adsense

February 21, 2009

Waspadai Kaum Liberal Memanipulasi Makna Ayat-Ayat Al-Quran

Banyak disertasi doktor bidang tafsir Al-Quran yang menafsirkan Al-Quran secara sembarangan

Umat Islam diimbau agar lebih berhati-hati dalam menyerap informasi yang berasal dari kaum Liberal, dalam penyebaran paham Pluralisme Agama. Sebab, mereka semakin canggih dalam upaya menyesatkan umat, dengan memanipulasi ayat-ayat Al-Quran. Demikian pernyataan Adian Husaini, MA, Ketua Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia dalam acara kuliah Dhuha di Masjid Salman ITB, Bandung kemarin.

''Mereka kutip ayat-ayat Al-Quran secara sembarangan dan diberi makna sesuai dengan kepentingan hawa nafsu mereka. Seolah-olah ayat-ayat itu membenarkan paham Pluralisme Agama,'' kata Adian Husaini.

Adian juga menyebutkan sejumlah buku, bahkan disertasi doktor bidang tafsir Al-Quran yang menafsirkan Al-Quran secara sembarangan. Dia mencontohkah, pola-pola seperti ini sudah pernah dilakukan oleh Snouck Hurgronje.

"Kalau soal pinter tentang Al-Quran, Snouck lebih pinter dari para penyebar paham Pluralisme Agama. Snouck juga dipanggil Mufti Batavia atau Syekh Islam di Tanah Jawa," ujar Adian. Jadi, kata Adian, sekarang bermunculan orang-orang yang dianggap pakar dalam Al-Quran, tetapi pendapat-pendapatnya justru melenceng dari kebenaran Islam.

''Inilah yang pernah disabdakan Rasulullah saw, bahwa beliau khawatir akan ada orang-orang munafik yang berhujjah dengan Al-Quran,'' ujarnya.

Adian yang juga kolomnis tetap hidayatullah.com ini menunjukkan sebuah disertasi doktor bidang tafsir Al-Quran di UIN Jakarta yang isinya justru merusak pemahaman terhadap Al-Quran.

''Jadi, cara merusak Islam pun juga semakin canggih, dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran dan disusun dalam bentuk disertasi doktor ilmu Al-Quran,'' kata Adian yang kemudian melanjutkan pembahasannya di Radio KLCBS Bandung.

Paham Pluralisme Agama yang telah difatwakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) memang terus dipromosikan dengan berbagai cara. Menurut Adian, adakalanya yang menyebarkan paham Pluralisme Agama ini tidak tahu bahwa paham ini salah dan merusak agama. Tapi, adakalanya juga paham ini disebarkan secara sengaja, karena paham ini memang laku dijual kepada negara-negara Barat.

Para pendukung Pluralisme Agama juga tak henti-hentinya menyerang MUI. Padahal, paham Pluralisme Agama juga ditentang keras oleh Katolik, Kristen dan Hindu. Adian menunjukkan satu buku yang berisi daftar hitam tokoh Gereja yang diberikan sanksi oleh Vatikan karena menyebarkan paham Pluralisme Agama. Prof. Jacques Dupuis, misalnya, dicabut lisensinya sebagai teolog Katolik karena menyebarkan paham Pluralisme Agama ini. Tahun 2000, Vatikan juga mengeluarkan Dekrit Dominus Jesus yang juga mengharamkan paham Pluralisme Agama. Adian menunjukkan inkonsistensi kaum Liberal yang tidak mengecam Vatikan, sementara mereka mencaci maki MUI, karena mengeluarkan fatwa Pluralisme Agama.

Adian menunjukkan bagaimana cara kaum Pluralis Agama memanipulasi ayat-ayat Al-Quran untuk tujuan legitimasi paham tersebut. Kaum Pluralis Hindu juga mengutip Bagavat Gita untuk melegitimasi pahamnya. Kaum Pluralis Kristen mengutip Bibel. Begitu juga kaum Pluralis Agama dari kalanghan Islam juga mengutip ayat-ayat Al-Quran, hadits, dan sejarah Nabi untuk melegitimasi paham yang disebut Adian sebagai "paham syirik modern". Bisa dikatakan paham syirik, karena dia membenarkan kemusyrikan. Jadi, cara-cara seperti ini tetap saja kelihatan kacaunya.

"Meskipun dikemas dalam bentuk disertasi dan didukung oleh banyak Profesor, tetap saja salah," kata cendekiawan Islam yang produktif menulis buku ini.

Adian menunjukkan contoh, bagaimana manipulasi penafsiran terhadap ayat Al-Quran yang dipaksa-paksakan menjadi dasar paham Pluralisme Agama. Bahkan, ada yang tidak segan-segan melakukan penipuan dalam pengutipan tafsir klasik. Misalnya, biasanya mereka mengutip Tadsir al-Manar secara serampangan. Padahal, papar Adian, Rasyid Ridla dalam Tafsir al-Manar, tentang QS 2:62 dan 5:69 adalah membicarakan keselamatan Ahlul Kitab yang risalah Nabi Muhammad saw tidak sampai kepada mereka. Karena itu, mereka tidak diwajibkan beriman kepada Nabi Muhammad saw.

Sedangkan bagi Ahli Kitab yang dakwah Islam sampai kepada mereka, menurut Rasyid Ridla, maka sesuai QS 3:199, ada lima syarat untuk keselamatan mereka di akherat. Diantaranya beriman kepada Allah dengan iman yang benar, yakni iman yang tidak bercampur dengan kemusyrikan dan disertai dengan ketundukan yang mendorong untuk melakukan kebaikan serta beriman kepada Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. "Bagaimana mungkin kita mengimani Allah, bila kita tidak beriman kepada utusan-Nya Nabi Muhammad. Kita mengenal nama Allah, beribadah kepada-Nya adalah lewat Al Qur'an dan Sunnah yang dibawa Nabi Muhammad. Jadi Islam tidak mengenal paham Pluralisme Agama," ungkap Wakil Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama MUI ini.
Oleh Adian Husaini - hidayatullah.com

No comments: