adsense

September 23, 2017

Abu Dzar Al-Ghifari, Pencari Kebenaran

Dari Abdullah bin ash-Shamit, ia mengatakan bahwa Abu Dzar menuturkan,

“Kami keluar dari kaum kami (Ghifar), dan mereka menghalalkan bulan suci. Aku keluar bersama adikku, Unais, dan ibu kami. Kami singgah di rumah paman kami (dari pihak ibu). Paman memuliakan kami dan berbuat baik kepada kami, sehingga kaumnya iri hati terhadap kami. Kata mereka, ‘Jika kamu pergi meninggalkan keluargamu, maka Unais memimpin mereka.’ Kemudian pamanku datang lalu menyampaikan kepada kami apa yang dikatakan kepadanya. Mendengar hal itu kami mengatakan, ‘Kebaikan yang anda perbuat selama ini telah anda cemari. Kami tidak bisa meneruskan hubungan lagi denganmu.’

Kemudian kami mendekati sekawanan unta kami dan kami menungganginya. Sedangkan paman kami menutup wajahnya dengaan pakaian sambil menangis. Kami pun pergi sehingga kami tiba di gerbang kota Mekkah. Unais membangga-banggakan sekawanan unta kami dibandingkan unta lainnya. Keduanya lalu pergi kepada seorang dukun (sebagai hakim untuk memutuskan keduanya siapa yang lebih baik), lalu hakim tersebut menilai milik Unaislah yang terbaik. Lalu Unais datang kepada kami dengan membawa sekawanan unta kami  bersama unta lainnya.

Ia mengatakan, ‘Aku sudah melaksanakan shalat, wahai saudaraku, tiga tahun sebelum sebelum aku bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Aku bertanya, ‘Karena siapa?’ Ia menjawab, ‘Karena Allah.’ Aku bertanya, ‘Kemana kamu menghadap?’ Ia menjawab, ‘Aku menghadap di mana Tuhanku menghadap kepadaku. Aku shalat isya’ hingga ketika akhir malam, aku terhempas seolah-olah aku pakaian, hingga matahari terbit.’

Unais berkata, ‘Aku perlu pergi ke Makkah, berilah kau bekal.’ Ia pun berangkat hingga sampai di Makkah, dan cukup lama meninggalkanku. Kemudian ia kembali, maka aku bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan di Makkah?’ Ia menjawab, ‘Di Makkah aku bertemu dengan seorang laki-laki yang beraga seperti kamu, yang menyangka bahwa Allah telah mengutusnya (sebagai rasul).’ Aku bertanya, ‘Apa yang dikatakan orang-orang?’ mereka mengatakannya sebagai penyair, dukun dan penyihir.’ Unais adalah seorang penyair.
Kata Unais, ‘Aku telah mendengar ucapan-ucapan para dukun, tetapi ucapan orang ini tidak seperti ucapan mereka. Aku telah membandingkan ucapannya dengan cara (yang ditempuh) para penyair, tetapi tidak ada yang sesuai dengan ucapan seorang pun, bahwa itu syair. Demi Allah, ia benar dan mereka berdusta’.”


Aku katakan, ‘Berilah aku bekal untuk pergi ke Makkah dan melihat orang itu.’ Aku pun tiba di Makkah, dan mencari orang yang paling lemah di antara mereka, lalu aku bertanya. ‘Di manakah orang yang kamu katakan sebagai Shabi’ (pembawa agama) itu?’ Ia mengisyaratkan kepadaku seraya mengatakan, ‘(kamu) shabi’.’ Maka penduduk lemah itu melempariku dengan batu dan tulang sehingga aku jatuh pingsan.
Ketika aku terbangun, seolah-olah aku batu merah karena banyaknya darah di tubuhku. Kemudian aku menuju sumur Zam-zam untuk membersihkan darah dari tubuhku dan minum airnya. Aku sudah berada di tempat ini, wahai anak saudaraku, selama 30 hari 30 malam, tanpa memakan sesuatu pun selain air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga hilang lekukan perutku dan aku tidak pernah merasa lemah karena kelaparan.

Tatkala penduduk Makkah di malam purnama yang terang benderang, ketika mereka telah tidur, tidak ada seorang pun yang thawaf di Ka’bah, selain dua orang wanita yang bernama Isaf dan Na’ilah.
Lalu keduanya datang kepadaku dalam thawaf keduanya, maka aku katakan, ‘Nikahlah salah satu dari kalian.’ Keduanya mengomel tidak karuan. Lalu keduanya datang kepadaku, maka aku katakan, ‘Aku lelaki perkasa.’ Kemudian keduanya pergi sambil mencaci maki dan mengatakan, ‘Seandainya di sini ada seseorang dari para pembela kami.’

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar menyambut keduanya, saat keduanya turun. Beliau bertanya, ‘Ada apa dengan kalian berdua?’ Keduanya menjawab, ‘Ada shabi‘ di antara Ka’bah dengan penutupnya.’ Beliau bertanya, ‘Apa yang diucapkan kepada kalian berdua?’ Ia menjawab, ‘Ia mengatakan kepada kami dengan ucapan yang tidak pantas.’

Rasulullah datang hingga mencium hajar Aswad. Beliau thawaf di Baitullah beserta sahabatnya, kemudian mengerjakan shalat. Setelah menyelesaikan shalatnya, -Abu Dzar mengatakan, ‘Aku adalah mula-mula orang mengucapkan salam kepadanya dengan salam Islam-, maka aku mengucapkan, ‘As-Salamu’alaika, ya Rasulullah!’ Beliau menjawab, ‘Wa’alaika wa rahmatullah.‘ Kemudian beliau bertanya, ‘Siapa kamu?’ Aku menjawab, ‘Dari Ghifar.’

Tapi, lanjut Abu Dzar, beliau menarik tanganya dan meletakkan jarinya pada dahinya. Aku bergumam dalam hatiku, ‘Mungkin beliau tidak suka jika aku menyebut Ghifar.’ Aku pun pergi untuk memegang tangan beliau tapi sahabatnya menghalangiku, dan dia lebih tahu daripadaku. Kemudian beliau menghalangiku, dan dia lebih tahu daripadaku. Kemudian beliau mengangkat kepalanya seraya bertanya, ‘Sejak kapan kamu berada di sini?’ Aku menjawab, ‘Sejak 30 hari 30 malam yang lalu.’ Beliau bertanya, ‘Siapa yang memberimu makan?’ Aku menjawab, ‘Aku tidak pernah memakan makanan kecuali ari Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga lekukan perutku hilang, dan aku tidak pernah lemah karena kelaparan.’ Nabi bersabda, ‘Air Zam-zm itu memberikan keberkahan. Ia adalah makanan yang menyenangkan.’

Abu Bakar berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkan aku malam ini untuk menjamunya.” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam dan Abu Bakar pergi, dan aku ikut pergi bersama keduanya. (Setelah sampai rumahnya) Abu Bakar membuka pintu dan menyuguhkan kepada kami kismis Tha’if. Itulah jamuan pertama yang aku santap. Kemudian aku boleh pergi sesukaku. Aku datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku suatu negeri yang memiliki banyak pohon kurma. Aku tidak melihatnya kecuali Yatsrib; apakah kamu sudi menyampaikan kepada kaummu tentang dakwahku? Mudah-mudahan Allah memberi manfaat kepada mereka berkat dakwahmu dan memberi pahala kepadamu karena mendakwahi mereka.’

Kemudian aku mendatangi Unais, maka ia bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan di sana?’ Aku menjawab, ‘Yang aku perbuat ialah bahwasanya aku telah masuk Islam dan beriman.’ Unais berkata, ‘Aku tidak membenci agama kalian. Sebab aku telah masuk Islam dan telah beriman.’ Lalu kami menemui ibu kami, maka ibu mengatakan, ‘Aku tidak membenci agama kalian. Sebab aku telah masuk Islam dan telah beriman.’ Kemudian kami berangkat hingga datang pada kaum kami, Ghifar. Maka, sebagian ari suku Ghifar masuk Islam. Mereka dipimpin oleh ‘Ima’ bin Ruhshah al-Ghifari, sesepuh mereka.

Sementara separuh dari suku Ghifar lainnya mengatakan, ‘Jika kelak Rasulullah telah sampai di Madihan, maka kami akan masuk Islam.’ Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam tiba di Madinah, separuh dari suku Ghifar yang tersisi masuk ke dalam Islam. Mereka datang untuk masuk Islam seraya mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami telah masuk Islam, maka kami pun masuk Islam.’ Kemudian Rasulullah berdoa, ‘Semoga suku Ghifar mendapatkan ampunan Allah. Dan suku Aslam, semoga Allah menyelamatkan mereka dari siksaan Neraka.”42
42 Muslim, No. 2473.

September 22, 2017

::: Kisah Tim Humble Mencari Kebenaran Agama : "Agama Barat dan Timur Mistik Kupelajari Hingga Bertemu Islam !":::

Assalamu’alaikum. Namaku Tim Humble dan aku masuk Islam di usia 14 tahun. Usia yang masih sangat muda untuk bisa memilih agama dengan benar. Tapi Alhamdulillah, Allah telah menuntunku di jalan kebenaran ini.
Masa remaja sebelum mengenal Islam, aku adalah sosok yang sangat pemberontak. Orang tua, sekolah, pihak yang berwenang atau kepolisian, semua aku tentang. Nilai akademisku bagus tapi selalu saja aku membuat masalah bagi orang-orang di sekelilingku.
Aku tidak mau patuh pada siapa pun. Bahkan tidak jarang, aku berbuat sesuatu sekadar ingin membuat marah pihak lain. Merokok misalnya. Kemudian pertarungan antar pelajar, saling menjerumuskan teman, berkhianat satu sama lain, dan sebagainya.
Sikap memberontak ini pula yang membuatku menolak konsep agama orang tua. Aku tidak percaya dengan apa yang mereka yakini. Aku merasa bahwa aku lebih tahu daripada orang lain yang bahkan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Berbekal rasa sok tahu ini pula, aku memilih membaca untuk meningkatkan wawasanku.
Di usia sekitar 11 tahun, aku sudah gila membaca. Orang tuaku bilang, memang sedari kecil aku tidak suka nonton TV. Daripada duduk manis di depan TV, aku lebih suka dibacakan puisi, cerita, dinyanyikan lagu anak-anak dan semacamnya. Dari hobi membaca inilah nantinya, Allah menuntunku untuk mengenal Islam.
    …Daripada duduk manis di depan TV, aku lebih suka dibacakan puisi, cerita, dinyanyikan lagu anak-anak dan semacamnya. Dari hobi membaca inilah nantinya, Allah menuntunku untuk mengenal Islam…
Dalam rentang waktu 2 tahun yaitu mulai usia 11 hingga 13 tahun, aku membaca ‘gila-gilaan’. Semua koleksi buku ayahku sudah habis kubaca bahkan buku tentang filosofi. Aku ingat membaca buku-buku tersebut yang mayoritas isinya tentang agama.
Dan aku tidak percaya terhadap konsep tuhan yang ada di buku-buku koleksi ayahku tersebut. Aku tetap percaya adanya Tuhan, tapi aku tidak tahu Tuhan seperti apa yang layak untuk kupercaya.
Aku ingat, aku selalu membutuhkan kekuatan doa saat benar-benar menginginkan sesuatu. Saat itu di usia 11 atau 12 tahun, aku memanjatkan doa meskipun aku tidak tahu kepada siapa aku berdoa.
Keyakinan Kristen Protestan tidak membuatku bahagia dan puas. Agama ini penuh hal-hal yang tidak masuk akal terutama konsep triniti atau tiga dalam satu. Dengan terus terang kukatakan hal ini kepada setiap orang Kristen yang kutemui.
Kemudian aku berpaling pada Katolik. Saat itu kupikir agama ini lebih masuk akal sedikit daripada Kristen Protestan. Tapi konsep pengakuan  dosa di dalam Katolik terasa aneh untukku: kita masuk ke dalam ruang sempit dan mengaku dosa pada manusia. Ya sudahlah, agama ini tak bisa kupilih.
    …Di satu titik aku menyimpulkan bahwa semua konsep agama-agama tersebut salah. Aku pun kembali melanjutkan pencarian dengan apa yang kuyakini sebelumnya: Tuhan itu ada tapi Tuhan yang bagaimana yang layak aku sembah?..
Aku pun mulai melirik agama-agama timur yang penuh mistik, salah satunya Budha. Lagi, aku tidak menemukan substansi hidup yang sebenarnya. Aku hanya mencari satu hal: tujuan hidup kita di dunia.
Mengapa sesuatu hal terjadi padaku? Mengapa aku merasa mudah depresi? Mengapa aku merasa tidak bahagia? Mengapa aku? Kucari jawaban di agama timur ini. Ketemu konsep ide reinkarnasi, menurutku ide ini malah makin konyol saja.
Di satu titik aku menyimpulkan bahwa semua konsep agama-agama tersebut salah. Aku pun kembali melanjutkan pencarian dengan apa yang kuyakini sebelumnya: Tuhan itu ada tapi Tuhan yang bagaimana yang layak aku sembah?
Menginjak SMP, situasi mulai sedikit membaik. Aku bertemu dengan teman-teman yang baik dan mulai meninggalkan bacaan filosofi di hal-hal tertentu. Aku ikut kelas Pendidikan Agama yang merupakan kurikulum nasional.
Pengajar di mata pelajaran ini adalah seorang perempuan penganut neo Budha. Ibu guru ini sangat membenci Islam. Dia menganggap Islam itu bagus di teori tapi pemeluknya sendiri tak ada yang menjalankan teori tersebut.
Pendapat seperti ini tak bisa diikuti begitu saja, pikirku saat itu. Tentu saja antara ajaran dengan pemeluknya tidak bisa disamakan begitu saja. Kita tak bisa menilai Islam dari perilaku pemeluknya, tapi seharusnya dari ajaran konsep Islam itu sendiri.
Selain membenci Islam, Bu Guru ini juga tidak percaya dengan agama Semit lainnya yaitu Kristen. Konsep Kristianity menurutnya tidak masuk akal. Ketidakpercayaan Bu Guru ini membantuku dalam menemukan Islam.
Di mata pelajaran ini diajarkan juga konsep Tuhan dalam Islam yang hanya ada satu Tuhan. Wow…konsep yang sangat masuk akal. Berawal dari sinilah, perkenalanku dengan Islam dimulai. (riafariana/voa-islam.com)
Cercaan Misionaris terhadap Al Quran Membawaku pada Islam
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama secara tidak langsung mengenalkanku pada Islam. Meskipun ia mengajar dengan penuh nada kebencian terhadap Islam, tapi ajaran Islam yang benar-benar sesuai dengan akal dan fitrah manusia telah sampai kepadaku. Ibu guru ini menjelaskan tentang cara berdoa di dalam Islam, rukun Islam yang lima, dan sanksi-sanksi atau hudud.
[Dalam Injil Yesus Ajarkan Sholat]
Di dalam benak terlintas pikiran: oh…jadi  ini agama yang orang-orangnya harus berdoa dengan cara tertentu lima kali sehari. Tak terbayangkan, rasanya. Pasti sulit. Setiap saat hidupnya diisi dengan berdoa, selalu berhubungan dengan Tuhannya, dan berbicara langsung tanpa perantara. Ini agama yang sekilas sulit tapi jauh masuk akal daripada yang lain.
Ketika masuk bahasan tentang zakat, aku langsung tahu bahwa konsep ini jauh lebih baik daripada pajak. Semua orang benci bayar pajak. Tapi zakat? Semua orang suka dengannya. Selain dalam rangka ibadah, nilai zakat yang harus dibayarkan juga relatif lebih kecil. Kita mengumpulkan uang selama satu tahun kemudian dikeluarkan zakatnya hanya senilai 2,5%. Andai saja 20 orang terkaya dunia mau mengeluarkan zakatnya, tentu hal ini bisa mengatasi kemiskinan dunia. Subhanallah, ini konsep yang luar biasa.
Bandingkan konsep zakat ini dengan konsep amal di negeri barat. Beda jauh. Negara diperbudak oleh dunia perbankan dan institusi ekonomi.
Guruku ini menjabarkan fakta-fakta ajaran Islam diselingin dengan suara sinis terhadap pemeluknya. Penjelasan demi penjelasan meskipun singkat tentang Islam, seolah mengajakku untuk berpikir. Semakin lama mendengar ajaran Islam, ada yang  berubah di dalam hati ini. Ada dorongan yang kuat dalam diriku untuk mencari tahu tentang agama ini lebih jauh.
    …Guruku ini menjabarkan fakta-fakta ajaran Islam diselingin dengan suara sinis terhadap pemeluknya. Penjelasan demi penjelasan meskipun singkat tentang Islam, seolah mengajakku untuk berpikir…
Sesampai di rumah, aku segera mencari tahu tentang Islam via internet. Dan seperti sudah diduga, banyak tulisan dan opini sampah tentang Islam. Sebagian dari tulisan tersebut ada yang benar tapi banyak juga yang salah. Lalu aku teringat kitab sucinya: Al Quran. Setahuku, kitab suci ini berbahasa Arab.
Hal ini menjawab keingintahuanku tentang komunikasi Tuhan pada manusia. Bila Tuhan mengirimkan buku panduan pada umat manusia, kira-kira buku ini seperti apa ya bentuknya? Dan Al Quran adalah jawaban.
Taruhlah, ini memang buku atau kitab yang benar-benar berasal dari Tuhan. Itu artinya Tuhan menyampaikan firmanNya langsung dari diriNya sendiri. Mari kita buktikan bahwa Al Quran itu dari Tuhan langsung.
Pertama, kitab ini pastilah sangat luar biasa dan suci. Tidak mungkin kitab ini isinya biasa-biasa saja. Isinya pastilah memuat apa yang dibutuhkan oleh semua orang baik di masa lalu, sekarang maupun masa depan. Kitab ini pasti sangat sesuai untuk siapa pun termasuk untuk kehidupanku.
Berikutnya adalah kesempurnaan kitab ini. Tak boleh ada kesalahan sedikit pun di dalamnya. Di dalam surat Al Baqarah tertulis: Kitab ini, tidak ada keraguan di dalamnya. Wow…kitab apa yang memulai halamannya dengan menyatakan sedemikian rupa? Itu artinya kitab ini benar sempurna. Jika ada orang yang berusaha mencari kesalahan di dalamnya, maka tak mungkin ia mendapatkannya. Jika kitab ini benar-benar berasal dari Tuhan, maka isinya pastilah sempurna dalam semua hal.
Pertimbangan berikutnya. Kitab ini sudah berusia sekian puluh abad. Itu artinya pastilah ada orang-orang yang berusaha mengkritisinya. Aku pun mencari tahu, apa kesalahan yang terkandung di dalam Al Quran. Ketika kuketik di mesin pencari internet, yang muncul adalah web misionaris. Mereka menuduh, meragukan dan menyesatkan isi Al Quran. Aku pun mencatatnya.
Sekarang ganti mencari apa jawaban umat Islam terhadap tuduhan tersebut. Ternyata mereka memunyai jawaban yang sungguh jernih, sederhana, dan masuk akal terhadap semua tuduhan para misionaris itu. Semua jawaban itu sungguh bisa dipercaya. Aku jadi tahu sosok pribadi Sang Nabi dan kesaksian tentang kejujurannya. Semua terasa sangat jelas, tak ada yang disembunyikan dalam agama ini.
    …Aku pun mulai berpikir. Dengan keseluruhan pencarian ini, siapakah Sang Nabi terakhir ini? Apakah karena ia seorang Arab, dan bukan dari suku bangsa mereka sendiri sehingga kemudian pantas didustakan?…
Aku pun mulai berpikir. Dengan keseluruhan pencarian ini, siapakah Sang Nabi terakhir ini? Apakah karena ia seorang Arab, dan bukan dari suku bangsa mereka sendiri sehingga kemudian pantas didustakan? Apa yang dibawa oleh Sang Nabi terakhir ini? Dia membawa risalah untuk umatnya, tidak ada sedikit pun dia mengambil untung darinya. Itu berarti kemungkinannya tinggal dua: Sang Nabi ini adalah orang gila atau dia mengatakan kebenaran.
[Menjadi Ulama Internasional Yang Disegani]
Semua orang yang yang pernah bertemu dengannya menjadi saksi akan kejujurannya. Itu artinya jika dia tidak gila, selalu berkata jujur, dan tidak mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri, berarti ajarannya…
Sempurna. Dari sinilah kemudian aku memutuskan untuk masuk Islam.
Setelah masuk Islam, aku tidak langsung bisa mempraktekkan ajaran Islam terutama ibadah sehari-hari. Itu karena tidak ada orang yang mengajariku. Sekitar 4-5 tahun aku dalam kondisi sepert ini, mengaku Muslim tapi tidak menjalankan syariat.
Aku sering mengkritisi kondisi ini. Betapa mudah kita mengislamkan orang. Yang sulit adalah menjaga mereka tetap bertahan di dalam Islam. Penting sekali kita mulai berpikir tentang pembinaan mualaf. Bagaimana kita memperlakukan mereka, mengetahui masalah-masalahnya dan memberi solusi atas semua masalah yang mereka hadapi. Karena hal seperti inilah yang aku hadapi saat awal masuk Islam.
Di tengah kegalauan menjadi Muslim tapi tidak menjalankan syariat, aku memutuskan untuk berangkat ke Madinah dan belajar Islam di sana. Aku pun melamar ke Universitas Madinah. Penolakan demi penolakan kuterima. Alhamdulillah berkat pertolongan Allah, akhirnya aku bisa diterima juga di universitas tersebut. (riafariana/voa-islam.com)
Sumber: 

September 21, 2017

Kisah Perjalanan Panjang Seorang Pemuda yang Mencari Kebenaran (SALMAN ALFARISI)

Seorang pemuda tengah mengitari api. Ia menjaganya setiap waktu sepanjang hari agar api itu tak padam. Ia merupakan putra sang kepala daerah Ishafan, sebuah kawasan di Persia.
Bagi masyarakat setempat, petugas penjaga api ibarat budak Tuhan karena mereka merupakan umat Majusi, para penyembah api.  
Sang kepala daerah pun sangat mencintai anaknya hingga menugaskannya peran yang dianggap mulia tersebut. Pemuda itu juga merupakan putra kesayangannya hingga tak diizinkan keluar rumah, apalagi pergi jauh dari perapian. 

Suatu hari, sang ayah didera kesibukan yang sangat. Sebagai pemimpin daerah sekaligus petani, ayah si pemuda tak sempat mengurus lahannya. Maka ditugaskanlah si pemuda untuk mengurus lahan. 

Si pemuda pun menurut dan kemudian segera menuju lahan. Inilah kali pertama ia keluar rumah. Di tengah perjalanan, ia melewati sebuah gereja Nasrani yang tengah menjalankan ritual ibadah. Ia tertarik, memasukinya, kemudian terkagum dengan ajaran Nabi Isa yang disampaikan sang imam gereja.

Ia pun kemudian bertanya pada gerejawan, "Dari mana asal usul agama ini?" Mereka pun menjawab, "Dari Syam (sekarang kawasan Suriah, Palestina, dan Yordania)". Sang pemuda pun penasaran, "Jika rombongan dari Syam beragama Nasrani datang ke sini untuk berdagang, dapatkah kalian mengabarkanku?" pinta si pemuda yang kemudian disambut suka cita oleh mereka. Si pemuda pun kemudian menghabiskan waktu di gereja itu hingga senja. Tugas mengurus lahan terlupakan begitu saja.

Saat pulang, ayahnya pun nampak khawatir. Ia sempat mengutus seseorang untuk mencari putranya yang tak ditemui di lahan. Sang pemuda pun mencoba mengabarkan agama yang baru ia dapatkan ilmunya. "Ayah, aku melewati suatu kaum yang tengah beribadah di gereja. Aku kemudian kagum dengan ajaran agama mereka. Aku tidak beranjak dari tempat itu hingga Matahari terbenam," ujarnya.
 
Mendengarnya, sang ayah langsung geram. Melihat kebulatan tekad anaknya pada agama Nasrani, sang ayah pun kemudian memenjarakannya di rumahnya. Kakinya dirantai agar tak dapat pergi ke mana-mana.

Hingga sekian lama, si pemuda kemudian mendapat kabar bahwa rombongan dari Syam datang. Mereka bahkan telah menyelesaikan urusan dagang dan akan segera kembali pulang ke Syam. Si pemuda pun kemudian bergegas melepaskan rantai besi yang mengikat kakinya selama ini. Ia pun pergi menemui rombongan tersebut dan ikut menempuh perjalanan bersama mereka. 
 
Setiba di Syam, ia mencari ahli agama yang menjadi tuntunan warga. Ia pun ditunjukkan kepada seorang uskup di sebuah gereja. Sang pemuda pun bermaksud mengabdikan diri di sana; menuntut ilmu dan menjadi hamba Allah yang taat. "Aku sangat mencintai agama ini. Bolehkah saya tinggal bersama Anda agar saya dapat belajar dan sembahyang bersama? Aku akan membantumu mengurus gereja," pinta si pemuda. Sang uskup pun mempersilakannya.

Setelah si uskup meninggal, berangkatlah pemuda itu ke Irak. Ia pun segera menemui Fulan yang disebut dalam wasiat uskup sebelum meninggal. Si pemuda kemudian hidup bersama Fulan. Tak berapa lama, Fulan meninggal dunia. Dia berwasiat agar si pemuda menemui seorang di Kota Nashibin (Aljazair). Singkat cerita, si pemuda berangkat ke kota tersebut dan akhirnya tinggal bersama orang yang dimaksud. 

Di sana, ia bekerja hingga memiliki beberapa ternak sapi dan kambing. Namun, takdir Allah kembali mengujinya. Orang saleh itu meninggal dunia. Dia berwasiat, "Aku tak mengenal seorang pun yang masih memiliki keyakinan ini. Namun, telah dekat waktu kemunculan nabi terakhir. Dia akan membawa ajaran Nabi Ibrahim yang hanif. Nabi itu akan muncul di tanah Arab, kemudian akan hijrah ke tempat di antara dua bukit yang banyak tumbuh pohon kurma.

Nabi itu memiliki tanda yang nampak terang. Ia menerima hadiah, namun enggan menerima sedekah. Di bahunya juga terdapat tanda kenabian yang berbentuk seperti cincin. Demikian cirinya dan ciri daerah itu. Jika kau mampu, maka berangkatlah dan carilah ia." 

Si pemuda pun bertekad akan ke tanah Arab menemui sang nabi. Di tengah jalan, dia bertemu rombongan pedagang Arab yang akhirnya menjual dirinya sebagai budak. Dia akhirnya  dibeli oleh seseorang dari Bani Quraidzah asal Madinah dan dibawa ke sana. 

Hingga kemudian tibalah saat hijrah nabi. Warga Madinah diliputi kabar kedatangan Rasulullah. Namun, saat itu Rasulullah masih berada di Quba. Tak sabar menunggu, si pemuda pergi ke Quba setelah pekerjaannya selesai. Namun, ia ingin memastikan ciri nabi seperti yang diwasiatkan seorang saleh di Romawi. Semua ciri tersebut akhirnya terbukti.
 
Ia yang tak layak lagi disebut pemuda segera tersungkur di hadapan Rasulullah, tak kuasa menahan air mata. Ia telah menghabiskan banyak usia untuk mencari kebenaran, hingga bertemu Rasulullah adalah cita-cita terakhirnya. Setelah bertemu, maka keharuan begitu terasa di hati sang pemuda. Ia seakan bertemu seseorang yang seumur hidup ia rindukan. Ia pun memeluk Rasulullah. Nabiyullah dengan lemah lembut pun memintanya menceritakan keadaannya. Si pemuda pun mengisahkan perjalanan panjangnya itu. Para sahabat yang juga ikut mendengarnya merasa takjub dan terharu.

Si pemuda ini merupakan salah seorang sahabat Rasul yang terkenal, yaitu Salman al-Farisi. Kisah tersebut dikabarkan oleh Ibnu Abbas, riwayat Imam Ahmad, ath-Thabrani, Ibnu Sa'ad, dan al-Baihaqi. 

Status budaknya dibebaskan dengan bantuan Rasulullah dan para sahabat. Ia tak pernah luput dalam pasukan Muslimin. Kiprahnya yang terkenal di antaranya saat Perang Khandak. Ide penggalian parit merupakan usulan Salman.

September 20, 2017

Kisah Mengharukan Pemuda Pencari Kebenaran

Ini adalah kisah mengharukan yang diceritakan oleh Syaikh Muhammad Hassan mengenai saudara kita yang pada akhir kehidupannya Alloh selamatkan dari kekalnya api neraka. Sungguh dimanakah rasa syukur kita sebagai muslim yang sejak lahir Alloh telah berikan nikmat hidayah kepada kita? Dan akankah pada akhir hidup nanti kita bisa mempertahankannya?

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

Demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kamu telah melakukan amalan penghuni surga sampai ketika jarak antara dia dan surga tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga ia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kamu telah melakukan perbuatan ahli neraka sampai ketika jarak antara dia dan neraka tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (HR. Muslim no. 4781)

Berikut kisahnya :

                Seorang pemuda Amerika berdarah spanyol, menemui saudara-saudara kita di Islamic Center (Masjid) di daerah Brooklyn (Amerika).

Dan dia berkata dengan penuh keyakinan: “Saya ingin menjadi seorang Muhammadian (Pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam)”.

Mereka bertanya kepada pemuda itu “Siapa Anda?” dan “Bagaimana ceritanya sehingga Anda ingin menjadi pengikut Muhammad?”.

 Dia menjawab, “beritahu Saya (bagaimana caranya), tapi jangan bertanya”.

                Mereka memintanya untuk mandi maka dia melakukannya. Mereka meminta dia untuk bersyahadat dia pun melakukannya. Mereka mengajarkannya bagaimana tata cara sholat, maka dia pun melakukannya. Pertama-tama dia melaksanakan sholat subuh (fajr), kemudian sholat dhuhur. Hari pertama, kedua, dan ketiga dia tetap melaksanakan sholat. Saudara-saudara kita semua memperhatikannya karena dia selalu menangis, khusyuk, ketakutan dan sujudnya yang panjang. Saudara kita ini bersujud dan (seperti) tidak ingin mengangkat kepalanya. Dia bersujud dan terus menangis. Ketika dia mendengar Al Qur’an dia pun menangis.

Pada hari ketiga setelah sholat Magrib, seorang saudara kita duduk disampingnya dan berkata “Saudaraku, saya seperti merasa rendah (minder) dengan kehadiranmu”. “Saya tidak pernah melihatmu kecuali saya melihatmu sedang menangis. Ketika Anda bersujud (sepertinya) Anda tidak ingin mengangkat kepala Anda. Siapa sebenarnya Anda dan bagaimana kisah Anda?”.

Dia menjawab dengan mengatakan: “Dulu Saya seorang Nashoro (Kristen) dan kemudian saya mencari kebenaran”.

                Pemuda ini biasa membaca tentang islam dan agama-agama lain dan Dia meminta kepada Alloh (Tuhan) untuk menunjukkan kepadanya kebenaran (Al-Haq). Dia adalah seorang pemuda yang mencari kebenaran. “Sebelum malam saya datang kemari, Saya tertidur dan menangis dan berdoa kepada Tuhan untuk menunjukkan kepada Saya (jalan) kebenaran. Dan ketika saya tertidur, Saya melihat Nabi Alloh, Jesus (Isa Alayhissalam). Dia menunjukku dengan tangan kanannya sambil berkata “Jadilah seorang Muhammadian (Pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam)”. Saya (terbangun) kemudian  meninggalkan rumah dan menemui kalian.”

                Setelah itu, adzan isya pun berkumandang dan tibalah waktunya untuk shalat Isya’. Pada rakaat pertama dia bersujud tapi dia tidak mengangkat kepalanya. Saudara-saudara kita berpikir dia (mungkin) tertidur. Akhirnya sholat isya pun selesai dan saudara-saudara kita memanggilnya (mencoba membangunkannya), tapi dia tidak menjawab. Kemudian salah seorang saudara kita menggerakkannya perlahan, dan pemuda itu tiba-tiba jatuh ke lantai. Mereka kemudian sadar pemuda itu wafat ketika bersujud!!

                Ingatlah waktu kematian itu semakin dekat, maka Ya Alloh, berikan kami waktu terbaik ketika berakhirnya hidup kami.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

وَادْخُلِي جَنَّتِي

Hai jiwa yang tenang.  Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.  Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS.Al-Fajr:27-30)

September 19, 2017

Orang Brengsek Guru Sejati

oleh : Gede Prama
Entah apa dan di mana menariknya, Bank Indonesia amat senang mengundang saya untuk menyampaikan presentasi dengan judul Dealing With Difficult People.Yang jelas, ada ratusan staf bank sentral ini yang demikian tertarik dan tekunnya mendengar ocehan saya. Motifnya, apa lagi kalau bukan dengan niat untuk sesegera mungkin jauh dan bebas dari manusia-manusia sulit seperti keras kepala, suka menghina, menang sendiri, tidak mau kerja sama, dll.

Di awal presentasi, hampir semua orang bernafsu sekali untuk membuat manusia sulit jadi baik. Dalam satu hal jelas, mereka yang datang menemui saya menganggap dirinya bukan manusia sulit, dan orang lain di luar sana sebagian adalah manusia sulit.
Namun, begitu mereka saya minta berdiskusi di antara mereka sendiri untuk memecahkan persoalan kontroversial, tidak sedikit yang memamerkan perilaku-perilaku manusia sulit. Bila saya tunjukkan perilaku mereka; seperti keras kepala, menang sendiri, dan lain-lain, dan kemudian saya tanya apakah itu termasuk perilaku manusia sulit, sebagian darimereka hanya tersenyum kecut.
Bertolak dari sinilah, maka sering saya menganjurkan untuk membersihkan kaca mata terlebih dahulu,sebelum melihat orang lain. Dalam banyak kasus, karena kita tidak sadar dengan kotornya kaca mata maka orangpun kelihatan kotor.
Dengan kata lain, sebelum menyebut orang lain sulit, yakinlah kalau bukan
Anda sendiri yang sulit.
Karena Anda amat keras kepala, maka orang berbeda pendapat sedikit saja pun jadi sulit. Karena Anda amat mudah tersinggung, maka orang yang tersenyum sedikit saja sudah membuat Anda jadi kesal.

Nah, pembicaraan mengenai manusia sulit hanya boleh dibicarakan dalam keadaan kaca mata bersih dan bening. Setelah itu, saya ingin mengajak Anda masuk ke dalam sebuah pemahaman tentang manusia sulit.
Dengan meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah guru kehidupan, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah manusia-manusia super sulit. Terutama karena beberapa alasan.

Pertama, manusia super sulit sedang mengajari kita dengan menunjukkan betapa menjengkelkannya mereka.
Bayangkan, ketika orang-orang ramai menyatukan pendapat, ia mau menang sendiri. Tatkala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan menghina orang lain. Semakin sering kita bertemu orang-orang seperti ini, sebenarnya kita sedang semakin diingatkan untuk tidak berperilaku sejelek dan sebrengsek itu.

Saya berterimakasih sekali ke puteri Ibu kost saya yang amat kasar dan suka menghina dulu. Sebab, dari sana saya pernah berjanji untuk tidak mengizinkan putera-puteri saya sekasar dia kelak. Sekarang, bayangan tentang anak kecil yang kasar dan suka menghina, menjadi inspirasi yang amat membantu pendidikan anak-anak di rumah. Sebab, saya pernah merasakan sendiri betapa sakit hati dan tidak enaknya dihina anak kecil.
Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita jadi orang sabar.
Sebagaimana sering saya ceritakan, badan dan jiwa ini seperti karet. Pertama ditarik melawan, namun begitu sering ditarik maka ia akan longgar juga. Dengan demikian, semakin sering kita dibuat panas kepala, mengurut-urut dada, atau menarik nafas panjang oleh manusia super sulit, itu berarti kita sedang menarik karet ini ( baca : tubuh dan jiwa ini ) menjadi lebih longgar ( sabar ).

Saya pernah mengajar sekumpulan anak-anak muda yang tidak saja amat pintar, namun juga amat rajin mengkritik. Setiap di depan kelas saya diuji, dimaki bahkan kadang dihujat. Awalnya memang membuat tubuh ini susah tidur. Tetapi lama kelamaan, tubuh ini jadi kebal.
Seorang anggota keluarga yang mengenal latar belakang masa kecil saya, pernah heran dengan cara saya menangani hujatan-hujatan orang lain. Dan gurunya ya itu tadi, manusia-manusia pintar tukang hujat di atas.
Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan.
Semakin sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia sulit, ia akan menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya kontribusinya. Saya tidak mengecilkan peran sekolah bisnis, tetapi pengalaman memimpin dan dipimpin oleh manusia sulit, sudah terbukti membuat banyak sekali orang menjadi pemimpin jempolan. Rekan saya menjadi jauh lebih asertif setelah dipimpin lama oleh purnawirawan jendral yang amat keras dan diktator.

Keempat, disadari maupun tidak manusia sulit sedang memproduksi kita menjadi orang dewasa.
Lihat saja, berhadapan dengan tukang hina tentu saja kita memaksa diri untuk tidak menghina balik. Bertemu dengan orang yang berhobi menjelekkan orang lain tentu membuat kita berefleksi, betapa tidak enaknya dihina orang lain.

Kelima, dengan sedikit rasa dendam yang positif manusia super sulit sebenarnya sedang membuat kita jadi hebat.
Di masa kecil, saya termasuk orang yang dibesarkan oleh penghina-penghina saya. Sebab, hinaan mereka membuat saya lari kencang dalam belajar dan berusaha. Dan kemudian, kalau ada kesempatan saya bantu orang-orang yang menghina tadi. Dan betapa besar dan hebatnya diri ini rasanya, kalau berhasil membantu orang yang tadinya menghina kita.

September 18, 2017

BERHENTILAH JADI GELAS

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.
“Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan Sang Guru, begitu pikirnya.
“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya,
“Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.
“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.
“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”

September 17, 2017

MENEMBUS KETERBATASAN

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya.
Namun, apa yang terjadi
bila ia dimasukan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan disana selama satu hingga dua minggu? Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja!

Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.
Ini yang terjadi. Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api ia mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi dan terbentur lagi.

Terus begitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri.
Ia mulai berpikir, “Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini.”
Kemudian loncatannya
disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman. Dia tidak membentur. Saat itulah dia menjadi sangat yakin, “Nah benar kan? Kemampuan saya memang cuma segini. Inilah saya!”
Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api. Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat. Kemampuan yang sesungguhnya tidak tampak. Kehidupannya telah dibatasi oleh lingkungannya.

Sesungguhnya di dalam diri kita juga banyak kotak korek api. Misalnya anda memiliki atasan yang tidak memiliki kepemimpinan memadai. Dia tipe orang yang selalu takut tersaingi bawahannya, sehingga dia sengaja menghambat perkembangan karir kita. Ketika anda mencoba melompat tinggi, dia tidak pernah memuji, bahkan justru tersinggung. Dia adalah contoh kotak korek api yang bisa mengkerdilkan anda.
Teman kerja juga bisa jadi kotak korek api. Coba ingat, ketika dia bicara begini, “Ngapain sih kamu kerja keras seperti itu, kamu nggak bakalan dipromosikan, kok.” Ingat! Mereka adalah kotak korek api. Mereka bisa menghambat perkembangan potensi diri Anda.
Korek api juga bisa berbentuk kondisi tubuh yang kurang sempurna, tingkat pendidikan yang rendah, kemiskinan, usia dan lain sebagianya. Bila semua itu menjadi kotak korek api maka akan menghambat prestasi dan kemampuan anda yang sesungguhnya tidak tercermin dalam aktivitas sehari-hari.
Bila potensi anda yang sesungguhnya ingin muncul, anda harus take action untuk menembus kotak korek api itu. Lihatlah Ucok Baba, dengan tinggi tubuh yang di bawah rata-rata ia mampu menjadi presenter di televisi. Andapun pasti kenal Helen Keller. Dengan mata yang buta, tuli dan “gagu” dia mampu lulus dari Harvard University. Bill Gates tidak menyelesaikan pendidikan sarjananya, namun mampu menjadi “raja” komputer. Andre Wongso, tidak menamatkan sekolah dasar namun mampu menjadi motivator nomor satu di Indonesia.
Contoh lain Meneg BUMN, Bapak Sugiharto, yang pernah menjadi seorang pengasong, tukang parkir dan kuli di Pelabuhan. Kemiskinan tidak menghambatnya untuk terus maju. Bahkan sebelum menjadi menteri beliau pernah menjadi eksekutif di salah satu perusahaan ternama.
Begitu pula dengan Nelson Mandela. Ia menjadi presiden Afrika Selatan setelah usianya lewat 65 tahun.
Kolonel Sanders sukses membangun jaringan restoran fast food ketika usianya sudah lebih dari 62 tahun.
Nah, bila anda masih terkungkung dengan kotak korek api, pada hakekatnya anda masih terjajah. Orang-orang seperti Ucok Baba, Helen Keller, Andre Wongso, Sugiharto, Bill Gates dan Nelson Mandela adalah orang yang mampu menembus kungkungan kotak korek api. Merekalah contoh sosok orang yang merdeka, sehingga mampu menembus berbagai keterbatasan.