Oleh : Hb. Muhammad Rizieq Syihab, Lc, MA.Ketua Umum Front Pembela Islam / Ketua Rabithoh 'Alawiyahdan Anggota Majelis A'la Dewan Imamah Nusantara serta Kandidat Doktor bidang Syariah di Universiti Malaya.
Dimuat di Harian Republika, OPINI, tanggal 28 Mei 2008, atau di website Republika : http://www.republik a.co.id/koran_ detail.asp? id=335555&kat_id=16&kat_id1=&kat_id2=
Dimuat di Harian Republika, OPINI, tanggal 28 Mei 2008, atau di website Republika : http://www.republik a.co.id/koran_ detail.asp? id=335555&kat_id=16&kat_id1=&kat_id2=
Membaca tulisan Shamsir Ali di Republika, Jum'at 23 Mei 2008, yang berjudul Ahmadiyah Menjawab, saya memandang perlu untuk menanggapi, karena penuh dengan penipuan dan penyesatan.
Shamsir Ali hanya mengemukakan "sejumlah persamaan" antara Ahmadiyah dan Islam, sambil menyembunyikan "segudang perbedaan" antara keduanya, lalu mengambil kesimpulan bahwa Ahmadiyah sama dengan Islam. Padahal, kita sama tahu bahwa adanya persamaan antara Ahmadiyah dan Islam tidak berarti bahwa Ahmadiyah itu sama dengan Islam, sebagaimana banyaknya persamaan antara monyet dan manusia tidak berarti monyet itu sama dengan manusia.
Disini, saya akan menyoroti tulisan Shamsir Ali terkait 5 (lima persoalan). Pertama, soal kenabian. Ahmadiyah memang mengakui bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul, tapi Ahmadiyah tidak mengakuinya sebagai Penutup Para Nabi. Kalau pun Ahmadiyah mengakui Nabi Muhammad saw sebagai Khaatamun Nabiyyiin, tapi dengan makna Stempel Para Nabi atau Semulia-mulianya Para Nabi, bukan dengan arti Penutup Para Nabi. Kalau pun Ahmadiyah terkadang menerima Muhammad sebagai Penutup Para Nabi, tapi dibatasi hanya nabi yang bawa syariat yang ditutup, sedang nabi yang tidak bawa syariat tetap ada sampai akhir zaman.
Dalam kitab Tadzkirah hal 493 brs 14 tertulis bahwa Mirza Ghulam Ahmad (MGA) dijadikan sebagai Rasul, dan di hal 651 brs 3 tertulis bahwa Allah memanggil MGA dengan panggilan Yaa Nabiyyallaah (Wahai Nabi Allah).
Shamsir Ali pura-pura memuji Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang istimewa dan termulia, padahal dalam kitab Tadzkirah hal 192, 368, 373, 496 dan 579 disebutkan bahwa MGA adalah makhluk terbaik di alam semesta yang mendapat karunia Allah yang tidak pernah didapat oleh selainnya. Selain itu, Shamsir Ali menyatakan bahwa MGA adalah Al-Masih, padahal dalam Tadzkirah disebutkan bahwa MGA bukan hanya Al-Masih, tapi MGA adalah Al-Masih putra Maryam ( Hal 192, 219, 222, 223, 243, 280, 378, 380, 387, 401, 496, 579, 622, 637 dan 639). Disini, Shamsir Ali berusaha menyembunyikan "keanehan aqidah" nya.
Tidak sampai disitu "keanehan aqidah" Ahmadiyah. Dalam kitab Tadzkirah hal 412 brs 2 dan hal 436 brs 2-3 tertulis bahwa MGA disamakan dengan anak Allah, dan di hal 636 brs 13 disamakan pula dengan 'Arsy. Lebih dari itu, Tadzkirah menyebutkan bahwa kedudukan MGA sama dengan ketauhidan dan keesaan Allah (Hal 15, 196, 223, 246, 368, 276, 381, 395, 496, 579, 636). Lalu MGA menyatu dengan Allah dan menjadi Allah, lalu MGA lah yang menciptakan langit dan bumi (Hal 195-197, 696 dan 700). Sedang di hal 51 brs 4 tertulis firman Allah kepada MGA Yaa Ahmad yatimmu ismuka wa laa yatimmu ismii (Hai Ahmad, sempurna namamu, dan tidak sempurna nama-Ku). Lihat juga di hal 245, 277 dan 366.
Kedua, soal Kitab Suci. Ahmadiyah memang mengakui bahwa Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tapi Ahmadiyah tidak mengakuinya sebagai Kitab Suci terakhir. Kalau pun Ahmadiyah mengakui Al-Qur'an sebagai Kitab Suci terakhir, tapi dibatasi hanya sebagai wahyu syariat yang terakhir, sedang wahyu non syariat tetap ada sampai akhir zaman. Menurut Ahmadiyah bahwa kitab Tadzkirah adalah kumpulan wahyu suci dari Allah SWT kepada MGA yang kedudukannya sama dengan kitab suci.
Shamsir Ali boleh mengelak tentang penisbahan penulisan Tadzkirah kepada MGA, tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa isi kandungan Tadzkirah memang berasal dari MGA, karena isi Tadzkirah - menurut Ahmadyah - adalah kumpulan wahyu Allah SWT kepada MGA. Dan dia juga tidak bisa mengelak bahwa yang tulis, cetak, perbanyak dan sebarluaskan Tadzkirah ke seluruh dunia adalah Ahmadiyah sendiri. Dalam 12 poin komitmen Ahmadiyah - Departemen Agama RI tertanggal 14 Januari 2008 dinyatakan bahwa Tadzkirah adalah catatan pengalaman rohani MGA.
Penting diketahui, bahwa di awal kitab Tadzkirah tertulis bahwa Tadzkirah adalah Wahyun Muqoddas (Wahyu yang suci). Di hal 43 brs 8, tertulis ucapan MGA Khoothobani Robbii wa Qoola (Tuhanku bicara langsung kepadaku dan berfirman). Di Hal 278, 369, 376 dan 637 tertulis bahwa Allah menurunkan Tadzkirah di sekitar Qodiyan. Di hal 668 brs 12 tertulis bahwa MGA sama dengan Al-Qur'an dan dia akan mendapatkan Al-Furqon.
Nah, bagaimana bisa disamakan antara Islam yang beriman bahwa Muhammad adalah Penutup Para Nabi dan bahwa Al-Qur'an adalah Kitab Suci terakhir, dengan Ahmadiyah yang "beriman" bahwa setelah Muhammad saw ada nabi baru bernama MGA, dan bahwa setelah Al-Qur'an ada kitab suci baru bernama Tadzkirah yang diturunkan kepada MGA di Qodiyan – India ? Bagaimana pula bisa disamakan antara Islam yang beraqidahkan lurus dan benar, dengan aqidah aneh Ahmadiyah yang meyakini bahwa MGA makhluq yang termulia, dan namanya lebih sempurna dari nama Allah, serta bahwa MGA sama dengan 'Arsy dan anak Allah, bahkan menyatu dengan Allah dan jadi Allah ? Ini adalah persoalan Ushuluddin yang sangat prinsip dan mendasar.
Ketiga, soal Ahmadiyah antek kolonialisme, bukan fitnah, tapi MGA sendiri yang mengaku. Dalam kitab Ruhani Khazain yang merupakan kumpulan karya MGA, Vol 3 Hal 21, MGA menyatakan kesediaan berkorban nyawa & darah bagi Inggris yang saat itu menjajah India. Dan di hal 166 pada Vol yang sama, MGA mewajibkan berterima-kasih kepada Inggris yg diakui sebagai pemerintah yg diberkahi. Di Vol 8 Hal 36, MGA mengaku sbg Pelayan Setia Inggris, lihat juga di Vol 15 Hal 155 & 156. Dan puncaknya di Vol 16 Hal 26 dan Vol 17 Hal 443, MGA menghapuskan Hukum Jihad
Perlu dicatat, bahwa di tahun 1857, tatkala terjadi pemberontakan besar yang dilakukan kaum muslimin India terhadap penjajah Inggris, ayah MGA yang bernama Ghulam Murtaza (Murtadha) ikut dalam pasukan Inggris untuk membantai kaum muslimin. Hal ini MGA sendiri yang cerita dalam kitab Tuhfah Qaishariyah Hal.16.
Dan itulah sebabnya Ahmadiyah disayang dan dipelihara Inggris hingga hari ini. Dan itu pula yang menjadi sebab Belanda tertarik untuk menghadirkan Ahmadiyah di Indonesia pada tahun 1925. Para Pelajar Jawa – Sumatera di India yang disebut-sebut Shamsir Ali sebagai pembawa Ahmadiyah ke Indonesia hanya kamuflase. Intinya mereka adalah antek Belanda.Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang di Indonesia tidak ada seorang Ahmadiyah pun yang terlibat. Ada pun nama seorang Ahmadiyah yang disebut-sebut Shamsir Ali sebagai anggota Panitia Pemulihan Pemerintahan RI dan mendapat Bintang Jasa Kehormatan dari Pemerintah RI masih harus diteliti dan diperiksa kebenarannya. Kalau pun benar, itu tidak berarti menjadi bukti kebenaran Ahmadiyah. Banyak antek penjajah saat menjelang kemerdekaan RI balik badan secara tiba-tiba untuk mendukung pemerintah RI. Mereka menyalip di tikungan dan menjadi pahlawan kesiangan. Mereka adalah para pengkhianat yang mencari selamat dan manfaat.
Keempat, soal legalitas Ahmadiyah di Indonesia. Memang, Ahmadiyah pernah dilegalkan berdasarkan SK Menteri Kehakiman RI No. JA / 23 / 13 tgl 13 Maret 1953 yang kemudian dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI No.26 tgl.31 Maret 1953. Tapi patut diperhatikan, bahwa SK tersebut sudah kadaluwarsa dan secara hukum tidak berlaku dengan adanya Perpres No.1 Th.1965 tentang Penodaan Agama dan KUHP Psl. 156a tentang Penistaan Agama. Karenanya, legitimasi Ahmadiyah terus dikoreksi secara bertururt-turut melalui berbagai SK yang melarang Ahmadiyah di berbagai daerah, antara lain : SK Kejari Subang – Jabar Th.1976, SK Kejati Sulsel Th.1977, SK Kejari Lombok Timur Th.1983, SE Dirjen Bimas Islam – Depag RI Th.1984, SK Kejari Sidenreng – Sulsel Th.1986, SK Kejari Kerinci – Jambi Th.1989, SK Kejari Tarakan – Kaltim Th.1989, SK Kejari Meulaboh – Aceh Barat Th.1990, SK Kejati Sumut Th.1994, SKB Muspida Kuningan – Jabar Th.2003, SKB Muspida Bogor – Jabar Th.2005, Rekomendasi Bakorpakem 18 Jan 2005 & 16 April 2008.
Kelima, soal prestasi dunia Ahmadiyah. Shamsir Ali begitu bangga dengan banyaknya cabang Ahmadiyah di dunia, pembangunan tempat ibadah, sekolah, stasiun televisi, dan sebagainya. Lalu Shamsir Ali menjadikan semua itu sebagai bukti kebenaran Ahmadiyah. Itu sama sekali tidak berarti, karena tidak menjadi bukti kebenaran Ahmadiyah. Apakah keberhasilan Yahudi dan Nashrani di dunia berarti bahwa mereka benar dan lurus ?! Sekali-kali tidak. Begitu juga keberhasilan Ahmadiyah. Itu semua adalah istidraaj.
Selain itu, tercatat dalam sejarah, sebagaimana dinukilkan oleh ulama terkenal Pakistan, DR. Ihsan Ilahi Zhahir, dari berbagai sumber Ahmadiyah sendiri melalui kitabnya Al-Qadiyaniyah Diraasaat wa Tahliil, bahwa pada tanggal 15 April 1907, MGA menulis bahwa Surat Mubaahalah (saling sumpah dan siap untuk dilaknat) kepada Asy-Syeikh Abul Wafa Tsanaa-allah Al-Amrtasri rhm. Dalam Mubaahalah disebutkan bahwa Si Pendusta akan terkena kolera, dan mati hina dilaknat Allah SWT, sedang Si Jujur akan tetap hidup saat kematian Si Pendusta. Faktanya, selang13 bulan 11 hari, tepatnya pada tanggal 26 Mei 1908, MGA mati akibat kolera, bahkan sebagian sumber sejarah menyatakan bahwa MGA mati di WC saat buang-buang air tiada henti seharian. Sedang Si Jujur Syeikh Tsanaa-allah rhm tetap hidup sampai 40 tahun setelah kematian Si Pendusta MGA Al-Kadzdzaab. Alhamdulillah.
Akhirnya, saya ingin menegaskan bahwa Islam sangat menghargai Kebebasan Beragama, tapi Islam tidak pernah mentolerir Penodaan Agama. Islam mengharamkan pemaksaan umat agama lain untuk masuk ke dalam agama Islam, bahkan mengharamkan segala bentuk penghinaan dan gangguan terhadap umat agama lain. Dalam pandangan Islam, bahwa agama lain seperti Kristen , Budha dan Hindu, memiliki agama dan konsep ajaran sendiri, sehingga mereka mesti dihargai dan dihormati, serta tidak boleh diganggu selama mereka tidak mengganggu Islam. Inilah Kebebasan Beragama. Sedang Ahmadiyah mengatasnamakan Islam tapi menyelewengkan ajaran Islam, sehingga mereka sudah menyerang, mengganggu dan merusak Islam. Itulah Penodaan Agama. Karenanya, mereka mesti dilawan dan dilenyapkan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.
No comments:
Post a Comment