adsense

April 11, 2022

Sejarah Rusaknya akidah manusia (Kesyirikan) di Dunia

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ

Innal hamda lillaah nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa na’uudzu billahi min suruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudhlilhu falaa haadiya lah. Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rosuuluh.”

Artinya:

“Segala puji bagi Allah yang hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan mohon ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan dan keburukan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalan Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.”

 

MANUSIA dahulu berada di akidah yang lurus, yakni menyembah Allah SWT saja. “Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih” (QS. Yunus : 19).

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Pertama, kita perlu meyakini bahwa rasul yang pertama kali Allah utus adalah Nabi Nuh ‘alaihis salam.

Dalam hadis yang sangat panjang, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kejadian yang dialami manusia ketika di padang mahsyar. Dalam penggalan cerita itu, manusia berbondong-bondong mendatangi Nuh agar beliau berdoa kepada Allah. Mereka mengatakan,

يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ

Wahai Nuh, anda rasul pertama di muka bumi. Allah menggelari anda dengan hamba yang pandai bersyukur, berikanlah syafaat untuk kami di hadapan Rabmu…

Namun Nabi Nuh kala itu tidak bersedia, karena alasan tertentu. Kemudian beliau mengarahkan agar mendatangi Nabi Ibrahim. (HR. Ahmad 9873, Bukhari 3340, Muslim 501 dan yang lainnya).



Referensi: https://konsultasisyariah.com/24233-sejarah-kesyirikan-di-dunia.html

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Pertama, kita perlu meyakini bahwa rasul yang pertama kali Allah utus adalah Nabi Nuh ‘alaihis salam.

Dalam hadis yang sangat panjang, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kejadian yang dialami manusia ketika di padang mahsyar. Dalam penggalan cerita itu, manusia berbondong-bondong mendatangi Nuh agar beliau berdoa kepada Allah. Mereka mengatakan,

يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ

Wahai Nuh, anda rasul pertama di muka bumi. Allah menggelari anda dengan hamba yang pandai bersyukur, berikanlah syafaat untuk kami di hadapan Rabmu…

Namun Nabi Nuh kala itu tidak bersedia, karena alasan tertentu. Kemudian beliau mengarahkan agar mendatangi Nabi Ibrahim. (HR. Ahmad 9873, Bukhari 3340, Muslim 501 dan yang lainnya).



Referensi: https://konsultasisyariah.com/24233-sejarah-kesyirikan-di-dunia.html

Bagaimana kesyirikan (rusaknya akidah yang lurus) pertama terjadi? Kapan itu terjadi?

Sepuluh generasi berselang sejak Nabi Adam, praktek kesyirikan perdana muncul di tengah kaum Nabi Nuh.

Pertama, kita perlu meyakini bahwa rasul yang pertama kali Allah utus adalah Nabi Nuh ‘alaihis salam.

 Dalam hadis yang sangat panjang, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kejadian yang dialami manusia ketika di padang mahsyar. Dalam penggalan cerita itu, manusia berbondong-bondong mendatangi Nuh agar beliau berdoa kepada Allah. Mereka mengatakan,

 يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ

Wahai Nuh, anda rasul pertama di muka bumi. Allah menggelari anda dengan hamba yang pandai bersyukur, berikanlah syafaat untuk kami di hadapan Rabmu…

Namun Nabi Nuh kala itu tidak bersedia, karena alasan tertentu. Kemudian beliau mengarahkan agar mendatangi Nabi Ibrahim. (HR. Ahmad 9873, Bukhari 3340, Muslim 501 dan yang lainnya).

Kedua, mengapa Nuh sebagai rasul pertama?

 Jika Nuh rasul pertama, bagaimana dengan Adam?

Adam manusia pertama sekaligus nabi, namun beliau bukan rasul. Beliau menerima wahyu dari Allah, untuk diri beliau dan semua orang yang ada di sekitar beliau. Dan mereka semua dalam kondisi beriman, sekalipun ada diantara mereka yang melakukan dosa.

Sementara diantara ciri rasul, mereka Allah utus untuk menghadapi kaum yang menyimpang dan keluar dari islam karena pelanggaran kesyirikan. Seperti yang dialami kaum nabi Nuh ‘alaihis salam.

Ketiga, antara Adam dan Nuh, belum ada kesyirikan

Jarak antara Nuh dan Adam ada 10 generasi. Sebelum Nabi Nuh diutus, tidak ada satupun manusia yang berbuat syirik dan kufur kepada Allah.

Keterangan ini disampaikan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,

 كان بين نوح وآدم عشرة قرون، كلهم على شريعة من الحق. فاختلفوا، فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين.

Antara Nuh dan Adam ada 10 generasi. Mereka semua berada di atas syariat yang benar. Kemudian mereka saling berselisih. Kemudian Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi gambar gembira dan kabar peringatan. (HR. At-Thabari dalam Tafsirnya no. 4048).

Allah mengutus Nuh ketika ada sebagian manusia yang berbuat kesyirikan, karena itulah, beliau menjadi rosul pertama.

 Keempat, berhala di masa Nuh, mewakili orang soleh yang diagungkan kaum mereka

 Allah menceritakan upaya pembelaan kaum Nuh terhadap berhala mereka,

 قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا . وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا. وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

 Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, (21) dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. (22) Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.” (QS. Nuh: 21 – 23).

 Siapakah berhala-berhala ini?

 Ibnu Abbas menjelaskan,

 أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِى كَانُوا يَجْلِسُونَ أَنْصَابًا ، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ فَفَعَلُوا فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ

Mereka adalah nama-nama orang soleh di kalangan kaumnya Nuh. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kaumnya untuk membuat prasasti di tempat-tempat peribadatan orang soleh itu. Dan memberi nama prasasti itu sesuai nama orang soleh tersebut. Merekapun melakukannya. Namun prasasti itu tidak disembah. Ketika generasi (pembuat prasasti) ini meninggal, dan pengetahuan tentang prasasti ini mulai kabur, akhirnya prasasti ini disembah. (HR. Bukhari 4920).

 Referensi

Bagaimana kesyirikan pertama terjadi? Kapan itu terjadi?

Referensi: https://konsultasisyariah.com/24233-sejarah-kesyirikan-di-dunia.html

Berhala pertama yang dijadikan sesembahan bukanlah benda langit, alam, atau hewan, melainkan penyembahan terhadap orang-orang shalih, yakni lima pemuka agama dari umat Nabi Nuh bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Ibnu Abbas mengatakan setelah kelimanya wafat, orang-orang berkumpul di dekat kubur mereka dan membuat patung-patung menyerupai kelimanya (Ighatsatul Lahafan, 21/115).

Awalnya kelima patung itu dibuat untuk mengenang sekaligus memecut semangat beribadah orang-orang. Mereka berkata, “Sebaiknya kita buatkan patung-patung mereka sebagai peringatan agar kita dapat giat beribadah” (Tafsir Ibnu Katsir al-Qur’anul Adzim, Surat Nuh 22-23).Namun ketika mereka meninggal, dan telah hilang ilmu, maka patung-patung tersebut disembah oleh generasi setelahnya” (HR. Bukhari no.4920, dari Ibnu Abbas)

Penyimpangan akidah sebagian kaum Nabi Nuh ini diabadikan di dalam Al Quran, “Dan mereka berkata: ‘jangan sekali-kali kamu meninggalkan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa, yaghuts, ya’uq dan nasr.” (QS. Nuh: 23).

Wadd adalah sesembahan Bani Kalb, sedangkan Suwaa adalah berhala Huzail. Adapun Yaghuts adalah sesembahan Bani Gatif di Saba, dan Ya’uq adalah sesembahan Bani Hamdan. Sedangkan Nasr adalah berhala Bani Himyar [Sirah Ibnu Hisyam].

Sebagaimana kaum Nabi Nuh, sedikitnya ilmu, pengagungan berlebihan terhadap makhluk, dan hasutan syaithanjuga telah menjerat penduduk Mekkah yang mulanya memeluk agama Ibrahim menjadi penyembah berhala al Latta di masa pra-Islam.

Sebagaimana kelima orang shalih kaum Nabi Nuh, Latta sejatinya adalah seorang laki-laki dermawan di Mekkah yang mengaduk tepung untuk dihidangkan kepada jamaah haji (HR. Bukhari no. 4859). Setelah ia meninggal, orang-orang mendatangi kuburnya dan setelah lewat beberapa masa, ia dijadikan patung dan disembah (Tafsir Ath Thabari, 22/523).

Para Nabi dan orang-orang shalih tidak pernah menyeru pengikutnya untuk menyembah diri mereka. Sebaliknya, misi dakwah pertama dan utama seluruh Nabi dan Rasul adalah menyeru manusia untuk mentauhidkan Allah.Allah berfirman, “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul: ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36).

Rasulullah telah memperingatkan umatnya agar tidak terjatuh pada kesyirikan sebagaimana yang terjadi pada umat-umat terdahulu karena berlebihan dalam mengagungkan nabi mereka.Beliau bersabda, “Jangan sampai syaithan menyesatkan kalian, aku adalah Muhammad bin ‘Abdillah, seorang hamba Allah dan utusan-Nya, demi Allah, aku tidak suka jika kalian mengangkat derajatku melebihi derajat dan kedudukan yang telah Allah tetapkan bagiku.” [HR. Ahmad].

Syirik adalah seburuk-buruk kezaliman sebagaimana tauhid adalah sebaik-baik amal shalih. Semoga kita semua menghadap Rabb Alam Semesta dengan membawa tauhid yang murni, karenadahulu Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.” [HR. Muslim, 93].

Utusan Di Setiap Umat

Pada dasarnya, ketidaktahuan (kejahilan) dimaafkan dalam syariat. Namun demikian, kejahilan tidak selalu ditolerir (diberi uzur). Allah Mengutus lebih dari seratus ribu Nabi ke seluruh umat manusia sebagai iqomatul hujjah (penyampaian ilmu) sehingga tidak ada lagi yang tersisa kecuali kelalaian dan keengganan setelah jelas kebenaran.
“Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan apakah tidak datang kepadamu pemberi peringatan?” [QS. 35: 37].

Musnahnya kota Pompeii pada tahun 79 M disebabkan erupsi Gunung Vesuvius mengisyaratkan telah sampainya hujjah dan peringatan akan kezaliman mereka. Kota yang sekarang berada di Naples, kepulauan Capri, Italia, itu menurut para periset Barat adalah kota dimana praktek asusila dilakukan merata dan terang-terangan, seperti di jalan-jalan.

Sebagaimana pada Kaum Nabi Nuh, Nabi Luth, Kaum ‘Aad, dan Tsamud, Allah tidak menurunkan siksa kecuali ditegakkannya hujjah terlebih dahulu. “Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS. 17: 15).

Meski tidak terdapat keterangan spesifik apakah telah diutus seorang Nabi di Pompeii, wilayah Roma sudah mencakup Syam tatkala Vesuvius meletus. Sehingga ajaran para Nabi yang diutus di Syam kemungkinan telah sampai ke Pompeii, atau, sudah ada sebelumnya Pemberi Peringatan. Kita serahkan perkara ghaib kepada Allah SWT.

“Dan tidaklah Rabb-mu Membinasakan kota-kota, sebelum Dia Mengutus di ibukota itu yang membacakan ayat-ayat kami kepada mereka, dan tidak pernah Kami Membinasakan kota-kota, kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman” [QS.28: 59].

Juga Firman Allah, “Dan Kami tidak Membinasakan suatu negeri kecuali setelah ada orang-orang yang memberi peringatan kepadanya” [QS. 26: 208].

Kisah para Nabi dan Rasul memang identik dengan Timur Tengah. Di lain sisi, Rasulullah SAW menegaskan bahwa terdapat lebih dari seratus ribu Nabi dan sebagian besarnya tidak disebutkan dalam Al Quran dan hadis.

Sahabat Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah SAW tentang jumlah para Nabi. Rasulullah menjawab, “Jumlah para Nabi 124.000 orang, 315 di antara mereka adalah Rasul, Banyak sekali.” [HR. Ahmad no. 22288].

Allah SWT Mengutus mereka ke seluruh umat, sedangkan umat manusia tidak hanya terdapat di Mesir, Syam dan Babilonia saja.

“Dan setiap umat [mempunyai] Rasul” [QS. 10: 47]. Allah juga berfirman, “Dan sungguh kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat” [QS. 16: 36].

Dari keumuman ayat ini, maka peradaban Indian di Amerika Selatan, di pedalaman Afrika, di hutan belantara Gaul, di India, di Tiongkok, di Imperium Romawi, adalah umat-umat manusia juga, sebagaimana di Timur Tengah.

“Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan” [QS. 35: 24].

Hari ini risalah Nabi Akhir Zaman telah sampai dengan jelas dan purna. Mushaf Al Quran dan terjemahannya mudah dijumpai dan para ahli ilmu pun tersebar. Hujjah telah tegak dan kelak semua hamba akan dimintai pertanggungjawaban. Semoga Allah Melindungi kita dari apa yang menimpa umat terdahulu di dunia serta Menjauhkan kita dari penyesalan di Akhirat kelak karena lalai ketika di dunia. Aamiin. []

contoh merusak akidah

Subhaanakallohumma wa bihamdika, asy-hadu alla ilaha illa anta, as-tagh-firuka wa atuubu ilaik

Artinya:

“Maha Suci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu; kecuali diampuni baginya dosa-dosa selama di majelisnya itu.”

 

 

 

 

No comments: