adsense

June 03, 2016

Terkesan Alim, Padahal Orang Ini Disebut al-Qur’an ‘Paling Zhalim’

Dengan ungkapan yang paling berkelas, ayat-ayat yang Allah Ta’ala turunkan melalui malaikat Jibril ‘Alaihis salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam merupakan sajian ruhani bergizi tinggi. Maknanya bukan hanya berkesan di pikiran, tapi menembus ruhani orang yang mengimaninya.

Di antara bentuk berkelasnya bahasa al-Qur’an al-Karim ialah penggunaan kalimat pertanyaan yang bermakna sindiran dan ungkapan superlatif. Misalnya, di dalam surat al-An’am [6] ayat 93, Allah Ta’ala berfirman, “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada…”

Terulang di beberapa ayat lain, frasa ‘lebih zhalim’ dalam bentuk pertanyaan ini bermakna superlatif; paling zhalim. Di dalam kelanjutan ayat ini, mereka yang ‘paling zhalim’ disematkan kepada orang yang memiliki dua ciri. Malangnya, dua ciri ini justru menunjukkan kesan bahwa orang tersebut paling alim di mata kaumnya.

Pertama, berdusta atas nama Allah Ta’ala.
Disebutkan dalam kelanjutan ayat tersebut, “(Ialah orang) yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau berkata, ‘Telah diwahyukan kepadaku.’”

Secara khusus, ayat ini dinisbatkan kepada nabi palsu Musailamah al-Kadzdzab. Namun, ayat ini berlaku sampai akhir zaman dan dinisbatkan pula kepada Musadiq, Mirza Ghulam Ahmad, atau siapa pun yang mengaku sebagai nabi dan utusan Allah Ta’ala lainnya.

“Padahal,” lanjut ayat tersebut, “tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya.”

Kedua, mengaku bisa menyamai Nabi.
Mereka adalah orang yang mengatakan, “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan oleh Allah Ta’ala.” Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu katsir Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Ialah orang yang mengaku bahwa dirinya mampu menandingi wahyu yang diturunkan dari sisi Allah Ta’ala dengan perkataan yang diada-adakannya.”

Orang-orang dengan ciri kedua ini sama dengan golongan yang berkata, “Jika kami menghendaki, niscaya kami mampu membacakan yang seperti ini (al-Qur’an).” (Qs. al-Anfal [8]: 31)

Sekilas, orang-orang yang mengaku Nabi atau mampu membuat yang setara dengan al-Qur’an al-Karim terlihat pandai, cerdas, bahkan alim. Padahal, ia merupakan orang yang paling bodoh karena tidak mampu menggunakan logika yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya.

Jika terhadap Allah Ta’ala Yang Mahabenar perkataan-Nya dan Nabi yang tidak pernah dusta saja mereka ingkar, bagaimana mungkin mereka justru membenarkan apa yang ada di pikiran piciknya?

Semoga Allah Ta’ala melindungi kita sekeluarga dan kaum Muslimin dari buruknya orang dengan dua ciri ini. Ialah orang yang paling zhalim di antara manusia.