Terima kasih Semoga bermanfaat Dan menjadi ladang pahala
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
Kisah ini terjadi pada abad pertama hijriyah, di zaman tabi’in.
“Wahai suamiku, adakah di Makkah ini laki-laki yang jika melihat wajah cantik ku ini ia tidak tergoda?”, tanya seorang istri kepada suaminya, sambil bercermin. Ia sangat mengagumi kecantikan yang terpantul dikaca itu.
“Ada”, jawab sang suami.
“Siapa?”, kata istrinya
“Ubaid bin Umair”, jawab suaminya
Sang istri diam sejenak. Ia merasa tertantang untuk membuktikan bahwa kecantikannya akan mampu menggoda laki-laki itu.
“Wahai suamiku,” katanya merayu, “bolehkah aku membuktikan bahwa aku bisa membuat Ubaid bin Umair bertekut lutut di depanku?”.
Sang suami terkejut dengan permintaan ekstrem itu, tetapi ia sendiri juga merasa rencana istrinya itu akan menjadi sesuatu yang menarik, untuk menguji keshalihah seorang ulama. “Silahkan, aku mengijinkanmu”.
Setelah merias diri sedemikian rupa, berangkatlah wanita itu mencari Ubaid bin Umair di Masjidil Haram. Ubaid adalah seorang ulama yang lahir semasa Rasulullah SAW masih hidup. Nama lengkapnya Ubaid bin Umair bin Qatadah Al Laitsi Al Junda’i Al Makki. Beliau wafat pada tahun 74 hijriyah.
Saat menjumpai Ubaid, wanita itu berpura-pura meminta nasehat. Ia beralasan kebutuhannya amat penting dan memintanya pindah ke pojok masjid. Sesampainya disana, wanita itu membuka cadarnya dan tampaklah wajah cantiknya laksana bening rembulan.
“Apa yang kau lakukan?”, kata Ubaid melihat kejanggalan wanita tersebut.
“Sungguh, aku mencintai mu. Aku hanya ingin jawaban darimu". Sergah wanita itu, terus berusaha menggoda Ubaid.
“Sebentar,” kata Ubaid. Kini nadanya mulai naik. “Ada beberapa pertanyaan yang jika kau menjawabnya dengan jujur, maka aku akan menjawab pertanyaanmu tadi”.
“Baik, aku akan menjawabnya dengan jujur".
“Pertama, seandainya Malaikat Maut datang menjemput mu saat ini, apakah engkau senang aku memenuhi ajakan mu?”
Wanita itu tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan yang langsung mengingatkannya dengan kematian. Kemudian menjawabnya “Tidak”.
“Kedua, seandainya saat ini engkau berada di alam kubur dan sedang didudukkan oleh Malaikat Munkar dan Nakir untuk ditanyai, apakah engkau senang aku penuhi ajakanmu?”
“Tidak” jawabnya.
“Ketiga, seandainya saat ini semua manusia menerima catatan amalnya dan engkau tidak tahu apakah kau akan mengambilnya dengan tangan kanan atau tangan kiri, apakah engkau senang jika aku memenuhi ajakanmu?”.
“Tidak”
“Keempat, seandainya saat ini seluruh manusia digiring ke timbangan amal dan engkau tidak tahu apakah timbangan amal kebaikanmu lebih berat atau justru amal buruknya yang lebih berat, apakah engkau senang jika aku memenuhi ajakanmu?”
“Tidak”
“Kelima, seandainya saat ini engkau berada di hadapan Alloh untuk dimintai pertanggung jawaban atas semua nikmat-Nya yang telah dianugerahkan kepada mu, masihkah tersisa rasa senang dihati mu jika aku memenuhi ajakanmu?”
“Demi Alloh, tidak”
“Kalau begitu wahai wanita, takutlah kepada Alloh. Betapa Alloh telah memberikan segalanya kepada mu!".
Kini dia tidak kuasa menahan air mata. Tadi dia datang ke Masjidil Haram berpura-pura mencari nasehat. Kini ia benar-benar mendapatkan nasehat yang benar-benar menyentuhnya.
Sesampainya di rumah, sang suami terkejut melihatnya bersedih.
“Apa yang terjadi wahai istriku?”, kata suaminya.
“Kita ini termasuk orang yang celaka”, jawab wanita itu, kemudian ia mengambil wudhu dan shalat.
Hari-hari berikutnya, ia berubah drastis. Ia tidak lagi membanggakan kecantikannya. Ia tidak lagi suka berdandan disetiap malam. Ia berubah menjadi ahli shalat dan puasa.
Barakallahufiikum.....
No comments:
Post a Comment