka kenali sampai pada akhirnya mereka sadar ketika 'Isa memberkahi roti dan memecahnya untuk kemudian diberikan kepada mereka.


Bagaimana mungkin kaum Hawariyin ini tidak mengenali sosok manusia yang selama ini senantiasa berada bersama-sama mereka jika tidak pada waktu itu wujud dari Nabi 'Isa ditampilkan dalam wujud yang lain sama sekali dan tidak bisa mereka kenali ?


Tidak lupa mereka ini telah memberikan gambaran kepada kita, betapa mereka akhirnya mengenali Nabi 'Isa bukan melalui melihat wujudnya yang asli, tetapi karena Nabi 'Isa sudah memecah roti, jadi melalui tindakannya dan mereka baru sadar bahwa orang itu adalah 'Isa al-Masih yang mereka banggakan. Dan setelah mereka sadar, Nabi 'Isa kembali melakukan "Transformasi", menghilang dari hadapan mereka dan menjumpai sahabat-sahabatnya yang lain.


Lukas 24:36 dan Yohanes 20:19 menjelaskan kepada kita bahwa setelah Nabi 'Isa memperlihatkan dirinya dengan perwujudan lain itu kepada beberapa orang pengikutnya diatas, akhirnya pada senja hari minggu itu, Nabi 'Isa al-Masih datang kepada kesebelas sahabat utamanya yang sedang duduk makan (lihat: Markus 16:14)


Then the same day at evening, being the first day of the week, when the doors were shut where the disciples were assembled for fear of the Jews, came Jesus and stood in the midst, and saith unto them, "Peace be unto you".(John 20:19)


But they being troubled and frightened, supposed that they saw a spirit.And he said to them: Why are you troubled, and why do thoughts arise in your hearts?See my hands and feet ! That it is I myself; handle, and see: For a spirit hath not flesh and bones, as you see me to have.


And when he had said this, he shewed them his hands and feet.But while they yet believed not, and wondered for joy.He said: Have you any thing to eat? And they offered him a piece of a broiled fish, and a honeycomb. And when he had eaten before them, taking the remains, he gave to them." (Luke 24:37-43)


Kita lihat, adalah suatu keanehan tersendiri, diantara para sahabat yang berkumpul pada senja hari itu sudah ada yang pernah bertemu dengan Nabi 'Isa pada waktu siang harinya dan mengetahui bahwa 'Isa al-Masih belumlah wafat dan berada dalam keadaan yang lain, akan tetapi kisah diatas menunjukkan kepada kita betapa para sahabat itu sendiri merasa ketakutan dengan hadirnya sosok 'Isa al-Masih secara tiba-tiba dan mereka pun tidak mempercayai bahwa sosok orang yang hadir ditengah-tengah mereka saat itu adalah 'Isa.


Mereka malah mengira 'Isa al-Masih adalah hantu !

Apa yang menyebabkan mereka mengira sang Nabi agung ini sebagai hantu ?

Apakah karena kemunculannya yang tiba-tiba itu ?

Rasanya tidak, sebab mereka sudah akrab dengan fenomena mukjizat 'Isa al-Masih, bahkan dua diantara mereka pada minggu siang itu telah menyaksikan betapa Nabi 'Isa tiba-tiba hilang dari hadapan mereka (Baca lagi riwayat dari Lukas 24:31 diatas).


Mereka digambarkan sangat takjub dan ketakutan serta tidak percaya sebab mereka selama ini berpikir bahwa 'Isa al-Masih sudah tersalibkan dan wafat, sedangkan mereka sendiri tidak ada yang menjadi saksi mata pada kejadian hari itu sebab keseluruhan dari mereka malah melarikan diri disaat sang Nabi berada dalam keadaan bahaya (Baca: Kitab Markus 14:50).


Bagaimana ini jadinya ?

Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah mereka semua saat itu berpikir bahwa 'Isa sudah wafat dan hantunya datang kepada mereka, untuk membantah pemikiran mereka itu, 'Isa al-Masih menunjukkan bukti-bukti masih hidupnya beliau selaku manusia biasa, diantaranya memakan sepotong ikan goreng dan minum madu serta menyuruh mereka menyentuh kulit tubuhnya.


Penjelasan yang masuk akal diatas tetap akan berlawanan apabila kita melihat balik kepada ayat-ayat yang menceritakan berita heboh atas hilangnya mayat 'Isa al-Masih pada pagi minggu itu dan beberapa orang dari mereka justru sudah berjumpa langsung dengan sang Nabi dalam keadaan hidup pada siang harinya.


Sekali lagi saya katakan, apa kriteria kita untuk menyatakan bahwa 'Isa sudah benar-benar tersalibkan dan dikubur dalam makam selama 3 hari ? Jika kita hanya menyandarkan pada data-data dari dalam Bible, maka data-data itu saling berlawanan antara satu dengan yang lainnya.


Saya ingatkan kembali pada sabda Nabi Muhammad Saw :


Apabila ada ahli kitab berbicara kepadamu, maka janganlah engkau mendustakannya dan janganlah kamu membenarkannya. Tetapi katakanlah : 'Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kami beriman kepada apa yang diturunkan sebelum kami.' ; Apabila yang dikatakan itu haq (benar), janganlah kamu mendustakannya. Tetapi apabila itu batil, maka janganlah kamu membenarkan."(Riwayat Abu Daud, Turmudzi dan Muslim)



Contoh lain dari kita untuk menolak pernyataan bahwa Nabi 'Isa sungguh tokoh yang telah disalib adalah riwayat Yohanes 19:26 yang menyebutkan bahwa dari atas kayu salib itu Nabi 'Isa telah memanggil ibunya dengan kata-kata ketus: "Perempuan ! lihatlah anakmu !"


Adakah itu mencerminkan adab sopan santun seorang Nabi dan Rasul Allah yang harus menjadi panutan umatnya ?


Mari kita baca firman Allah dalam al-Qur'an secara teliti berikut ini :


'Isa berkata: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia jadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia mewajibkan kepadaku shalat dan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Qs. 19:30-34)


Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya engkau tidak menyembah selain Dia dan hendaklah engkau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu berkata : "Ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Qs. 17:23)


Dan ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil: "Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. (Qs. 2:83)


Dari beberapa kriteria ini, menurut saya, untuk menyatakan bahwa Nabi 'Isa sudah tersalib benar-benar sulit diterima, baik dengan menggunakan dalil-dalil dalam Bible sendiri apalagi dengan berdasarkan dalil-dalil dari kitab suci al-Qur'an.


Sewajarnyalah kita mengimani wahyu Allah dalam an-Nisaa' 157 apa adanya :


Dan perkataan mereka: "Kami telah membunuh al-Masih 'Isa putera Maryam, utusan Allah", padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi dia disamarkan bagi mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka yakin telah membunuhnya. (Qs. 4:157)


Pada masanya, Nabi Musa as., pernah dikaruniakan oleh Allah tongkat yang dapat berubah ujud menjadi seekor ular besar ketika berhadapan dengan tukang sihir Fir'aun.


Bahkan dalam kasus Nabi Musa ini, tongkatnya itu sebagai satu benda mati, benar-benar berubah menjadi wujud benda lain yang memiliki nyawa dan mampu melawan ular-ular kecil para tukang sihir dari negri Mesir itu. Sementara Nabi Isa Almasih, hanyalah diserupakan wajahnya oleh Allah Swt dengan wajah orang lain namun bukan dirubah wujudnya menjadi 'benda lain, semuanya merupakan hal yang sangat mudah sekali bagi Allah, Tuhan semesta alam.


"Ye men of Israel, hear these words; Jesus of Nazareth, a man approved of Yahweh among you by miracles and wonders and signs, which Yahweh did by him in the midst of you, as ye yourselves also know" (The Acts 2:22)


"Hai orang-orang Israil, dengarlah perkataan ini: Jesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan mukjizat-mukjizat dan kekuatan-kekuatan serta tanda-tanda yang dilakukan Allah dengan perantaraan dia ditengah-tengah kamu sebagaimana yang kamu ketahui." (Kisah Para Rasul 2:22)


Paus pernah menegur Fra Fulgentio mengenai pengajaran Bible :


Thus for instance Fra. Fulgentio was reprimanded by the Pope in a letter saying, 'Preaching of the Scriptures is a suspicious thing. He who keeps close to the Scripture will ruin the Catholic faith.' In his next letter he was more explicit, warning against too much insistence on the scriptures 'which is a book if anyone keeps close to, he will quite destroy the Catholic Church.'(Taken from : A Brief Account of the Crusades)


"Mengajarkan kitab suci itu perkara yang mencurigakan.Orang yang terlalu berpegang pada kitab suci itu akan menjatuhkan keyakinan yang umum.""...itulah yang disebut kitab suci. Bila orang berpegang teguh kepadanya, niscaya akan menghancurkan gereja Katolik."


Kita jangan terlampau mudah mempercayai kisah-kisah yang terdapat didalam Bible yang nyata-nyata memiliki banyak sekali pertentangan dengan ajaran Islam, lagipula, isi Bible terutama Perjanjian Baru yang ada sekarang ini, semuanya dikarenakan untuk membuat persamaan terhadap cerita-cerita yang disebarkan oleh Paulus, musuh besar 'Isa al-Masih.


Dalam hal ini, Paulus sendiri membuka identitas dirinya :

Tetapi JIKA kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ?(Roma. 3:7).


Disini Paulus mencoba mencari pembenaran atas sikapnya sebagai seorang pendusta agama, bahwa bila apa yang dilakukannya dengan segala kebohongannya itu kepada umat Kristen adalah untuk dan demi Allah, maka tidaklah layak dia dihakimi sebagai orang yang berdosa, sebab dia menganggap dirinya berjasa kepada Allah.


Namun umat Nasrani akan menunjukkan dengan ayat berikutnya :

Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.(Roma. 3:8).


Sekarang kita ajukan pertanyaan yang di JIKA oleh Paulus pada Roma 3:7 itu apanya ? Kebenaran Allah yang melimpah atau dustaku ? Bagaimana kalau kalimat tersebut kita ganti dengan kalimat yang setara jenis dan susunannya seperti :


Tetapi JIKA kemakmuran Indonesia oleh bantuan IMF semakin melimpah bagi kemuliaan Indonesia, mengapa IMF masih juga dihakimi sebagai penghancur negara ? (IMF 3:7)


Kalimat Roma 3:7 akan sama saja bunyinya jika kita alihkan sbb :



Tetapi JIKA DENGAN AKU BERDUSTA maka kebenaran Allah semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ?(Roma. 3:7)


Lalu juga akan muncul argumen baru dari mereka dengan menggunakan persamaan :

JIKA AKU KAYA -------> Faktanya aku tidaklah kaya

JIKA AKU BERDUSTA ---------> Faktanya aku tidaklah berdusta


Baiklah, dalam bahasa Inggris kita mengenal adanya If Conditional (kalimat bersyarat) 'Conditional Type 1, 2 and 3', yaitu kalimat yang menyatakan bahwa pekerjaan itu dapat dilakukan kalau syaratnya terpenuhi. Dan berikut ini akan kita ketengahkan dalam bahasa Indonesia salah satu contoh kalimat dari ketiga type If conditional tersebut.


Jika bacokanku ternyata membuat dirinya semakin terkenal, mengapakah aku dihakimi sebagai seorang yang bersalah ?


Menurut anda, orang tersebut telah membacok atau tidak ?


Kalimat diatas, itu memiliki pola yang sama dengan Roma 3:7, silahkan anda memberikan penilaian sendiri sampai sejauh mana kebenaran yang keluar dari ucapan Paulus.


Kita kembali pada pembahasan al-Qur'an, bahwa Nabi 'Isa al-Masih telah diselamatkan oleh Allah dari peristiwa penyaliban itu dengan cara mengembalikan perbuatan makar itu kepada orang yang telah merencanakannya sendiri.


Wa innahu la'ilmullisa'ati falatamtarunna biha wattabi'un; Haza shirothum mustaqim


"Dan sesungguhnya Isa telah memberikan pengetahuan mengenai Sa'ati. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu padanya ikutilah Aku (Allah). Ini satu jalan yang lurus.(Qs. 43:61)


Bahwa Nabi 'Isa al-Masih telah memberikan pengetahuan, memberikan informasi mengenai kejadian yang akan berlaku sesudahnya, yaitu pemberitaan akan datangnya Nabi Muhammad Saw selaku Nabi akhir zaman, Nabi penutup yang merupakan satu kabar gembira bagi umat manusia yang benar-benar mengharapkan ridho dan rahmat Allah.


"Dan tatkala 'Isa putra Maryam berkata: hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kamu, membenarkan Taurat yang turun sebelumku dan memberikan kabar gembira mengenai seorang Rasul sesudahku yang namanya Ahmad."(Qs. ash-Shaff 61:6)


taken from :geocities