adsense

April 25, 2020

SIROH NABAWIYAH Bagian 11 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Halimah

Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka melihat semua kawan mereka telah mendapatkan bayi untuk dibawa pulang dan disusui.

Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya,

" Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang tanpa membawa bayi.

Demi Allah, aku akan pergi kepada anak yatim itu dan mengambilnya."

" Tidak salah kalau engkau mau melakukannya.

Semoga Allah memberi kita keberkahan melalui anak yatim tersebut."

Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah dan membawa Muhammad ke dusun mereka.

Aminah melepas bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih.

Lega karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih karena harus berpisah dengannya selama dua tahun ke depan.

" Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah dengan pipi yang hangat dialiri air mata.

Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku tidak merasa repot membawanya, seakan-akan tidak bertambah beban."

Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.

"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah kepada suaminya.

Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya sendiri.

Bayi itu juga menyusu dengan lahap.

Setelah itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.

"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada suaminya,

"Padahal, sebelumnya kita hampir tidak bisa tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."

Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua mereka ternyata kini menghasilkan susu.

"Engkau tahu, Halimah.

Sebelum ini unta tua kita tidak menghasilkan susu setetes pun," gumam Harits.

Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.

"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata Halimah kepada Harits,

" Bayi kita tertidur lelap dan kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."

"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah mengambil anak yang penuh berkah."

"Demi Allah, aku pun berharap demikian."

Kebanggaan Rasulullah

Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni.

Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan bangga,

"Aku adalah keturunan Arab yang paling tulen.

Sebab aku anak suku Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin Bakr."

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

Keberkahan

Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti sampai di situ.

Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad, terjadi hal yang mengherankan.

"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada keledai tungganganku ?" tanya Halimah.

" Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali," Harits menanggapi,

" Tetapi, kini ia dapat berjalan cepat seolah tak kenal lelah.

Padahal, beban yang dibawanya cukup berat."

Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa'ad lainnya yang telah berjalan lebih dulu.

" Halimah putri Abu Dhu'aibi ! " panggil para wanita itu keheranan,

" Tunggulah kami !

Bukankah ini keledai yang engkau tunggangi saat kita pergi ? "

" Demi Allah, begitulah," balas Halimah,

" Ini memang keledaiku yang dulu."

" Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa ! "

Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits tambah terkejut.

" Sepetak tanah kita ! " bisik Halimah tak percaya.

" Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur !

Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak tanah pun yang lebih gersang dari ini ! "

" Domba-domba juga ! " seru Harits,

" Domba domba kita jadi gemuk dan susunya penuh.

Kini kita dapat memerah dan meminum susu mereka setiap hari."

Begitulah keberkahan yang mereka terima selama mengasuh Muhammad.

Namun, dua tahun pun berlalu, kini tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.

Bersambung

Wallahua'lam

SIROH NABAWIYAH Bagian 91 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala

*KULIYAH SIRAH RASULULLAH ﷺ*
Bagian 91

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

*Kesedihan Umar*

_Setelah perang Badar, beberapa wanita menjadi janda karena suaminya gugur._ 

_Rasulullah ﷺ berusaha meringankan beban para wanita itu dengan memberikan santunan dari hasil rampasan perang._

_Bagi wanita yang masih muda, Rasulullah ﷺ berusaha menikahkan mereka dengan sahabat lain yang mampu._

_Hafshah putri Umar Bin Khattab, adalah salah seorang wanita muda yang ditinggali suaminya yang telah syahid._ 

_Umar tentu sangat sedih memikirkan nasib putrinya._

_Maka, ia pun pergi menemui Utsman bin Affan dan bertanya apakah Utsman bersedia menikahi Hafshah ?_

_"Maaf, saya sedang tidak bersedia untuk menikah lagi." demikian jawab Utsman._

_Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dan bertanya apakah Abu Bakar bersedia menikahi Hafshah._

_Namun, Abu Bakar diam saja._

_Dengan sedih, Umar Bin Khattab menemui Rasulullah ﷺ dan mengadukan nasib Hafshah serta penolakan kedua sahabatnya itu._

_Rasulullah ﷺ tersenyum menghibur,_

_"Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman."_

_Umar Bin Khattab menatap Rasulullah tidak mengerti._

_Siapakah yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman ?_

_Ternyata, Rasulullah sendiri yang melamar Hafshah._

_Subhanallah, saat itu juga, perasaan Umar Bin Khattab meluap dengan kegembiraan yang tidak terlukiskan._

_Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu Abu Bakar dan menyampaikan berita gembira itu._

_Abu Bakat berkata :_

_"Memang, Rasulullah sudah pernah membicarakan hal itu kepadaku._

_Karena itu, aku tidak ingin membuka rahasianya._

_Andaikata saja beliau tidak meminang Hafshah, sudah tentu akulah yang akan memperistrinya," demikian jawab Abu Bakar._

_Setelah Hafshah menjadi istri Rasulullah ﷺ maka saat itu Ibu kaum muslimin pun menjadi tiga orang :_

_Saudah, Aisyah, dan Hafshah._

 _Rasulullah ﷺ menetap di tempat ketiganya secara bergantian._

_Pada pagi hari, mereka semua berkumpul untuk mendengar nasihat Rasulullah ﷺ._

_Pada Sore harinya, mereka kembali berkumpul dan menceritakan semua yang mereka alami hari itu._

_Hal demikian menambah indah suasana rumah Rasulullah ﷺ._

_Sejak saat itu Umar Bin Khattab dengan gencar menganjurkan para sahabat yang lain agar mau menikahi para janda syuhada._

*Persiapan Perang Quraisy*

_Rasa geram dan gelisah terus menghantui perasaan orang-orang Quraisy di Mekah sejak kekalahan Badar._

_Akhirnya para pembesar mereka berkumpul di Darun Nadwah._

_"Kafilah dagang yang tersisa lebih baik kita jual !_

_Sebagian keuntungannya kita sisihkan untuk menyiapkan Angkatan Perang agar kita bisa memukul Muhammad !" demikianlah usul seorang pembesar._

_Usul itu pun diterima dengan suara bulat._

_Rapat-rapat perang terus diadakan._

_Ada yang berpendapat supaya kaum wanita diajak ikut._

_"Biar kaum wanita bertugas membakar kemarahan dan mengingatkan kepada korban-korban Badar._

_Kita adalah masyarakat yang sudah bertekad mati tidak akan pulang sebelum sempat melihat mangsa kita atau kita sendiri mati untuk itu !"_

_"Saudara-saudara Quraisy," demikian sahut yang lain,_

_"melepaskan wanita-wanita kita ke hadapan musuh bukanlah suatu pendapat yang baik,_

_Apabila kalian mengalami kekalahan wanita-wanita kita pun akan tertawan."_

_Tiba-tiba Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak,_

_"Kamu yang selamat dari Perang Badar bisa kembali bertemu istrimu, itu sebabnya kamu tidak berjuang mati-matian._

_Ya kami kaum wanita akan berangkat dan ikut menyaksikan peperangan._

_Jangan ada orang yang menyerukan pulang seperti gadis-gadis kita dulu dalam perjalanan ke Badar._ 

_Mereka disuruh pulang ketika sudah sampai di Juhfah._

_Akibatnya orang-orang kesayangan kita terbunuh karena tidak ada orang yang dapat memberikan semangat kepada mereka !"_

_Demikianlah, akhirnya kaum wanita Quraisy diizinkan ikut dalam peperangan._

_Maka Hindun memanggil Wahsyi seorang budak hitam dari Habasyah._

_Wahsyi terkenal sebagai pelempar tombak yang lihai._

_"Kau akan kuberikan banyak harta jika berhasil membunuh Hamzah," demikian kata Hindun._

_Majikan Wahsyi Jubair bin Mut'im juga berkata,_

_"Kau juga akan ku bebaskan jika berhasil membunuh Hamzah._

_Paman ku telah dibunuh orang itu dalam Perang Badar."_

*Pasukan Quraisy Berangkat*

_Setelah semua persiapan matang, pasukan Quraisy pun berangkat._

_Mereka terdiri atas 3000 orang dengan 3000 unta._

_200 di antaranya menunggang kuda dan 700 orang berbaju besi._

_Di barisan belakang para wanita Mekah dan budak-budak perempuan yang cantik berjalan mengiringi._

_Mereka memakai perhiasan-perhiasan indah dengan wewangian semerbak._

_Di tengah-tengah barisan wanita itu, berjalan Hindun binti Utbah dialah yang memegang komando dari barisan wanita untuk menabuh rebana dan menyanyi._

_"Kalian tidak boleh mendekati kami wahai kaum laki-laki," teriak Hindun. Sorot matanya memancarkan kobaran api._

_"Kami bersumpah bahwa kaum laki-laki tidak boleh mendekati kami sebelum mereka menumpas Muhammad dengan semua pasukannya sehingga kami dapat pulang sambil menjinjing kepala Hamzah !"_

Bersambung

_*Wallahua'lam*_

SIROH NABAWIYAH Bagian 90 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala

SIRAH RASULULLAH ﷺ
Bagian 90

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Abdullah Bin Ubay

_Semua keberhasilan Rasulullah ﷺ itu membuat hati Abdullah bin Ubay berubah semakin sesak karena dengki._

_"Jika ini dibiarkan, lenyap sudah impianku untuk menjadi pemimpin Madinah lagi seperti dulu!" demikian pikirnya._

_"Aku harus mencari jalan untuk menjauhkan Muhammad dari umatnya."_

_Abdullah bin Ubay mulai menyebarkan desas-desus,_

_"Mengapa Rasulullah ﷺ memberi bagian harta rampasan kepada Utsman bin Affan ?_

_Padahal, Utsman tidak ikut ke Perang Badar !_

_Ini pasti karena Utsman lebih dicintai dari kita semua !"_

_"Namun para sahabat Rasulullah ﷺ segera mendatangi Abdullah bin Ubay dan memberinya peringatan agar tidak menyebarkan desas-desus._

_"Utsman sudah berkeras ingin pergi, tetapi Rasullullah ﷺ memerintahkan agar tinggal di rumah dan merawat Rukayah, putrinya yang sedang sakit !_ 

_Jadi, sebenarnya Utsman juga berhak atas rampasan perang !" demikian kata beberapa sahabat._

_Abdullah bin Ubay terdiam,  tetapi ia pun mencari jalan lain. Kemudian disebarkannya desas-desus,_

_"Muhammad itu mengajarkan agar kita berpaling dari harta dunia, tapi sebenarnya harta tebusan yang banyak itu ia gunakan untuk makan dan minum enak serta memiliki perabotan rumah yang mewah layaknya Kaisar Persia !"_

_Sambil menebarkan desas desus itu Abdullah bin Ubay diam-diam mendatangi seorang wanita Anshor dan menyuruhnya memberikan permadani yang indah dan sangat mahal kepada Aisyah._

_Tanpa ada rasa curiga, Aisyah yang masih muda dan lugu pun menerimanya dengan senang._

_Ketika Rasulullah ﷺ  mendengar berita ini, beliau segera pulang dan menemui istrinya Aisyah yang sedang duduk-duduk di atas permadani yang mahal itu._

_Wajah Aisyah berseri-seri memiliki perabotan seindah itu._

_"Aisyah, apa ini ?" tanya Rasulullah ﷺ_ 

_"Seorang wanita Anshor datang ke sini dan melihat tikarmu," jawab Aisyah._
_"Ia kemudian mengutus orang agar menyampaikan permadani ini kepadaku."_

_Rasulullah ﷺ menyuruh Aisyah untuk mengembalikan permadani itu._

_Kemudian beliau tidur di atas tikarnya yang biasa kembali._

_Abdullah bin Ubay walaupun telah menyatakan diri sebagai Muslim dia tetap bersikap keras kepada Rasulullah ﷺ, dan menganggap Rasulullah tidak adil karena dianggap telah merampas kekuasaannya yang dipegangnya sebelum Rasulullah ﷺ datang ke Madinah._

_Abdullah bin Ubay pun selalu berusaha memalingkan manusia dari ajaran Islam._

*Tidur di atas Tikar*

_Umar Bin Khattab bergegas mendatangi rumah Rasulullah ﷺ._

_Ia ingin membuktikan bahwa desas-desus yang disebarkan orang tentang Rasulullah ﷺ yang memiliki perabot mewah itu sama sekali tidak benar._

_Ketika Umar sampai di rumah Rasulullah ﷺ, sama sekali tidak dilihatnya perabot-perabot mewah yang didesas-desuskan itu._

_Rumah Rasulullah ﷺ  tetap seperti dulu, tidak ada sama sekali yang berubah._

_Mengetahui Umar Bin Khattab datang, Rasulullah ﷺ bangun dari atas tikarnya._

_Seketika itu, Umar melihat bekas-bekas tikar yang kasar membekas pada tubuh Rasulullah ﷺ._

_Tidak kuat menahan haru akhirnya Umar menangis._

_Rasulullah ﷺ berpaling heran lalu beliau bertanya lembut,_

_"Ya Umar, Apa yang menyebabkan engkau menangis ?"_

_"Bagaimana aku tidak akan meneteskan air mata jika aku melihat bekas-bekas tikar itu melekat pada tulang rusukmu._

_Hanya inilah harta kekayaanmu yang aku tahu._

_Sedangkan Kaisar Romawi dan Persia hidup dalam gelimangan harta benda."_

_Rasulullah ﷺ merasakan betul kesedihan Umar._

_Beliau lalu menghibur Umar dengan memberikan pelajaran bahwa nilai seseorang tidaklah ditentukan oleh harta kekayaan yang dimilikinya, tetapi tergantung pada kemampuannya untuk menyebarkan kebahagiaan kepada orang lain._ 

_Kebajikan akan membuat seseorang menjadi kekal._

_Orang yang terus-menerus melakukan kebaikan, akan menghasilkan buah kebaikan pula untuk selama-lamanya._

_Sabda Rasulullah ﷺ agar kita selalu bersyukur :_

_"Apabila di antara kamu sekalian melihat orang yang dianugerahi harta dan rupa, maka hendaklah ia melihat orang yang lebih rendah dari mereka, karena hal itu lebih pantas agar kamu tidak merasa kekurangan nikmat yang Allah berikan kepadamu."_

Bersambung

Wallahua'lam

April 24, 2020

SIROH NABAWIYAH Bagian 10 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kelahiran Muhammad صلى الله عليه وسلم

Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah (tahun gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki.

Saat itu bertepatan dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi. (Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah melahirkan pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).

Aminah mengutus seseorang sambil berkata,

" Pergilah kepada Abdul Muthalib dan katakan,

' Sesungguhnya telah lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan lihatlah '."

Abdul Muthalib bergegas datang.

Ketika mengambil bayi itu dari pelukan Aminah, dadanya bergemuruh dipenuhi rasa sayang.

"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu.

Sungguh, di hatiku kini dirimu hadir sebagai pengganti Abdullah."

Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah.

Kali ini tidak kepada berhala, tetapi kepada Allah.

Abdul Muthalib berdoa dan bersyukur.

" Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.

Muhammad berarti terpuji, sebuah nama yang tidak umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup dikenal.

Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih unta dan mengundang makan masyarakat Quraisy.

" Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu ? " tanya seseorang kepada Abdul Muthalib.

" Muhammad "

" Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek moyang kita ? "

" Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi," jawab Abdul Muthalib.

Cahaya Aminah

Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat seberkas sinar keluar dari perutnya dan dengan sinar tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.

Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku tradisi yang baik, yakni mereka mencari wanita-wanita desa yang bisa menyusui anak-anaknya.

Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan agar dapat belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.

Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari bayi untuk disusui.

Di antara mereka ada seorang ibu bernama Halimah binti Abu Dzu'aib.

" Suamiku," Panggil Halimah

" Tahun ini sungguh tahun kering tak ada tersisa sedikit pun hasil panen di kampung halaman kita.

Lihat unta tua kita tidak lagi menghasilkan susu sehingga anak-anak menangis pada malam hari karena lapar."

" Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang dapat memberi kita upah yang layak untuk menanggulangi kesengsaraan ini," jawab sang suami.

Namun harapan mereka tak terkabul.

Hampir semua bayi bangsawan kaya telah diambil oleh teman-teman serombongan mereka.

Hanya ada satu bayi dalam gendongan ibunya yang mereka temui.

" Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan tersebut

" Ia anak yatim tinggal aku dan kakeknya yang merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza saling berpandangan.

Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada Ayah yang dapat memberi mereka upah yang layak.

Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi lain.

Aminah memandangi bayi dalam dekapannya dengan sendu.

Setiap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran untuk menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak yatim.

Tsuwaibah

Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad disusui Tsuwaibah budak perempuan Abu Lahab.

Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.

Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya Muhammad selalu memperlakukan Tsuwaibah dengan baik.

Bersambung

Wallahua'lam

April 23, 2020

SIROH NABAWIYAH Bagian 9 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

KEHANCURAN ABRAHAH

Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya.

Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah berhenti.

Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.

" Maju !

Maju !

Apa yang terjadi padamu ? "

Bentak Abrahah pada tunggangannya.

" Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini !

Kamu bahkan tampak ketakutan !

Ada apa sebenarnya ? "

" Paduka !

Ada yang datang dari arah laut ! "

Teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.

Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.

Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah.

Dengan panik setiap orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi sia-sia.

Semua orang, termasuk Abrahah, mati.

_Peristiwa ini Allah abadikan dalam Surah Al-Fil (105/1-5)

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ?

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia ?

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ

Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,

تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ

Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ

Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)

Wabah Penyakit

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar.

Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.

Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.

Kembali ke Mekah

Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.

Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan.

Kegagahan parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah.

Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100 ekor unta.

Suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami seorang pun sebelumnya.

Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.

Gadis yang Meminang

Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf.

Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah.

Abdul Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.

Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur Abdullah,

" Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah ? "

" Aku akan pergi bersama ayahku "

Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata,

" Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih.

Demi engkau, aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga "

Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan gugup.

" Siapakah gadis ini ? Pikir Abdullah,

" Dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti seorang gadis bangsawan.

Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Apa yang harus kukatakan kepadanya ? "

Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus melangkah dan tidak menggubris sang gadis

" Aku bersama ayahku "

Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.

Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya.

Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang ditinggalkannya.

Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf.

Mereka sepakat menjodohkan Abdullah dengan Aminah.

Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin.

Abdullah menyapanya, " Mengapa engkau tidak menyapaku seperti kemarin ? "

Gadis itu menjawab dengan ketus,

" Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada lagi.

Karena itu, sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu ! "

 Sinar Kenabian

Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya.

Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi.

Bersambung

Wallahua'lam

SIROH NABAWIYAH Bagian 89 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Rasulullah ﷺ mengizinkan Muhammad bin Maslamah mengatakan apa saja yang ia ingin katakan kepada Ka'ab bin Al Ashraf.

Muhammad bin Maslamah kemudian mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf

Ka'ab berkata:

"Rupanya, engkau telah bosan kepadanya."

Muhammad bin Maslamah berkata,

"Kami telah mengikuti dia, dan kami tidak ingin meninggalkannya sampai kami melihat sendiri bagaimana akhir persoalannya nanti.

Kami menginginkan engkau bersedia memberi pinjaman kepada kami satu atau dua wasaq (satu wasaq kurang lebih sama dengan 60 gantang)."

"Baiklah tetapi engkau harus memberikan barang jaminan kepadaku," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,

"Jaminan apa yang kau inginkan ?"

"Berikanlah istri-istri kalian kepadaku sebagai jaminan," jawab Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,

"Bagaimana mungkin kami menyerahkan istri-istri kami sementara engkau adalah orang yang paling tampan."

"Kalau begitu, Serahkanlah anak-anak kalian kepadaku," sahut Ka'ab.

Muhammad bin maslamah berkata,

"Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami sebagai jaminan.

Mereka akan mencela karena digadaikan dengan satu atau dua wasaq.

Ini adalah aib bagi kami.

Kami akan menyerahkan senjata saja kepadamu sebagai barang jaminan."

Selanjutnya ia berjanji akan datang lagi kepada Ka'ab

Abu Na'ilah juga melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad bin maslamah.

Dia mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengalunkan beberapa syair sejenak, lalu berkata,

"Wahai Ibnul Ashraf aku datang kepadamu untuk suatu keperluan.

Aku akan mengatakannya hanya kepadamu, tetapi rahasiakanlah."

Ka'ab menjawab, "Baik akan kurahasiakan."

Selanjutnya saling dialog seperti dialog antara Ka'ab dan Muhammad bin maslamah.

Di sela-sela pembicaraannya itu, Abu Nailah mengatakan,

"Sesungguhnya aku bersama para sahabatku yang sependapat dengan aku.

Aku ingin membawa mereka kepadamu, lalu engkau memberi mereka yang berlaku baik dalam hal tersebut."

Dalam dialog tersebut Muhammad bin Maslamah dan Abu Naila telah berhasil mencapai apa yang diinginkannya.

Karena setelah dialog tersebut Ka'ab tidak mencurigai senjata dan para sahabat yang mereka bawa.

Pada malam bulan purnama, malam ke 14 dari bulan Rabiul awal tahun ke-3 Hijriyah, tim tersebut berkumpul menghadap Rasulullah ﷺ,

Beliau kemudian mengantar mereka sampai ke Baqi' Gharqad,  lalu mengarahkan mereka dengan mengatakan,

"Berangkatlah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka."

Setelah itu beliau pulang dan terus melakukan sholat dan bermunajat kepada Rabbnya.

Tim itu pun tiba di benteng (tempat tinggal Ka'ab bin Al Ashraf) Abu Na'ila kemudian memanggilnya, dan Ka'ab pun bangkit untuk mendatangi mereka.

Istrinya berkata,

"Mau kemana pada saat seperti ini ?

Aku mendengar seperti suara yang dapat meneteskan darah."

Ka'ab berkata,

"Ia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara susuku Abu Na'ilah.

Sesungguhnya orang yang mulia itu apabila dipanggil untuk bertempur, pasti bersedia menghadapinya."

Kemudian ia keluar menemui mereka dengan pakaian yang harum semerbak.

Abu Na'ilah telah berkata kepada para sahabatnya,

Apabila kalian melihat aku telah dapat memegang kepalanya, renggutlah dan bunuhlah dia."

Ka'ab pun datang menghampiri mereka dan berbicara sejenak, kemudian Abu Na'ilah berkata,

"Wahai Ibnu Ashraf,  bagaimana kalau kita berjalan jalan di jalanan kampung untuk berbincang-bincang menghabiskan malam-malam kita ?"

"Baiklah jika kalian menghendaki," jawab Ka'ab bin Asyrof.

Mereka kemudian keluar untuk berjalan-jalan, di tengah perjalanan Abu Nailah berkata,

"Aku belum pernah melihat engkau seharum pada malam ini."

Kaab bangga mendengar pujian seperti itu, dan ia berkata,

"Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab."

Abu Na'ilah berkata, "Bolehkah aku mencium kepalamu ?"

"Boleh," jawab Kaab.

Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan menciumnya, demikian pula para sahabatnya.

Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata, "Bolehkah aku mengulanginya lagi ?"

"Silahkan," jawab Kaab.

Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah dapat memegangnya, ia  berseru,

"Renggutlah musuh Allah ini !"

Seketika itu juga pedang-pedang mereka merenggutnya tetapi tidak memberikan manfaat sedikit pun.

Lalu Muhammad bin maslamah mengambil sebilah pedang dan dia letakkan di bagian bawah perut lalu dia tekan sampai menembusnya.

Kaab pun terkapar dan mati seketika.

Bersambung

Wallahua'lam

SIROH NABAWIYAH Bagian 88 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Perang Dzi Amar

Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ﷺ , sebelum Perang Badar.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga Hijriah.

Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah menyampaikan berita kepada Rasulullah ﷺ , bahwa ada sekelompok besar dari bani Tsa'labah dan Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di pinggiran Madinah.

Maka Rasulullah ﷺ  mendorong kaum muslimin untuk keluar berperang,

Kemudian keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang berkendaraan maupun yang berjalan kaki.

Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Utsman bin Affan.

Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap seseorang dari Bani Tsa'labah bernama Jabbar.

Ia pun dibawa kepada Rasulullah ﷺ .

Lalu Beliau menyerukan Islam kepada-nya, dan ia pun masuk Islam.

Kemudian dibolehkan bergabung bersama Bilal dan menjadi penunjuk jalan pasukan kaum muslimin menuju daerah musuh.

Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung, ketika mendengar kedatangan pasukan kaum Muslimin.

Nabi ﷺ  bersama pasukannya sampai di tempat berkumpulnya mereka, yaitu di Dzi Amar.

Di sana beliau tinggal selama sebulan penuh, Bulan Safar tahun ketiga Hijriah, untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin kepada orang-orang Arab Badui dan agar mereka merasa takut.

 Setelah itu beliau kembali ke Madinah.

Ka'ab Bin Al Asyraf

Ka'ab bin Al Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling keras memusuhi Islam dan kaum muslimin,

Paling keras gangguannya kepada Rasulullah ﷺ dan menyerukan untuk memerangi beliau.

Ka'ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' dari bani Nabhan dan ibunya dari bani Nadhir.

Ia adalah seorang yang kaya raya, di kalangan orang-orang, terkenal dengan ketampanannya dan juga seorang penyair.

Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah di belakang perkampungan Bani Nadhir.

Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dan terbunuhnya para pemimpin Quraisy di Badar ia berkata,

"Apakah berita ini benar ?

Mereka itu adalah para pemimpin orang-orang Arab dan raja manusia.

Demi Allah, seandainya Muhammad dan para sahabatnya berhasil menundukkan mereka, perut bumi ini sungguh lebih baik daripada punggungnya."

Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat dipastikan, musuh Allah tersebut tergerak untuk mencaci Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin,

Memuji musuh-musuh kaum Muslimin, dan membangkitkan mereka untuk memusuhi kaum Muslimin.

Ia tidak puas dengan sekedar berbuat seperti itu, sehingga ia pun mendatangi orang-orang Quraisy dan singgah di tempat Al Muthalib Bin Abi Wada'ah ah Sahmi.

Di sana ia mengalunkan syair-syair ratapan para korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan ke dalam sebuah sumur badar.

Dengan demikian ia dapat membangkitkan kemarahan anak cucu mereka dengan kedengkian mereka terhadap Nabi ﷺ, serta mengajak mereka untuk memeranginya.

Ketika berada di Mekah, Ka'ab ditanya oleh Abu Sufyan dan kaum musyrikin,

"Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama Muhammad dan para sahabatnya ?

Dan manakah yang benar jalan kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya ?

Ka'ab menjawab,

"Kalian lah yang lebih benar jalannya dan lebih baik.

Kemudian turunlah firman Allah ta'ala:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab ?

Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.

Surah An-Nisa' (4:51)

Kemudian Ka'ab kembali ke Madinah dalam keadaan demikian.

Di dalam syair-syairnya mulai berani merayu-rayu istri-istri para sahabat dan menyakiti para sahabat dengan kelancangan lidahnya yang keras.

Bersambung

Wallahua'lam

SIROH NABAWIYAH Bagian 87 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Kemudian kaum muslimin mengepung mereka dengan ketat yaitu pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawal tahun kedua Hijrah.

Pengepungan itu berlangsung selama 15 hari sampai awal bulan Dzulqaidah.

Allah timpakan rasa takut ke dalam hati mereka.

Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukumannya yang akan diputuskan oleh Rasulullah ﷺ  menyangkut budak, harta, istri, dan anak keturunan mereka.

Ketika itu Bangkitlah Abdullah bin Ubay bin Salul memainkan peran kemunafikannya.

Dia mendesak Rasulullah ﷺ agar memaafkan mereka, dengan mengatakan,

"Wahai Muhammad perlakukanlah para sahabatku itu dengan baik".
(Mereka adalah para sekutu kabilah Khazraj yang salah seorang pemimpin nya adalah Abdullah bin Ubay).

Permintaannya itu tidak ditanggapi oleh Rasulullah ﷺ .

Abdullah bin Ubay mengulangi permintaannya tetapi beliau berpaling darinya, sambil memasukkan tangannya ke dalam baju besinya lalu berkata kepadanya,

"Tinggalkan aku !"

Beliau marah dan wajahnya tampak berubah, lalu berkata lagi,

"Celakalah kau, tinggalkan aku !"

Tetapi sang munafik tersebut tetap saja pada keinginannya dan berkata,

"Tidak, demi Allah aku tidak akan meninggalkan Engkau sebelum Engkau memperlakukan para sahabatku itu dengan baik."

"400 orang tanpa perisai dan 300 orang bersenjata lengkap yang telah membelaku terhadap semua musuh-musuhku itu, apakah Engkau habisi nyawanya dalam waktu sehari ?

Demi Allah aku betul-betul menghawatirkan terjadinya bencana itu."

Rasulullah ﷺ  memperlakukan si munafik tersebut yang baru sebulan menampakkan keislamannya dengan memberikan perhatian kepadanya.

Dia serahkan orang-orang Yahudi itu kepadanya dengan syarat mereka harus keluar dari Madinah dan tidak boleh hidup berdekatan dengan kota Madinah.

Mereka pun keluar menuju daerah di sekitar Syam.

Perang Sawiq

Ketika Shafwan bin Umayyah, orang-orang Yahudi, dan orang-orang munafik melakukan makar, Abu Sufyan berfikir untuk melakukan suatu tindakan yang kecil resikonya, tetapi jelas pengaruhnya.

Ia berupaya untuk segera melakukan tindakan untuk memelihara kedudukan kaumnya, dan menunjukkan kekuatan mereka.

Abu Sufyan bernazar tidak akan membasahi rambutnya dengan air karena junub sebelum menyerang Muhammad.

Maka ia pun keluar membawa 200 tentara untuk memenuhi nadzarnya.

Mereka tiba di suatu terusan yang menghadap ke gunung Naib, dari Madinah sekitar satu barid atau 12 mil.

Tetapi ia tidak berani menyerang Madinah secara terang-terangan.

Ia melakukan suatu tindakan seperti tindakan pembajakan yaitu memasuki pinggiran Madinah secara sembunyi-sembunyi di tengah-tengah kegelapan malam.

Dia mendatangi Huyai bin Al-Khattab dan meminta dibukakan pintu, namun Huyai tak mau dan merasa ketakutan.

Kemudian ia mendatangi Salam bin Musykam, pemimpin Bani Nadlir pada saat itu.

Setelah meminta izin ke Salam bin Musykam, Ia pun diberi izin, diberi minum khamer dan memperoleh informasi tentang keadaan kaum muslimin pada saat ini darinya.

Kemudian pada malam itu juga Abu Sufyan keluar dan menemui para sahabatnya, lalu mengutus satu pasukan dari mereka dan menyerang suatu tempat di pinggiran kota Madinah yang bernama Aridl.

Mereka menebang dan membakar beberapa pohon kurma dan di sana mereka membunuh seorang lelaki Anshor dan sekutunya yang sedang berada di kebun mereka.

Setelah itu mereka melarikan diri ke Mekah.

Peristiwa tersebut sampailah ke telinga Rasulullah ﷺ.

Lalu Beliau segera mengejar Abu Sufyan dan kawan-kawannya.

Akan tetapi, mereka segera melarikan diri dengan sangat cepat, mereka melemparkan bekal makanan mereka yang berupa tepung (sawiq) dalam jumlah yang banyak untuk memperingan beban dan agar dapat lari lebih cepat lagi.

Rasulullah ﷺ  pun sampai di Qarqaratul Kadar, kemudian kembali pulang, dan kaum muslimin membawa tepung (sawiq) yang dilemparkan oleh orang-orang kafir itu.

Sehingga peristiwa ini dinamakan dengan perang sawiq.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun kedua Hijriyah dua bulan setelah peristiwa Badar.

Dalam perang ini Rasulullah menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir.

Bersambung

Wallahua'lam

SIROH NABAWIYAH Bagian 86 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian meninggalkan tempat bersama Rasulullah ﷺ dengan penuh ketaatan.

Allah telah memadamkan dari mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais.

Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan di tengah-tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah islam.

Dalam hal ini mereka memiliki berbagai program.

Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah.

Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan dengan mereka.

Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan tidak dapat melunasinya mereka mengatakan sesungguhnya hutangku kepadamu hanya kubayar ketika kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek moyangmu tidak akan kubayar lagi.

Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud sekali pun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah ﷺ.

Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar,  di samping untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.

Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat.

Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-terangan.

Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah saat Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya Bani Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok Yahudi.

Bani Qainuqa tinggal di dalam Madinah.

Profesi mereka adalah tukang sepuh dan pembuat bejana.

Dengan profesi tersebut setiap orang dari mereka memiliki alat-alat perang.

Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang.

Mereka adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.

Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal.

Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum muslimin.

Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ﷺ  mengumpulkan mereka, menasehati mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran.

Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka semakin menjadi.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas رضي الله عنه  berkata,

"Setelah Rasulullah ﷺ  berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata,

"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah kedalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah menimpa kaum Quraisy."

Mereka mengatakan,

"Hai Muhammad, Janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan.

Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan niscaya Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami.

Kemudian Allah تَعَالَى menurunkan ayat

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا سَتُغْلَبُونَ وَتُحْشَرُونَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ ۚ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir:

Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam.

Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya.

Surah Ali 'Imran (3:12)

قَدْ كَانَ لَكُمْ آيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۖ فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَىٰ كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۚ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur).

Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka.

Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.

Surah Ali 'Imran (3:13)

Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang,  tetapi Nabi ﷺ  menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum muslimin.

Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampau batas.

Orang-orang Yahudi dari Bani Bani Qainuqa bertambah berani.

Tidak lama kemudian mereka berbuat kerusuhan di Madinah.

Mereka berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani Qainuqa untuk menjual barang dagangannya.

Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana.

Tiba-tiba beberapa orang Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka penutup mukanya.

Tetapi wanita itu menolak.

Tanpa diketahui oleh wanita itu secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya.

Ketika wanita itu berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya

Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.

Wanita itu kemudian berteriak meminta pertolongan.

Mendengar teriakan itu salah seorang dari kaum Muslimin menyerang tukang sepuh Yahudi itu dan membunuhnya.

Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya.

Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.

Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang kesabaran.

Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, menyerahkan bendera kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani Qainuqa.

Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng benteng mereka.

Bersambung

Wallahua'lam

April 22, 2020

SIROH NABAWIYAH Bagian 8 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

KEHANCURAN ABRAHAH

Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya.

Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah berhenti.

Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.

" Maju !

Maju !

Apa yang terjadi padamu ? "

Bentak Abrahah pada tunggangannya.

" Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini !

Kamu bahkan tampak ketakutan !

Ada apa sebenarnya ? "

" Paduka !

Ada yang datang dari arah laut ! "

Teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.

Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.

Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah.

Dengan panik setiap orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi sia-sia.

Semua orang, termasuk Abrahah, mati.

_Peristiwa ini Allah abadikan dalam Surah Al-Fil (105/1-5)

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ?

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia ?

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ

Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,

تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ

Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ

Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)

Wabah Penyakit

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar.

Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.

Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.

Kembali ke Mekah

Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.

Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan.

Kegagahan parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah.

Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100 ekor unta.

Suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami seorang pun sebelumnya.

Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.

Gadis yang Meminang

Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf.

Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah.

Abdul Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.

Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur Abdullah,

" Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah ? "

" Aku akan pergi bersama ayahku "

Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata,

" Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih.

Demi engkau, aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga "

Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan gugup.

" Siapakah gadis ini ? Pikir Abdullah,

" Dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti seorang gadis bangsawan.

Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Apa yang harus kukatakan kepadanya ? "

Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus melangkah dan tidak menggubris sang gadis

" Aku bersama ayahku "

Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.

Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya.

Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang ditinggalkannya.

Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf.

Mereka sepakat menjodohkan Abdullah dengan Aminah.

Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin.

Abdullah menyapanya, " Mengapa engkau tidak menyapaku seperti kemarin ? "

Gadis itu menjawab dengan ketus,

" Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada lagi.

Karena itu, sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu ! "

 Sinar Kenabian

Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya.

Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi.

Bersambung

Wallahua'lam

Belajar dari Kasus Wabah Tha’un di Mesir dan Syam (748-750 H)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala

Mahmud Budi Setiawan


Hidayatullah.com | YUSUF Jamaluddin dalam buku  An-Nujuum Az-Zaahirah fii Muluuk Mishr wal-Qaahirah (X/195-213) menggambarkan dengan sangat jelas bagaimana kondisi masyarakat Mesir, Syam, bahkan dunia saat menghadapi wabah tha’un. Wabah ini dimulai di Mesir pada musim gugur tahun 748 hingga berangsur berkurang pada tahun 750 H.

Saat itu –baik di Mesir maupun Syam– sebelum wabah, kondisi Negara sedang kacau. Di sana sini banyak kerusakan Dan kezaliman. Sering terjadi pembegalan dan penyamunan. Urusan negara banyak diselesaikan dengan uang (bukan keadilan).

Minimal, gambaran dari para penyair berikut bisa mewakili situasi yang ada kala itu. Penyair Ibnu Al-Wardy menyampaikan pesan dalam bentuk syair:

قالوا فساد الهواء يردى … فقلت يردى هوى الفساد

كم سيّئات وكم خطايا … نادى عليكم بها المنادى

“Mereka berkata: Rusaknya udara yang membinasakan. Sementara aku mengatakan, Hawa nafsulah yang membuat kerusakan. Betapa banyak kejahatan, berapa banyak kesalahan-kesalahan. Yang diserukan oleh penyeru kepada kalian.”

Dalam bait lain juga disinggung:

الله ينفذه إليهم عاجلا … ليمزّق الطاغوت بالطاعون


Allah segera melaksanakan kehendaknya pada mereka… Untuk merobek Thaghut (kekuasaan yang zalim) dengan Thagut.”

Sebelum menyebar ke Mesir dan Syam, awalnya yang terjangkit lebih dulu adalah negeri Qan, Tibris, Khutha, Mongol, Uzbekistan, Istanbul, Kekaisaran Romawi, Anthokia, Kekaisaran Karaman, Sis, China, India dan masih banyak negeri yang lain. Begitu menakutkannya wabah di negeri nonmuslim kala itu, sampai-sampai orang Cyprus membunuh tawanan muslim dari bakda Ashar hingga Maghrib. Karena mereka khawatir, jika penduduk Cyprus mati semua, wilayahnya akan dikuasai muslim.

Saat itu, yang menjadi korban bukan hanya manusia, tapi juga hewan ternak,buas, burung dan hewan laut. Ada burung yang memakan bangkai nelayan dilaut yang terkena wabah, kemudian kawanan burung itu sepertiganya mati. Ada yang sapi untuk membajaknya mati satu demi satu berikut petaninya. Kondisinya saat itu memang benar-benar mencekam.

Jumlah korban berbeda-beda. Khusus yang mati misalnya, dalam sehari angka kematian bisa mencapai: 100, 180, 500, 700, 1000 hingga 20.000 kematian. Dalam dua hari ada yang menelan korban sebanyak 1800 jiwa. Dalam sebulan ada yang mencapai 200 ribu jiwa. Adapun jumlah total – selama wabah– masing-masing daerah juga variatif: 15.000, 20.000, 200.000 hingga 400.000  jiwa. Itu baru yang meninggal, adapun korban yang terinveksi virus bisa jutaan.

Jenis wabahnya adalah Tha’un. Tersebar melalui angin. Orang yang terkena angin akan tertular, biasanya akan merasa panas dan segera ada jamur virus. Penularannya pun sangat cepat. Hanya menyentuh badan korban langsung terjangkit. Orang yang terkena biasanya langsung muntah darah, menjerit kemudian meninggal dunia.

Suatu saat, ada wanita yang memandikan jenazah perempuan yang terkenah wabah, tanpa menunggu lama, saat kulitnya menyentuh badan jenazah, langsung tertular dan akhirnya meninggal dunia. Bahkan, digambarkan bahwa orang yang terjangkit wabah ini, paling lama bisa bertahan sampai 50 jam. Lebih dari itu mereka akan mati.

Selain korban jiwa, banyak kerugian yang mendera, seperti: semua barang jadi mahal. Bukan hanya di wilayah Islam, tapi di seluruh dunia. Nilai uang merosot. Nilai tukar memar menjadi merosot. Satu dinar yang tadinya senilai 20 dirham, menjadi 15 dirham.

Demikian juga, aktivitas kenegaraan lumpuh, banyak sekali pejabat yang meninggal dunia. Bahkan, di Mesir banyak masjid yang ditutup. Ada pula kabar yang menyebutkan, begitu banyaknya mayat, akhirnya diletakkan di masjid bahkan berserakan di jalan-jalan. Aktivitas ekonomi juga lumpuh. Banyak toko-toko yang ditutup. Terjadi pula kelangkaan tenaga medis dan lain sebagainya,

Pada situasi wabah seperti ini, ternyata ada juga yang melakukan pencurian dan penjarahan. Dikisahkan ada enam orang pencuri yang melakukan aksinya di Ghazza. Semua harta dalam rumah orang yang kena wabah diambil. Mereka semuanya akhirnya mati karena tertular. Kasus lain, ada yang menjarah rumah yang penghuninya sudah mati, kemudian mengambil harta sekuat yang mereka mampu, akhirnya mengalami nasib tragis yang sama. Mereka semua tewas tertular wabah.

Untuk mengatasi wabah, ada beberapa hal yang dilakukan oleh umat Islam kala itu, di antaranya: Pertama, mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa di masjid, bertaubat dan segala hal yang bisa menyulut rahmat dan ampunan Allah. Kedua, orang kaya pun mendermakan hartanya untuk membantu para korban khususnya yang tak mampu. Ketiga, masing-masing peduli terhadap yang lain tanpa disuruh dan tanpa digaji. Keempat, banyak yang ersedekah untuk meringankan beban korban,


Di antara solusi yang cukup ampuh dalam meringankan wabah kala itu adalah: membaca surah Nuh  sebanyak 3.300 kali kemudian berdoa kepada Allah agar wabah segera diangkat. Ini terinspirasi dari Jaksa Damaskus yang ketika di Romawi terjadi wabah, beliau bermimpi bertemu Nabi dan disuruh membaca itu agar wabah cepat berhenti. Di antara mereka ada yang melantunkan doa ini:

اَللّٰهُمَّ سَكِّنْ هَيْبَةَ صَدَمَةِ قَهْرِمَانِ الْجَبَرُوْتِ بِأَلْطَافِكَ الْخَفِيَّةِ الدَّائِرَةِ النَّازِلَةِ مِنْ بَابِ الْمَلَكُوْتِ حَتَّى تُشْفِيَ بِلُطْفِكَ خَلْقَكَ وَتُعِيْنَهُمْ وَتَقِيَّهُمْ عَنْ إِنْزَالِ قُدْرَتِكَ يَا ذَا الْقُدْرَةِ الْكَامِلَةِ وَالرَّحْمَةِ الشَّامِلَةِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ.

“Ya Allah! Redakan dahsyatnya benturan Qahriman yang perkasa dengan kelembutan-Mu yang tersembunyi, meliputi, turun dari pintu Malakut hingga Engkau bebaskan makhluk-Mu dengan kelembutan-Mu, menolong dan melindungi mereka dengan menurunkan kuasa-Mu Wahai Zat Yang Memiliki kekuasaan sempurna dan rahmat yang menyeluruh Wahai Zat Yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan!”

Pada akhirnya, wabah menurun sedikit demi sedikit pada tahun 750, dan al-Hamdulillah umat Islam bisa melewati masa-masa krisis. Pelajaran penting yang bisa diambil dari peristiwa wabah ini adalah: segera mendekat kepada Allah (melalui taubat, membaca al-Qur`an, muhasabah, sedekah), semua elemen bekerjasama untuk membantu korban dan jangan ada yang memanfaatkan situasi wabah untuk kepentingan pribadi.*

April 21, 2020

SIROH NABAWIYAH Bagian 7 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

PENYERBUAN

Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi.

Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah suci yang lain, betapa pun indahnya bangunan itu dibuat.

Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak sah jika tidak mengunjungi Ka'bah.

Bahkan, penduduk Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru itu.

Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong berziarah ke Mekah.

" Tidak ada jalan lain ! "  geram Abrahah.

" Gerakkan pasukan gajah kita !

Serbu dan hancurkan Ka'bah !

Aku sendiri yang akan memimpin !

Jika bangunan tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab tidak akan punya pilihan lain selain datang ke tempat kita ! "

Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena pasukan gajah yang dimilikinya.

Abrahah sendiri naik di atas gajah yang paling besar dan kuat.

" Maju ! " perintahnya.

Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju ke medan perang.

Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab terkejut.

Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa kepahlawanan orang-orang Arab menjulang tinggi di hadapan musuh.

Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah.

Akan tetapi, ia dikalahkan dan ditawan.

Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah Syahran dan Nahis.

Namun, ia juga dikalahkan dan dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.

Al Qullayus

Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi ke gereja ini.

Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah sudah mendarah daging.

Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di dalamnya.

Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah.

Sikap Penduduk Mekah

" Kita lawan mereka, Abdul Muthalib !

Berikan peringatan kepada setiap orang untuk bertempur ! "

Orang-orang Quraisy di Mekah panik.

Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur.

Abdul Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan, semuanya akan sia-sia.

Pasukan Mekah akan ditaklukkan.

Karena itu, ia menjawab dengan bijak,

" Tidak, kita tidak akan mampu.

Seorang utusan Abrahah telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah tidak akan memerangi kita.

Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah.

Kita akan selamat jika tidak menghalanginya.

Aku sarankan semua orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota "

Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka Mekah.

" Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu," kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.

" Akan kukembalikan unta-unta itu !

Apakah ada hal lain yang engkau minta ? " tanya Abrahah.

" Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah.

Jika engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari daerah Tihama yang subur "

Abrahah menggeleng,

" Tidak "

" Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada Tuhan pemilik Ka'bah ! "

Jawab Abdul Muthalib, lalu dia pergi.

Kini kota Mekah kosong.

Penduduknya telah mengungsi.

Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.

Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu

Catatan

Abrahah Al Asyram

Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman.

Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian menduduki Yaman.

_ pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman._

Akan tetapi, Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah.

Sejak itulah Abrahah memerintah Yaman.

Bersambung

Wallahua'lam

April 20, 2020

SIROH NABAWIYAH Bagian 6 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

 TEBUSAN SERATUS UNTA

Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib  menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila.

Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka.

Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya.

Akhirnya, kekerasan hatinya pun luluh.

" Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku ? "

" Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku Makhzum.

Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib.

" Berapa tebusan kalian ? " tanya dukun wanita itu.

" Sepuluh ekor unta ."

" Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta.

Kemudian undi antara unta dan anak itu.

Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar "

Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah.

Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah.

Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi.

Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar.

Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus jumlah unta.

Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.

" Dewa sudah berkenan, " seru orang orang.

" Tidak," bantah Abdul Muthalib.

" Harus dilakukan sampai 3 kali "

Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta.

100 ekor unta itu pun disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.

Keturunan Dua Orang yang Disembelih

Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,

" Aku adalah anak dua orang yang disembelih "

Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.

Si Penguasa Yaman

Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa dahsyat.

Kejadian ini bermula dari Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan Mekah.

Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.

" Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah ? " seru Abrahah kepada para menterinya.

" Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah.

Bangunan tua itu begitu disucikan oleh penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya.

Ke sanalah mereka pergi beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun "

Jawab salah seorang menteri.

" Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu ?

Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan orang ! "

" Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah ? "

" Mengapa tidak ?

Buat sebuah gereja yang sangat indah !

Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita miliki !

Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau !

Semuanya !

Kerahkan seluruh ahli bangunan !

Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu singkat ! "

Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah.

Sang Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.

" Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini ! "

Kata Abrahah kepada bawahannya,

" Bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan seindah ini ! "

 Bendungan Ma'rib

Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba.

Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan kemajuan teknologi bangunannya.

Salah satu bangunan yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib.

Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.

Bersambung

Wallahua'lam

April 19, 2020

SIROH NABAWIYAH Bagian 2 (Sejarah Nabi Muhammad SAW)

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala



-بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

*Nenek Moyang Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم *

Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf.

Ia adalah pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan.

Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.

" Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim.

Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat.

Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk ! "

Demikian keputusan Hasyim.

Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh.

Padahal, saat itu makanan amat sulit didapat.

" Terima kasih, wahai Hasyim !

Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini ! " seru penduduk Mekah.

Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur.

Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi silih berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin.

Demikian pandainya penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi mereka.

Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa.

Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias masyarakat yang diliputi kebodohan.

Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di tempat ini.

Pembagian Urusan

Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya :

Hijabah : Pemegang kunci Ka'bah,

Siqayah : Penyedia air dan makanan buat para peziarah,

Rifadah : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin,

Qiyadah : Mengatur urusan peperangan.

*Percaya Takhayul

Umpat seseorang, orang itu kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri.



Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul.

Contohnya, mereka percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka.

Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang.

Kepercayaan semacam ini disebut At Tathayyur

Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung.

Mereka juga percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular.

_Ular inilah yang menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.

Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan.

Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala berbentuk patung.

Jika mereka meminta pertolongan kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh berhala.

Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan anak-anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.

Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.

Awal Mula Penyembahan Berhala

Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam.

Di Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.

Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.

Gemar Mabuk dan Berjudi

Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak.

Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa saja yang tidak.

Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman.

Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.

Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai.

Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang kembali berseru,

" Bawakan alat alat judi kemari ! "

Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit.

Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut.

Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.

Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat itu.

Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.

Barm

Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah.

Bilah-bilah kayu dikocok dalam kantung dan dibagikan.
 
Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang dipotong.

Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir miskin.

Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut barm

Bersambung

Wallahua'lam