adsense

April 14, 2023

KULTUM TENTANG AWAL MULA PUASA

Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala



Hadits riwayat Bukhori muslim

Pertama kita bersyukur kepada Allah SWT



Sholawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Surat Al-Ahzab ayat 56). 


Tujuan hidup manusia dan juga jin

Manusia diciptakan paling  sempurna



Manusia berilmu lebih baik dari pada jin


Janji palsu syaitan yang akan diingkarinya diwaktu hisab



Asal mula perintah puasa untuk mengendalikan nafsu 

jauh sebelum penciptaan malaikat dan nabi Adam Allah SWT menciptakan akal nafsu

Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi ulama yang hidup dalam abad ke 13 Hijriah pengarang Kitab Durratun Naasihiin meriwayatkan bahwa sebelum Allah SWT menciptakan akal dan nafsu yang hendak diletakkan dalam diri Adam As. terlebih dahulu Allah menguji keduanya agar kelak dikemudian hari Adam As. dan anak cucunya tahu fungsi dari keduanya, cara menggunakan dan menaklukkan keduanya.

Di dalam kitab tersebut dinyatakan bahwa setelah Allah menciptakan akal dan nafsu, lalu Allah memerintahkan mereka menghadap-Nya. Kemudian ditanya satu persatu.

Akal pun datang menghadap dan ketika disuruh berbalik, berbaliklah ia. Lalu Allah pun bertanya kepadanya, “Man ana wa man anta?( siapa Aku dan siapa kamu?)”.Maka dengan rasa penuh tawadhu’, akal menjawab, “Anta Rabbi wa ana ‘abduka adhdhoif (Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu yang lemah)”. Karena itu Allah memberikan kemuliaan kepada akal.

kemudian giliran nafsu, ketika diperintahkan untuk menghadap, ia diam saja, tidak menjawab. Ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama “Man ana wa man anta?( siapa Aku dan siapa kamu?)”, dengan sombongnya nafsu menjawab, “Ana wa ana, Anta wa Anta” (aku adalah aku, Engkau adalah Engkau).

Karena jawaban itulah maka Allah menghukumnya dengan memasukkan nafsu ke dalam neraka Jahim selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan dari neraka Jahiim dan ditanya lagi oleh Allah “Man ana wa man anta?( siapa Aku dan siapa kamu?)”, diapun menjawap dengan jawapan yang sama. “Ana wa ana, Anta wa Anta” (aku adalah aku, Engkau adalah Engkau).Akhirnya Allah memasukkan lagi nafsu ke neraka Juu’ (neraka yang penuh dengan rasa lapar yang amat sangat) selama 100 tahun pula.

Nafsu dibiarkan tanpa makan dan minum. setelah nafsu tidak diberi makan dan minum ( puasa) membuat nafsu sadar dan tak berdaya. Nafsu menyerah dan mengakui bahawa Allah adalah Tuhan yang menciptakannya.

Dalam kitab tersebut diterangkan bahwa dengan sebab itulah maka Allah Ta'ala mewajibkan puasa. Kisah ini memberi kita hikmah betapa membangkangnya Nafsu. Apabila seseorang tidak bisa mengendalikan (menundukkan) nafsunya, maka ia akan mendapat kerugian yang amat besar.

Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya' 'Ulumiddin berkata, "Kebahagiaan adalah ketika seseorang mampu menguasai nafsunya. Kesengsaraan adalah saat seseorang dikuasai nafsunya."

Mengenai Nafsu ini, Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa". (Imam An-Nawawi)

Jenis dari nafsu itu sendiri yakni:
1. Al Ammarah bi suu’, yaitu suka menyuruh kepada keburukan. Kata tersebut bermakna bahwa jiwa pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung melakukan keburukan. Contoh: mencuri, berkata bohong, menipu, dll.
2. Lawwamah, yaitu menyesali diri. Contoh: menyesali keadaan diri karena merasa kurang melakukan kebaikan dan menyesal atas keburukan yang dilakukan. Dalam hal ini, jiwa memiliki kesadaran akan hal itu.
3. Muthmainnah, yaitu sifat jiwa yang memperoleh ketenangan dan ridho Allah. Contoh: merasa tenteram kepada Allah, tenang dengan mengingat-Nya, dan bertobat kepada-Nya, rindu bertemu dengan-Nya, dan menghibur diri dengan dekat kepada-Nya.

Cara kedua untuk menundukkan hawa nafsu sebagaimana tertuang dalam al-Minahus Saniyyah adalah mengurangi tidur. Rasulullah SAW bersabda:

عليكم بقيام اليل، فإنّه دأب الصالحين قبلكم، وهو قربة إلى ربّكم، ومكفرة للسيّأت،ومنهاة للاثم



“Laksanakanlah qiyamul lail (Sholat malam) karena ia merupakan kebiasaan oorang-orang saleh sebelum kalian, mendekarkan kepada Rabb kalian, menghapus dosa-dosa kalian dan menjauhkan kalian dari berbuat dosa” (HR. At-Titmidzi).

Bisa dikatakan, nafsu ibarat hewan beringas dan nakal. Untuk menjinakkannya, menjadikan hewan itu lapar dan payah merupakan pilihan strategi yang efektif. Selama proses penundukkan itu, nafsu mesti disibukkan dengan hal-hal positif agar semakin jinak dan tidak buas. Untuk menjernihkan rohani, Syekh Abu Hasan Al-Azzaz rahimahullah pernah mengingatkan tiga hal, yakni tidak makan kecuali di waktu sangat lapar, tidak tidur kecuali sangat kantuk, dan tidak berbicara kecuali bila sangat perlu.

Ada anak bertanya pada bapaknya

Buat apa berlapar-lapar puasa

Ada anak bertanya pada bapaknya

Tadarus tarawih apalah gunanya”

Ibadah puasa merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim yang berakal dan baligh. Meskipun demikian, anak-anak sudah boleh diperkenalkan dengan ibadah puasa agar mereka terbiasa dengan kewajiban tersebut nantinya. Bagi anak kecil, puasa dianggap sebagai kegiatan tidak makan dan tidak minum belaka tanpa mereka tahu apa makna dari menahan haus dan lapar itu sendiri. Sedangkan bagi orang tua, memang tidak mudah dalam mengajarkan dan memahamkan arti puasa bagi anak kecil.

Tak perlu pusing dan jauh-jauh untuk memahamkan arti puasa kepada anak kecil. Lihatlah alam sekitar kita. Secara sunnatullah, sesungguhnya puasa tidak hanya diwajibkan kepada orang mukmin saja, beberapa jenis makhluk hidup juga melakukan puasa sebelum mendapatkan kualitas dan kelangsungan hidupnya. Di antara sekian banyak puasa hewan yang dapat kita ambil pelajaran agar puasa kita mencapai derajat taqwa, ialah puasanya ular dan puasanya ulat.

 ular dan ulat sama sama dalam fase hidupnya menjalani puasa. Namun terdapat perbedaan ‘hasil’ dari puasanya. 

Puasa ular hanya menghasilkan pergantian kulit. Ular tetap jadi ular dengan karakter yang sama dengan sebelumnya. Tetap berbisa dan berbahaya bagi manusia. 

Berbeda dengan ulat, setelah puasa dalam kepompong, ulat berubah menjadi kupu kupu yang cantik. Tidak hanya secara fisik berubah juga karakternya. Jika saat masih berwujud ulat, ia adalah musuh tumbuh-tumbuhan karena memakan daun dengan sangat rakus. Namun setelah berubah menjadi kupu-kupu, ia menjadi sahabat tumbuh-tumbuhan karena membantu penyerbukan.

Puasa yang dijalani oleh umat Islam pada bulan Ramadhan ini juga bisa seperti ular atau ulat. Jika puasanya hanya sekadar ritual rutin belaka, saat lebaran hanya berubah jadi memakai baju baru tanpa ada perubahan karakter yang lebih baik, maka itu tipe puasa ular. Jadi hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, hanya menggugurkan kewajiban saja, tidak mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah SWT. Maka dari itu, rasulullah bersabda:

“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.”(HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)

Jadi, tanamkan pada diri kita: “puasa itu tak sekedar menahan lapar dan haus, tapi kita juga harus menjaga larangan-larangan yang dapat mengurangi pahala puasa, sehingga kita bisa berubah menjadi lebih bertaqwa kepada Allah, lebih peduli dengan orang lain, mendekat kepada kebaikan, lalu menebar kebaikan disekitar, ibarat ulat yang berubah menjadi kupu-kupu”

Lapar mengajarmu rendah hati selalu

Tadarus artinya memahami kitab suci

Tarawih mendekatkan diri pada Ilahi”








No comments: