Buku terakhir dari Canonical Jewish Code of The Bible mencantumkan nama “Malachai”, yang kelihatannya lebih sebagai julukan daripada sebagai nama diri. Pengucapan yang benar dari nama ini adalah “Maleakhi” yang artinya “malaikatku” atau “pesuruhku”. Kata Ibrani “mal akh”, seperti lata Arab “ malak ”, seperti istilah Yunani “ anghelos ” dari mana nama Inggris “ angle ” berasal, berarti “seorang pesuruh”, artinya orang yang ditugaskan untuk menyampaikan suatu pesan/ kabar kepada seseorang.
Siiapakah gerangan Maleakhi ini, dalam episode apa dari sejarah Yahudi ia hidup dan diramalkan, tidak lah diketahui baik dari buku itu sendiri ataupun dari bagian lain Perjanjian Lama. Buku itu dimulai dengan kata-kata : “Misa” dari firman Yahweh, El dari Israel dengan tangan Maleakhi”. Yang bilamana diterjemahkan:”Tulisan dari firman yahweh, Tuhan Israel, dengan tangan Maleakhi.” Ia berisi empat pasal pendek.
Ramalan disampaikan tidak kepada seorang raja dan anggota-anggota istananya, tetapi kepada suatu kaum yang sudah berdiam di Yerusalem beserta Bait dan layanan-layanannya. Korban-korban dan sesembahan-sesembahan diberikan dari jenis yang paling kotor dan buruk; domba dan lembu yang dipersembahkan di altar-altar bukan dari kualitas terbaik, melainkan hewan-hewan cacat. Tithe (semacam zakat) tidak dibayarkan secara tetap, dan jika pun dibayarkan maka dengan bahan yang mutunya rendah.
Para pendeta pun, tentu saja, tidak dapat mencurahkan waktu dan tenaga mereka untuk melaksanakan tugas suci mereka. Karena mereka tidak sanggup mengunyah daging bistik dan potongan daging domba panggang dari korban-korban yang kurus, tua, dan lumpuh. Mereka tidak bisa hidup dengan Tithe yang hanya sedikit atau gaji yang tidak mencukupi. Yahweh, sebagaimana biasa dengan kaum yang tidak bisa diperbaiki ini, sebentar mengancam, sebentar memberikan janji-janji, dan kadang-kadang mengeluh. Wacana atau ramalan ini, nampaknya telah disampaikan oleh Nabi Maleakhi pada sekitar awal abad ke 4 SM, ketika bangsa Israel juga jemu terhadap yahweh, dan biasa mengatakan, “"Meja Tuhan memang cemar dan makanan yang Dia boleh dihinakan” (Maleakhi 1:12).
"Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata Yahweh; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan—atau jika tidak, di manakah Tuhan yang menghukum?" (Maleakhi 2:17).
Namun meski kitab Maleakhi, meskipun merupakan janji post captivatatem , ditulis dengan gaya Ibrani yang keliahatannya baik mengatakan bahwa “misa”, atau wacana, ini telah turun kepada kita secara utuh dan tidak dipalsukan, berarti mengakui kebodohan bahasanya. Ada beberapa kalimat yang dirusak sehingga nyaris mustahil untuk memahami pengertian yang sebenarnya yang hendak mereka sampaikan.
Subjek diskusi kita dalam artikel ini adalah ramalan terkenal yang ditulis Maleakhi 3:1 yang bunyinya:
“Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku, Dengan mendadak Adon yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya, Utusan Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, ia datang, firman Tuhan Semesta Alam.” (Maleakhi 3:1)[1]
Ini adalah ramalan mesianik yang terkenal. Semua orang Kristen, para santo, Paus, Patriarch, Pendeta, Biarawan, Biarawati, dan bahkan anak-anak sekolah mingguan, akan mengatakan kepada kita bahwa pesuruh pertama yang disebutkan dalam teks itu adalah Yohannes Pembatis, dan pesuruh kedua, yang versi-versi bahasa daerah mereka menerjemahkan “Utusan Perjanjian (utusan yang dijanjikan)” adalah Yesus Kristus!
Penentuan yang pasti tentang siapa subjek dari ramalan ini sangatlah penting, karena sejak itu Gereja-gereja Kristen meyakini bahwa dua orang yang berbeda dinyatakan didalamnya, dan pengarang dari keyakinan yang keliru ini adalah Matius, ia membuat kesalahan yang begitu besar.
Salah satu karakteristik Injil pertama –Matius– adalah menunjukkan dan membuktikan terpenuhinya pernyataan atau ramalan Perjanjian Lama pada hampir setiap kejadian dalam kehidupan Yesus Kristus. Ia sangat sembrono dalam menjaga dirinya dari berbagai kontradiksi, dan kurang hati-hati dalam membuat kutipan-kutipannya dari kitab suci berbahasa Ibrani. Pasti ia kurang mengetahui tentang literatur bahasanya sendiri.
Saya punya satu kesempatan untuk merujuk dalam artikel terdahulu dari serial ini, pada salah satu kesalahan besarnya mengenai keledai yang dinaiki Yesus. Ini adalah persoalan yang sangat serius yang langsung menyentuh keotentikan dan keabsahan dari kitab-kitab Injil.
Mungkinkah Rasul Matius sendiri tidak mengetahui karakter sebenarnya dari nubuat Maleakhi, dan secara bodoh menganggap itu sebagai suatu kesalahan kutip dari gurunya yang sudah pasti akan menimbulkan pertanyaan tentang kualitasnya sebagai nabi yang akan mendapat wahyu Tuhan? Lantas bagaimana kita harus berpikir tentang pengarang kitab Injil kedua –Injil Markus- yang menganggap pasal dalam Maleakhi berasal dari Yesaya? (Markus 1:2)
Yesus dilaporkan oleh Matius (11:1-5), dan ini pun diikuti atau ditiru oleh Lukas (7:18-28) telah menyatakan kepada orang banyak bahwa Yohanes Pembaptis adalah “lebih daripada orang nabi”, bahwa tentang dia Kitab itu menulis, “ Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalanmu di hadapanmu ” (Lukas 7:27) dan bahwa “ di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya." (Lukas 7:28)
Penyimpangan teks Maleakhi dengan jelas dan dilakukan secara sengaja, teks aslinya –berbahasa Ibrani- mengatakan bahwa Yahweh Sabaoth, yakni God of Hosts (Tuhan dari rombongan besar), adalah yang berbicara dan kaum beriman adalah orang-orang yang diajak bicara, sebagaimana dapat dengan mudah dimengerti dalam kata-kata “ yang sedang engkau cari …. yang engkau kehendaki ”
Tuhan berkata, “Lihatlah Aku mengirim utusaKu dan ia akan menyiapkan jalan dihadapan wajahKu”. Tetapi injil-injil itu telah menambah-nambah teks tersebut dengan menghapus kata ganti orang dari orang pertama tunggal, dan menyisipkan “dihadapanmu” (atau “wajahmu” seperti dalam teks ibrani) dua kali .
Pada umumnya diyakini bahwa Matius menulis kitab Injilnya dalam bahasa Ibrani atau Arami pada waktu itu untuk membuktikan kepada kaum Yahudi bahwa Tuhan, dengan menyebut Yesus Kristus, berkata, “Lihatlah, Aku mengirim Utusan [malaikat]-Ku, dan ia akan menyiapkan jalanmu dihadapanmu” dan ingin menunjukkan bahwa malaikat atau utusan ini adalah Yohanes Pembaptis. Kemudian kontras antara Yohanes dan Yesus diserahkan kepada Yesus, yang menggambarkan Yohanes sebagai diatas setiap nabi dan lebih besar daripada anak-anak dari semua ibu manusia, tetapi yang paling kecil di Kerajaan Surga –dimana Yesus sebagai rajanya- adalah lebih besar daripada Yohanes. Untuk sementara saya tidak percaya bahwa Yesus atau siapapun muridnya menggunakan bahasa seperti itu dengan tujuan menodai firman Tuhan, namun pendeta yang fanatik atau uskup yang bodoh telah memalsukan teks ini dan meletakkan kedalam mulut Yesus kata-kata yang tidak akan ada nabi yang berani untuk mengucapkannya.
Pemikiran tradisional bahwa Sang Utusan yag ditugaskan untuk mempersiapkan jalan dihadapan “sang Adon” dan “Utusan Perjanjian” adalah seorang hamba dan bawahan dari “Utusan Perjanjian”, dan karenanya menyimpulkan bahwa dua orang yang berbeda itu adalah yang diramalkan, merupakan kreasi dari ketidaktahuan mengenai misi dan besarnya pekerjaan yang diembankan kepada utusan itu. Ia jangan dianggap sebagai seorang perintis atau pun seorang insinyur yang ditugaskan membangun jalan dan jembatan untuk lintasan prosesi kerajaan. Oleh karena itu, mari kita membaca pokok bahasan ini dengan lebih mendalam dan dengan cara berani, objektif, dan kritis.
Pertama-tama, kita harus memahami benar bahwa Pesuruh itu adalah seorang manusia, dan bukannya seorang malaikat. Kedua kita harus membuka mata kita secara bijaksana untuk mengetahui bahwa ia tidak diutus untuk menyiapkan jalan dihadapan utusan yang lain yang disebut “Adon” dan “Utusan Perjanjian”, melainkan ditugaskan untuk mendirikan dan menegakkan agama yang lurus, selamat dan baik. Ia ditugaskan untuk melenyapkan semua rintangan dijalan antara Tuhan dan makhluk-makhlukNya, dan memenuhi semua celah dan retakan dijalan besar ini, agar bisa mulus, mudah dipahami dengan baik dan terlindungi dari segala macam mara bahaya.
Ungkapan “ ûfinnâ-derek ,” maksudnya mengatakan bahwa sang utusan “akan meluruskan dan membersihkan ibadah atau agama.” Kata kerja “ darak ” dari kata kerja yang sama dengan kata Arabnya “daraka” , yang artinya “berjalan, mencapai, dan memahami”, dan kata benda “ derek ” berarti “jalan,arah, langkah”, dan secara metaforis artinya “ibadah dan agama”.
Kata tersebut digunakan dalam makna spiritual didalam kitab Mazmur dan Kisah-kisah. Tentu saja Utusan Tuhan yang mulia ini tidak datang untuk memperbaiki atau membangun kembali sebuah jalan atau sebuah agama demi keuntungan segelintir kaum Yahudi, tetapi untuk menegakkan sebuah agama universal dan tak dapat berubah untuk umat manusia. Meskipun agama Yahudi menanamkan eksistensi satu Tuhan, tetap saja konsepsi mereka tentang Dia sebagai Tuhan bangsa Israel, kependetaan mereka, ritual dan upacara pengorbanan, dan kemudian tiadanya artikel yang meyakinkan mengenai kepercayaan dan kekekalan roh, kebangkitan orang mati, pengadilan terakhir, kehidupan yang abadi di surga atau neraka, dan banyak hal-hal kurang baik lainnya, menjadikannya sama sekali tidak cocok dan tidak memadai untuk bangsa-bangsa dari berbagai macam bahasa, ras, iklim, temperamen, dan kebiasaan.
Mengenai agama Kristen (dengan tujuh sakramen yang tidak berguna, kepercayaan terhadap dosa warisan, inkarnasi Tuhan yang tidak dikenal dalam Perjanjian Lama, dan terhadap Trinitas Tuhan-tuhan individual, dan terakhir karena ia tidak memiliki naskah Injil satu jalur dari yang dianggap pendirinya, Yesus) belum memberikan manfaat kepada umat manusia.
Sebaliknya, ia telah menimbulkan sempalan-sempalan dan sekte-sekte yang satu sama lain saling bermusuhan. Kemudian Sang Utusan ditugaskan untuk membatalkan kedua agama tersebut dan menegakkan agama yang hak, yakni agamanya Ibrahim, Ismail, Yakub, dan nabi-nabi lainnya, dengan membawa aturan baru untuk seluruh umat manusia. Ia menjadi jalan paling singkat untuk “mencapai” keridoan Tuhan.
Agama paling simpel untuk menyembahNya dan keyakinan paling aman untuk selalu tetap murni dan tidak tercampur dengan takhayul dan dogma-dogma bodoh. Sang Utusan ditugaskan untuk menyiapkan sebuah jalan (agama) yang akan menuntun semua orang yang beriman kepada Tuhan Yang Esa tanpa memerlukan ratusan pemandu atau tukang pura-pura yang mengangkat dirinya sendiri. Dan yang terpenting, Utusan itu akan tiba-tiba datang ke Baitnya, dan ia mencabut sampai keakar-akarnya semua kemusyrikan dinegeri-negeri itu, tidak hanya dengan menghancurkan patung-patung dan gambar-gambar, tetapi juga menanamkan kepada para mantan musyrikin itu keimanan pada satu Allah. Dan penyelesaian tugas akbar ini telah dilakukan hanya oleh seorang nabi yang namanya adalah Muhammad.
Yohanes Pembaptis bukanlah Utusan yang diramalkan oleh Maleakhi. Catatan-catatan yang disampaikan tentangnya oleh empat Injil sangat bertentangan, tetapi satu hal yang mereka sepakati bersama bahwa ia sama sekali tidak menyiapkan jalan. Karena ia tidak dipercayakan untuk membawa sebuah kitab suci baru. Ia tidak mendirikan agama baru ataupun mereformasi agama lama.
Dikabarkan bahwa ia telah meninggalkan orang tua dan kampung halamannya selagi masih muda. Ia hidup digurun pasir dengan makan madu dan belalang, dan menjalani kehidupan disana sampai ia berusia sekitar 30 tahun, ketika ia menampakkan diri kepada orang banyak ditepi sungai Yordan, tempat ia biasa membaptis para pendosa yang bertobat yang mengakui dosa-dosa mereka padanya.
Meskipun Matius tidak tahu apa-apa tentang hubungannya dengan Yesus atau tidak ada perhatian untuk meriwayatkannya, Lukas, yang menulis kitab Injil Lukas, tidak berdasarkan dari wahyu melainkan dari karya-karya para murid Yesus, meriwayatkan penghormatan yang diberikan oleh Yohanes kepada Yesus ketika keduanya masih berada dalam kandungan ibu-ibu mereka (Lukas 1:39-46). Yohanes membaptis Yesus dalam air sungai Yordan seperti setiap orang lainnya, dan dikabarkan telah mengatakan bahwa dia (Yohanes) “tidak layak membungkuk untuk melepaskan tali sepatu” (Markus 1:7).
Yesus dan menurut kitab Injil keempat, dia (Yohanes) berseru bahwa Yesus adalah “Domba Tuhan yang menebus dosa-dosa dunia” (Yohanes 1:29). Bahwa ia mengenal Yesus dan mengakuinya sebagai Kristus adalah sangat jelas. Namun ketika ia dipenjara, ia mengutus murid-muridnya kepada Yesus untuk menanyakan "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius 11:3).
Yohanes Pembaptis meninggal dalam penjara akibat menegur seorang Edomite, raja Herod sang Tetrach, karena telah mengawini istri adiknya sendiri. Menurut penuturan para penginjil, demikianlah akhir dari kehidupan nabi Yohanes Pembaptis menurut Bible. Aneh kalau kaum Yahudi tidak mengakui Yohanes sebagai seorang nabi. Juga lebih aneh lagi menemukan bahwa Injil Barnabas tidak menyebut-nyebut sang Pembaptis, dan lagi, ia meletakkan kata-kata yang konon telah diucapkan oleh Yohanes mengenai Kristus kedalam mulut Kristus tentang Muhammad, Rasul Allah. Al-Qur'an menyebutkan kelahiran Yohanes yang ajaib dengan nama “Yahya” tetapi tidak menyebutkan misi pembaptisannya.
Deskripsi mengenai khotbahnya diberikan dalam Matius pasal 3. Nampaknya ia telah memberitahukan datangnya Kerajaan Surga dan lahirnya seorang Nabi Agung dan nabi Tuhan yang akan membaptis kaum beriman tidak dengan “air”, tetapi dengan “api dan roh kudus”. Nah seandainya Yohanes Pembaptis adalah sang Utusan yang diangkat Tuhan untuk menyiapkan jalan sebelum kedatangan Yesus, dan seandainya ia adalah bawahan Yesus, maka tidak ada manfaatnya bagi Yohanes untuk melakukan pembaptisan orang banyak dalam air sungai dan menyibukkan diri bersama setengah lusin murid. Ia mestinya harus segera mengikuti dan menaati Yesus begitu ia melihat dan mengenalnya. Tetapi ia tidak melakukan hal itu!
Yohanes Pembaptis juga bukan Elia atau Elias, sebagaimana yang telah dikatakan Yesus. Maleakhi (4:5-6) membicarakan kedatangan Elia yang kebenarannya diramalkan akan terjadi pada suatu waktu sebelum hari kebangkitan dan tidak sebelum munculnya sang Utusan yang dibicarakan! Meskipun Yesus telah mengatakan bahwa Yohanes adalah Elia, namun umat tidak mengenalnya. Yang dimaksud oleh perkataan Yesus itu adalah bahwa dua orang itu sama dalam kehidupan asketisnya, ketaatan mereka pada Tuhan, keberanian mereka dalam memarahi dan menegur raja-raja dan pemimpin agama yang munafik.
Saya tidak bisa terus membahas klaim gereja-gereja yang tidak beralasan ini mengenai Yohanes sebagai Utusan yang “menyiapkan jalan”. Namun, mesti saya tambahkan bahwa Yohanes tidak membatalkan satu pun Hukum Musa, juga tidak sedikit pun memberikan tambahan padanya. Dan mengenai pembaptisan, itu adalah ma'muditha atau cara penyucian kaum Yahudi kuno. Mandi atau penyucian tidak bisa dianggap sebagai sebagai sebuah “agama” atau “jalan” yang tempatnya telah digantikan oleh institusi Sakramen Pembaptisan yang terkenal dan misterius di gereja!
Jika saya mengatakan bahwa Yesus bukanlah yang dimaksud dalam nubuat Maleakhi, maka kelihatan bahwa saya sedang mengajukan suatu argument in absurdum , karena tidak seorang pun akan menentang atau mengajukan keberatan terhadap pernyataan saya. Gereja selalu meyakini bahwa “Utusan Jalan” itu adalah Yohanes Pembaptis, dan bukan Yesus.
Namun, kaum Yahudi tidak mengakui keduanya. Oleh karena orang yang diramalkan dalam nubuat Maleakhi adalah satu orang dan orangnya adalah dia dia juga. Jika Yesus adalah seorang Tuhan, sebagaimana ia diyakini umat Kristen sekarang ini, maka ia tidak bisa dipekerjakan untuk menyiapkan jalan didepan wajah Yahweh Sabaot! Jika Yesus adalah Yahweh Sabaot yang membuat nubuat ini, lantas siapakah gerangan Yahweh Sabaot lain yang didepan wajahnya jalan akan dipersiapkan? Jika ia adalah seorang manusia biasa, maka klaim itu pun kandas. Karena Yesus sebagai manusia biasa dan nabi tidak mungkin menjadi pendiri Gereja trinitas. Apa pun bentuk agama Kristen yang kita ambil, apalah Katholik, Protestan, Ortodoks, Salvasionis, Quaker, atau salah satu sekte dari komunitas yang banyak sekali jumlahnya, tidak satu pun diantara mereka bisa menjadi “jalan” atau agama yang diindikasikan oleh Maleakhi. Dan Yesus bukan pendiri atau orang yang menyiapkannya.
Orang yang diindikasikan dalam nubuat Maleakhi (3:1) itu memiliki tiga kualifikasi yakni Massanger of Religion (Utusan Agama), Lord Commander (Panglima Tuhan), dan Messanger of the Convent (Utusan Biara). Ia juga Harus memenuhi tiga syarat lainnya yaitu “ia secara tiba-tiba datang ke Baitnya tanpa diduga”, “ia dinantikan kedatangannya oleh manusia”, dan “sangat dirindukan dan diinginkan”.Lantas siapakah gerangan manusia mulia yang memenuhi kualifikasi tersebut selain hanya Muhammad seorang? Muhammad membawa kedunia sebuah kitab suci yang tak tertandingi (Al-Qur'an) dan agama Islam yang paling masuk akal, simpel dan bermanfaat, dan telah menjadi sarana petunjuk dan perubahan berjuta-juta kaum penyembah berhala di seluruh belahan dunia, dan membawa kaum beriman kedalam satu persaudaraan universal yang merupakan Kerajaan Allah dimuka bumi yang telah dikabarkan oleh nabi-nabi terdahulu. Sia-sia dan kekanak-kanakan membandingkan Yesus atau mungkin Yohanes dengan nabi Muhammad, sementara kita benar-benar mengetahui bahwa tidak satu pun dari dua orang ini (Yesus dan Yohanes) pernah berusaha mengubah keyakinan seorang pagan sekalipun atau berhasil mengajak kaum Yahudi untuk menerima misinya.
Catatan Kaki
[1] Maleakhi 3:1 dalam teks bahasa Ibraninya adalah : hinənî šōlēha malə’āk_î ûfinnâ-derek_ə ləfānāy ûfitə’ōm yābōw’ ’el-hêk_ālōw hā’ādōwn ’ăšer-’atem məb_aqəšîm ûmalə’ak_ə habərît ’ăšer-’atem hăfēsîm hinnēh-b_ā’ ’āmar yəhwâ Səbā’ōwt:
Sumber: "Menguak Misteri Muhammad SAW", Benjamin Keldani, Sahara Publisher, Edisi Khusus Cetakan kesebelas Mei 2006
Sumber: "Menguak Misteri Muhammad SAW", Benjamin Keldani, Sahara Publisher, Edisi Khusus Cetakan kesebelas Mei 2006
No comments:
Post a Comment